Yohanes 12:23-24: Yesus Menubuatkan dan Mengilustrasikan Kematian-Nya
Pendahuluan:
Dalam Yohanes 12:23-24, Yesus menubuatkan kematian-Nya yang sudah semakin dekat. Ia menggambarkan kematian-Nya dengan ilustrasi biji gandum yang harus mati agar dapat menghasilkan banyak buah. Ini bukan sekadar kematian fisik, tetapi suatu pengorbanan yang akan membawa kehidupan bagi banyak orang.
Bagaimana kita memahami nubuatan dan ilustrasi ini dalam terang teologi Reformed? Apa maknanya bagi keselamatan dan kehidupan rohani kita? Dalam artikel ini, kita akan menguraikan Yohanes 12:23-24 berdasarkan pemikiran beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Charles Spurgeon, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.
Teks Alkitab: Yohanes 12:23-24 (AYT)23 Yesus menjawab mereka, “Waktunya telah tiba bagi Anak Manusia untuk dimuliakan.”24 Dengan sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, kecuali biji gandum jatuh ke tanah dan mati, biji itu tetap satu saja; tetapi jika biji itu mati, ia menghasilkan banyak buah.1. Konteks Yohanes 12:23-24
Peristiwa ini terjadi setelah Yesus masuk ke Yerusalem dalam peristiwa yang kita kenal sebagai Minggu Palma (Yohanes 12:12-19). Orang-orang menyambut-Nya sebagai Raja, tetapi Yesus tahu bahwa jalan yang harus Ia tempuh bukanlah menuju takhta duniawi, melainkan salib.
Ketika beberapa orang Yunani datang ingin melihat Yesus (Yohanes 12:20-22), Yesus tidak langsung merespons mereka, tetapi justru berbicara tentang kematian-Nya yang semakin dekat. Ini menegaskan bahwa misi Yesus bukan hanya untuk bangsa Yahudi, tetapi juga bagi dunia.
John Calvin dalam komentarnya terhadap Yohanes 12 menekankan bahwa ini adalah titik balik dalam pelayanan Yesus. Sekarang, Dia menyatakan bahwa "waktunya telah tiba," menandakan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya sudah semakin dekat.
2. "Waktunya Telah Tiba bagi Anak Manusia untuk Dimuliakan" (Yohanes 12:23)
“Yesus menjawab mereka, ‘Waktunya telah tiba bagi Anak Manusia untuk dimuliakan.’”
a. Apa Arti "Dimuliakan"?
Dalam pengertian manusia, kemuliaan sering kali dikaitkan dengan kemenangan, kekuasaan, atau kehormatan duniawi. Namun, dalam pemahaman Yesus, kemuliaan-Nya justru akan dinyatakan melalui penderitaan dan salib.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa dalam teologi Reformed, kemuliaan Allah tidak hanya dinyatakan dalam kemenangan-Nya, tetapi juga dalam penderitaan Kristus di kayu salib.
Yesus memahami bahwa kematian-Nya adalah bagian dari rencana Allah yang akan membawa kemuliaan sejati—penebusan bagi umat pilihan-Nya.
b. Konsep "Waktu" dalam Injil Yohanes
Di sepanjang Injil Yohanes, Yesus sering mengatakan bahwa "waktu-Nya belum tiba" (Yohanes 2:4; 7:6, 8, 30). Tetapi sekarang, untuk pertama kalinya, Dia mengatakan bahwa "waktunya telah tiba."
R.C. Sproul menekankan bahwa waktu yang dimaksud di sini bukan sekadar momen kronologis, tetapi momen yang telah ditetapkan Allah dalam rencana keselamatan-Nya. Salib bukanlah kecelakaan sejarah, tetapi bagian dari kehendak Allah yang kekal.
3. Ilustrasi Biji Gandum yang Mati (Yohanes 12:24)
"Dengan sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, kecuali biji gandum jatuh ke tanah dan mati, biji itu tetap satu saja; tetapi jika biji itu mati, ia menghasilkan banyak buah."
Yesus menggunakan ilustrasi pertanian yang sederhana tetapi sangat mendalam: biji gandum harus jatuh ke tanah dan mati agar dapat menghasilkan banyak buah.
a. Kematian Yesus yang Membawa Kehidupan
Yesus adalah "biji gandum" yang harus mati agar banyak orang bisa hidup. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Ia membawa kehidupan kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Charles Spurgeon menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa Yesus adalah benih pertama yang mati agar panen besar dari orang-orang percaya dapat dihasilkan. Jika Yesus tidak mati, tidak akan ada keselamatan bagi dunia.
Ini juga mengingatkan kita pada nubuat dalam Yesaya 53:10:"Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan. Jika Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus kesalahan, Ia akan melihat keturunan-Nya dan umur-Nya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana oleh-Nya."
Yesus mati bukan karena Ia dikalahkan, tetapi karena Ia rela menyerahkan diri-Nya demi rencana keselamatan Allah.
b. Hukum Kerajaan Allah: Kehidupan Melalui Kematian
Prinsip ini berlaku tidak hanya bagi Yesus, tetapi juga bagi kita sebagai pengikut-Nya. Kita dipanggil untuk "mati" terhadap diri sendiri agar kita dapat menghasilkan buah bagi Tuhan.
John Calvin menekankan bahwa hidup Kristen adalah hidup yang terus-menerus mengalami kematian terhadap dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Allah (Roma 6:6-8).
Yesus berkata dalam Matius 16:24:"Jika seseorang ingin mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku."
Ini berarti kita harus rela menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
4. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
Bagaimana kita bisa menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan kita?
a. Percaya kepada Yesus sebagai Sumber Kehidupan
Yesus mati agar kita bisa hidup. Tanpa kematian dan kebangkitan-Nya, kita tetap terpisah dari Allah. Oleh karena itu, kita harus percaya kepada-Nya sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Yesus berkata dalam Yohanes 14:6:"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku."
b. Hidup dalam Penyangkalan Diri
Seperti biji gandum yang harus mati untuk menghasilkan banyak buah, kita juga dipanggil untuk hidup dalam penyangkalan diri dan mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Paulus berkata dalam Galatia 2:20:"Aku telah disalibkan dengan Kristus, dan bukan lagi aku sendiri yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku."
Apakah kita sudah benar-benar menyerahkan hidup kita kepada Tuhan?
c. Menghasilkan Buah dalam Pelayanan
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk "berbuah"—menghasilkan dampak bagi Kerajaan Allah.
Yesus berkata dalam Yohanes 15:5:"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Siapa saja yang tetap tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan menghasilkan banyak buah, sebab di luar Aku kamu tidak dapat melakukan apa pun."
Jika kita ingin hidup yang bermakna, kita harus hidup dekat dengan Kristus dan melayani Dia dengan segenap hati.
Makna Teologis Yohanes 12:23-24: Yesus Menubuatkan dan Mengilustrasikan Kematian-Nya
1. "Waktunya Telah Tiba bagi Anak Manusia untuk Dimuliakan"
Frasa ini dalam Yohanes 12:23 menandai titik krusial dalam pelayanan Yesus. Sepanjang Injil Yohanes, Yesus sering menyebut tentang “waktu-Nya yang belum tiba” (misalnya dalam Yohanes 2:4 dan Yohanes 7:30), tetapi kini, Dia menyatakan bahwa waktu-Nya telah datang.
Teolog D.A. Carson menjelaskan bahwa dalam Injil Yohanes, kemuliaan Yesus tidak hanya berhubungan dengan kebangkitan-Nya, tetapi juga dengan penderitaan dan kematian-Nya. Ini berlawanan dengan konsep duniawi tentang kemuliaan, yang sering dikaitkan dengan kemenangan, kekuatan, dan pengakuan.
Yesus menunjukkan bahwa kemuliaan-Nya tidak terletak pada penobatan sebagai raja duniawi, tetapi dalam kesediaan-Nya untuk mati bagi keselamatan manusia. Hal ini selaras dengan Filipi 2:8-9, di mana Yesus direndahkan melalui kematian di kayu salib sebelum akhirnya ditinggikan oleh Allah.
2. Ilustrasi Biji Gandum: Kematian yang Memberikan Hidup
Dalam Yohanes 12:24, Yesus menggunakan ilustrasi pertanian untuk menjelaskan prinsip utama dalam rencana keselamatan:“Dengan sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, kecuali biji gandum jatuh ke tanah dan mati, biji itu tetap satu saja; tetapi jika biji itu mati, ia menghasilkan banyak buah.”
Ilustrasi ini memiliki makna mendalam:
- Biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati → Melambangkan kematian Yesus di kayu salib.
- Biji itu tetap satu jika tidak mati → Jika Yesus tidak mati, Dia tetap seorang pribadi yang terisolasi dalam eksistensi-Nya sebagai manusia.
- Jika biji itu mati, ia menghasilkan banyak buah → Kematian-Nya membawa keselamatan bagi banyak orang, menciptakan komunitas orang percaya yang baru.
John Stott dalam bukunya The Cross of Christ menekankan bahwa kematian Yesus bukanlah sebuah kekalahan, melainkan sarana untuk menghasilkan kehidupan. Seperti biji yang mati agar dapat bertumbuh dan menghasilkan banyak buah, demikian pula pengorbanan Kristus menjadi dasar bagi kelahiran gereja dan keselamatan bagi dunia.
3. Kematian Yesus sebagai Jalan untuk Menghasilkan Kehidupan Baru
Makna dari ilustrasi biji gandum juga berkaitan dengan prinsip kehidupan dalam kerajaan Allah: kematian mendahului kehidupan.
Yesus sebagai Teladan Pengorbanan
– Teolog R.C. Sproul menyoroti bahwa Yesus bukan hanya berbicara tentang diri-Nya sendiri, tetapi juga menegaskan prinsip pengorbanan bagi setiap pengikut-Nya. Orang percaya dipanggil untuk mati terhadap dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.Kematian sebagai Sarana untuk Berbuah
– Kematian Kristus bukan hanya untuk keselamatan individu, tetapi juga untuk mendirikan gereja sebagai tubuh Kristus yang akan melanjutkan misi-Nya. Efesus 2:13-14 menyatakan bahwa melalui darah-Nya, Kristus menyatukan orang percaya dalam satu tubuh.Konsep Kehidupan Melalui Kematian dalam Seluruh Alkitab
– Dalam Perjanjian Lama, konsep pengorbanan sebagai sarana pendamaian dengan Allah sudah ada dalam sistem korban. Namun, dalam Perjanjian Baru, Kristus adalah korban yang sempurna dan final (Ibrani 9:26).
4. Aplikasi Teologis: Panggilan untuk Mengikuti Jalan Salib
Selain berbicara tentang kematian-Nya sendiri, Yesus juga mengajarkan prinsip ini kepada para murid-Nya. Yohanes 12:25-26 (ayat setelahnya) menunjukkan bahwa mereka yang ingin mengikut Yesus juga harus rela "mati" terhadap diri mereka sendiri.
Beberapa aplikasi teologis yang dapat dipetik dari Yohanes 12:23-24 adalah:
Meneladani Kristus dalam Pengorbanan
– Yesus mengajarkan bahwa jalan menuju kemuliaan sejati bukan melalui kesuksesan duniawi, tetapi melalui pelayanan dan pengorbanan. Paulus menegaskan prinsip ini dalam Roma 12:1, bahwa kita harus mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup.Hidup Baru Melalui Kematian Diri
– Sebagaimana biji gandum harus mati untuk menghasilkan buah, demikian juga orang percaya harus "mati" terhadap keinginan daging dan hidup dalam ketaatan kepada Roh Kudus (Galatia 2:20).Panggilan untuk Memberitakan Injil
– Kematian Yesus menghasilkan kehidupan bagi banyak orang, tetapi kabar ini harus diberitakan. Orang percaya dipanggil untuk menjadi alat dalam tangan Tuhan agar lebih banyak jiwa mengalami keselamatan.
Kesimpulan
Yohanes 12:23-24 adalah pernyataan penting dari Yesus yang menubuatkan kematian-Nya dan menjelaskan maknanya dengan ilustrasi biji gandum yang mati agar dapat menghasilkan banyak buah.
Dari perspektif teologi Reformed, kita memahami bahwa:
- Kemuliaan Yesus dinyatakan dalam salib, karena melalui salib, Ia membawa keselamatan bagi dunia.
- Kematian Yesus adalah bagian dari rencana Allah, bukan sekadar tragedi sejarah.
- Hidup Kristen berarti mati terhadap diri sendiri, hidup bagi Kristus, dan menghasilkan buah dalam pelayanan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk percaya kepada Kristus, hidup dalam penyangkalan diri, dan menghasilkan buah bagi Kerajaan-Nya.
"Sebab barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." – Markus 8:35