Mendidik Anak dengan Perkataan yang Penuh Anugerah
Pendahuluan:
Sebagai orang tua Kristen, kita sering bertanya: Bagaimana cara membangun hubungan yang kuat dengan anak-anak melalui perkataan kita?
Firman Tuhan menekankan bahwa perkataan memiliki kuasa yang besar untuk membangun atau menghancurkan. Amsal 18:21 berkata:"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."
Dalam teologi Reformed, para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Louis Berkhof menekankan bahwa perkataan kita harus mencerminkan anugerah Allah, membangun iman anak-anak, dan menuntun mereka kepada kebenaran.
Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana orang tua dapat menggunakan perkataan yang penuh anugerah untuk membangun hubungan dengan anak-anak, prinsip-prinsip teologi Reformed tentang komunikasi dalam keluarga, serta cara praktis menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Mengapa Perkataan Itu Penting dalam Mendidik Anak?
a. Perkataan Mempengaruhi Hati dan Karakter Anak
Efesus 4:29 berkata:"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia."
Perkataan orang tua mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri, bagaimana mereka memahami kasih Allah, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia.
Herman Bavinck menekankan bahwa perkataan yang penuh kasih dan anugerah akan menanamkan nilai-nilai Kristen yang kuat dalam hati anak.
b. Perkataan yang Penuh Kasih Mencerminkan Injil
Kolose 4:6 berkata:"Hendaklah perkataanmu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."
R.C. Sproul menegaskan bahwa cara kita berbicara kepada anak-anak mencerminkan bagaimana Allah berbicara kepada kita dalam kasih dan kebenaran.
c. Perkataan Orang Tua Dapat Membangun atau Menghancurkan
Amsal 12:18 berkata:"Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan."
John Calvin menekankan bahwa perkataan yang tidak bijaksana dapat melukai hati anak dan merusak hubungan dalam keluarga. Sebaliknya, perkataan yang penuh hikmat dan anugerah akan membawa kesembuhan dan pertumbuhan.
2. Prinsip Alkitabiah dalam Berkomunikasi dengan Anak
a. Perkataan Harus Membangun, Bukan Meruntuhkan
Efesus 6:4 berkata:"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."
Louis Berkhof menegaskan bahwa perkataan orang tua harus membangun anak-anak dalam iman, bukan menghancurkan harga diri mereka.
Bagaimana menerapkannya?
- Hindari kata-kata yang meremehkan anak seperti "Kamu selalu ceroboh!"
- Gantilah dengan kata-kata yang membangun seperti "Mama tahu kamu bisa lebih berhati-hati. Mari kita coba lagi."
b. Perkataan Harus Dipenuhi dengan Kasih dan Kebenaran
Efesus 4:15 berkata:"Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, yaitu Kristus, yang adalah Kepala."
R.C. Sproul menegaskan bahwa perkataan yang penuh anugerah harus mencerminkan kasih tetapi tetap mengajarkan kebenaran.
Bagaimana menerapkannya?
- Ketika anak melakukan kesalahan, tegurlah dengan penuh kasih dan bukan dengan kemarahan.
- Hindari berbohong atau menutup-nutupi kebenaran agar anak tidak sakit hati.
c. Perkataan Harus Disertai dengan Kesabaran
Yakobus 1:19 berkata:"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah."
John Calvin menegaskan bahwa kesabaran adalah bagian dari anugerah Allah yang harus tercermin dalam cara kita berbicara kepada anak-anak.
Bagaimana menerapkannya?
- Luangkan waktu untuk mendengarkan anak sebelum memberikan respon.
- Hindari memberi reaksi spontan yang kasar atau menyakitkan.
3. Cara Praktis Menerapkan Perkataan yang Penuh Anugerah dalam Mendidik Anak
a. Jadikan Percakapan Sebagai Sarana Pendidikan Rohani
Ulangan 6:7 berkata:"Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun."
Herman Bavinck menekankan bahwa pendidikan iman tidak hanya terjadi di gereja, tetapi dalam percakapan sehari-hari di rumah.
Bagaimana menerapkannya?
- Gunakan percakapan sehari-hari untuk berbicara tentang Firman Tuhan.
- Dorong anak untuk bertanya tentang iman mereka.
b. Gunakan Perkataan yang Menghargai dan Menguatkan Anak
Amsal 16:24 berkata:"Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang."
Louis Berkhof menegaskan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih akan lebih mudah memahami kasih Allah.
Bagaimana menerapkannya?
- Ucapkan kata-kata positif yang menguatkan anak seperti "Papa bangga dengan usahamu."
- Jangan hanya menegur, tetapi juga puji mereka ketika mereka melakukan hal yang benar.
c. Berlatih Mendengar dengan Penuh Perhatian
Amsal 18:13 berkata:"Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaan baginya."
John Calvin menegaskan bahwa orang tua harus belajar mendengarkan anak-anak mereka sebelum memberikan nasihat.
Bagaimana menerapkannya?
- Luangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak-anak tanpa menghakimi.
- Jangan langsung menyela atau memberikan solusi sebelum anak selesai berbicara.
d. Jadilah Contoh dalam Cara Berbicara
Titus 2:7-8 berkata:"Jadilah teladan dalam berbuat baik, hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu."
Herman Bavinck menekankan bahwa anak-anak akan meniru cara berbicara orang tua mereka.
Bagaimana menerapkannya?
- Jangan berbicara kasar di depan anak-anak.
- Tunjukkan cara berbicara yang sabar dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tantangan dalam Menggunakan Perkataan yang Penuh Anugerah
Meskipun kita ingin selalu berbicara dengan kasih dan anugerah, ada beberapa tantangan yang sering dihadapi:
- Kelelahan dan Stres – Ketika orang tua lelah, mudah bagi mereka untuk berbicara dengan kasar.
- Ketidaksabaran – Anak-anak sering kali membutuhkan waktu untuk belajar dan memahami sesuatu.
- Pengaruh Lingkungan – Dunia mengajarkan gaya komunikasi yang kasar dan kurang menghargai.
R.C. Sproul menegaskan bahwa kita perlu bergantung kepada Roh Kudus untuk mengendalikan perkataan kita, terutama dalam situasi yang sulit.
Kesimpulan
Perkataan yang penuh anugerah adalah sarana yang kuat untuk membangun hubungan dengan anak-anak dan menuntun mereka kepada Kristus.
✔ Berbicara dengan kasih, kebenaran, dan kesabaran
✔ Menggunakan percakapan sehari-hari untuk menanamkan nilai-nilai Kristen
✔ Menjadi teladan dalam cara berbicara
✔ Mendengarkan anak-anak dengan penuh perhatian
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi dengan kasih karunia Allah, membangun anak-anak yang kuat dalam iman, dan menuntun mereka untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.
Soli Deo Gloria!