Mazmur 56:3: Percaya kepada Allah di Tengah Ketakutan

Mazmur 56:3: Percaya kepada Allah di Tengah Ketakutan

Pendahuluan:

Mazmur 56:3 adalah salah satu ayat yang sangat menguatkan bagi orang percaya yang sedang menghadapi ketakutan. Ayat ini berbunyi:

" Saat aku takut, aku percaya kepada-Mu." (Mazmur 56:3, AYT)

Ayat ini menunjukkan bagaimana Daud menanggapi ketakutannya dengan kepercayaan kepada Allah. Dalam teologi Reformed, iman kepada kedaulatan dan pemeliharaan Allah adalah dasar dari kepercayaan sejati di tengah pencobaan.

Artikel ini akan membahas Mazmur 56:3 dari perspektif teologi Reformed berdasarkan pandangan para ahli seperti John Calvin, R.C. Sproul, Charles Spurgeon, Jonathan Edwards, dan lainnya. Kami akan menguraikan makna ayat ini, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.

1. Eksposisi Mazmur 56:3 dalam Konteks Alkitab

Mazmur 56 ditulis oleh Daud ketika ia menghadapi ancaman dari orang Filistin di Gat (1 Samuel 21:10-15). Daud berada dalam situasi yang penuh bahaya, tetapi alih-alih menyerah pada ketakutan, ia memilih untuk mempercayai Allah.

A. "Saat aku takut"

John Calvin dalam Commentary on the Psalms menjelaskan bahwa ketakutan adalah bagian alami dari kehidupan manusia yang berdosa. Namun, respons terhadap ketakutanlah yang menentukan sejauh mana seseorang benar-benar bergantung pada Allah.

"Allah tidak melarang kita merasa takut, tetapi Ia menginginkan agar ketakutan itu membawa kita kepada iman yang lebih besar kepada-Nya."

Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menegaskan bahwa ketakutan bisa menjadi alat yang digunakan oleh Iblis untuk melemahkan iman kita, tetapi jika kita berlari kepada Allah, ketakutan justru bisa memperkuat kepercayaan kita kepada-Nya.

B. "Aku percaya kepada-Mu"

Kepercayaan Daud kepada Allah bukanlah kepercayaan buta, tetapi berdasarkan pengenalan akan karakter Allah.

Charles Spurgeon dalam The Treasury of David menulis:

"Iman sejati adalah iman yang tetap bersinar bahkan dalam kegelapan. Daud tidak menunggu sampai ketakutannya hilang untuk percaya kepada Allah. Sebaliknya, ia percaya kepada Allah di tengah ketakutannya."

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menjelaskan bahwa kepercayaan kepada Allah adalah tanda sejati dari regenerasi. Mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah akan berpegang teguh kepada-Nya dalam segala keadaan.

2. Mazmur 56:3 dan Doktrin Teologi Reformed

A. Kedaulatan Allah atas Hidup Orang Percaya

Teologi Reformed mengajarkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk ketakutan dan penderitaan yang dialami umat-Nya.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa tidak ada yang terjadi di luar kendali Allah. Jika kita percaya kepada Allah yang berdaulat, maka kita memiliki alasan yang kuat untuk tidak takut.

Roma 8:28 berkata:

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya."

Jika kita memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita berada di bawah kendali Allah yang penuh kasih, maka kita dapat beristirahat dalam janji-Nya.

B. Iman sebagai Anugerah Allah

Mazmur 56:3 menekankan perlunya kepercayaan kepada Allah di tengah ketakutan. Namun, teologi Reformed mengajarkan bahwa iman itu sendiri adalah anugerah Allah.

Efesus 2:8-9 berkata:

"Sebab, karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri."

John Piper dalam Future Grace menegaskan bahwa iman yang sejati bukanlah hasil dari kekuatan manusia, tetapi pemberian Allah yang memungkinkan kita untuk tetap percaya bahkan di tengah ketakutan.

C. Ketekunan Orang Kudus

Mazmur 56:3 juga berhubungan dengan doktrin perseverance of the saints (ketekunan orang kudus). Orang percaya sejati akan tetap beriman kepada Allah, tidak peduli seberapa besar tantangan yang mereka hadapi.

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menekankan bahwa mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah akan terus berpegang pada-Nya sampai akhir.

Yesus berkata dalam Yohanes 10:28-29:

"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan tidak seorang pun akan merebut mereka dari tangan-Ku."

3. Implikasi Mazmur 56:3 dalam Kehidupan Kristen

A. Mengandalkan Allah dalam Ketakutan

Ketakutan adalah bagian dari kehidupan manusia, tetapi kita dipanggil untuk membawa ketakutan kita kepada Allah.

Martyn Lloyd-Jones dalam Faith on Trial berkata:

"Orang Kristen tidak kebal terhadap ketakutan, tetapi mereka tahu ke mana harus membawa ketakutan mereka."

Ketika kita menghadapi kesulitan, apakah kita lebih mengandalkan kekuatan sendiri atau berlari kepada Allah?

B. Mengingat Kedaulatan Allah

Jika Allah berdaulat atas segala sesuatu, maka kita tidak perlu takut terhadap masa depan. Kita bisa mempercayakan hidup kita kepada-Nya.

Charles Spurgeon menulis:

"Orang Kristen yang memahami kedaulatan Allah tidak akan panik dalam kesulitan, tetapi akan tenang karena mereka tahu bahwa Allah memegang kendali."

C. Menghidupi Iman yang Nyata

Mazmur 56:3 mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya teori, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jonathan Edwards menekankan bahwa iman yang sejati akan terlihat dalam cara kita menghadapi kesulitan. Jika kita sungguh percaya kepada Allah, kita akan tetap teguh bahkan dalam badai kehidupan.

Kesimpulan

Mazmur 56:3 adalah ayat yang sangat kuat dalam teologi Reformed karena mengajarkan bahwa:

  1. Ketakutan adalah bagian dari hidup, tetapi kita dipanggil untuk percaya kepada Allah.
  2. Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk penderitaan dan ketakutan kita.
  3. Iman sejati adalah anugerah Allah yang memungkinkan kita untuk tetap teguh dalam pencobaan.
  4. Mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah akan tetap bertekun dalam iman mereka.

Pandangan dari para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Charles Spurgeon, dan lainnya menegaskan bahwa percaya kepada Allah di tengah ketakutan bukanlah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap orang percaya.

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menyerahkan ketakutan kita kepada Allah, mengandalkan kedaulatan-Nya, dan hidup dalam keyakinan bahwa Ia akan memelihara kita dalam segala keadaan.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post