Yohanes 12:42-43: Ketakutan akan Manusia dan Kemuliaan Allah
Pendahuluan
Dalam Yohanes 12:42-43, Rasul Yohanes mengungkapkan realitas bahwa banyak pemimpin Yahudi sebenarnya percaya kepada Yesus, tetapi mereka takut untuk mengakui iman mereka secara terbuka karena ancaman dari orang-orang Farisi.
"Meski demikian, banyak juga para pemimpin yang percaya kepada Yesus. Namun, karena takut kepada orang-orang Farisi, mereka tidak mengatakannya terus terang karena takut akan dikucilkan dari sinagoge." (Yohanes 12:42, AYT)
"Sebab, mereka lebih suka menerima kemuliaan dari manusia daripada kemuliaan dari Allah." (Yohanes 12:43, AYT)
Ayat ini menyoroti konflik batin antara iman dan ketakutan akan manusia, serta godaan untuk mencari penerimaan sosial lebih dari penerimaan Allah. Dari perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan kedangkalan iman yang tidak disertai pengorbanan, bahaya kompromi rohani, dan pentingnya mencari kemuliaan Allah di atas segala hal.
Dalam artikel ini, kita akan membahas Yohanes 12:42-43 berdasarkan pemikiran beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Charles Hodge, serta bagaimana ajaran ini berdampak bagi kehidupan orang percaya.
1. Iman yang Takut Mengakui Kristus (Yohanes 12:42)
Yohanes mencatat bahwa banyak pemimpin Yahudi percaya kepada Yesus, tetapi mereka takut untuk mengakuinya secara terbuka.
John Calvin: Iman yang Tidak Berani Mengorbankan Diri
John Calvin dalam Commentary on John menekankan bahwa iman yang sejati harus disertai dengan keberanian untuk mengakui Kristus, bahkan jika itu berarti kehilangan kenyamanan duniawi. Ia menulis:
"Mereka yang percaya tetapi tidak berani menyatakannya adalah orang yang lebih mencintai dunia ini daripada Kristus. Iman yang tidak berani mengorbankan diri bukanlah iman yang sejati."
Menurut Calvin, iman yang takut akan manusia adalah tanda bahwa hati mereka belum sepenuhnya diperbarui oleh Roh Kudus.
Herman Bavinck: Pengaruh Sosial terhadap Iman
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bahwa banyak orang yang percaya kepada Yesus secara intelektual, tetapi mereka tidak bersedia membayar harga sosial untuk iman mereka. Ia berkata:
"Ketaatan kepada Kristus sering kali membawa pengorbanan sosial, tetapi banyak orang tidak siap untuk menerima konsekuensi ini."
Bavinck mengajarkan bahwa iman yang sejati harus melampaui ketakutan akan tekanan sosial dan mencari kemuliaan Tuhan di atas segalanya.
2. Takut Dikucilkan dari Sinagoge: Ketakutan akan Kehilangan Status
Orang-orang Farisi memiliki otoritas untuk mengucilkan orang-orang yang menerima Yesus dari komunitas Yahudi. Ini berarti mereka bisa kehilangan status sosial, akses ke tempat ibadah, dan hubungan dengan keluarga serta komunitas mereka.
Louis Berkhof: Ketakutan yang Menghalangi Ketaatan
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa ketakutan akan manusia sering kali menjadi penghalang terbesar bagi ketaatan kepada Tuhan. Ia menulis:
"Salah satu godaan terbesar bagi orang percaya adalah mencari penerimaan dari dunia lebih daripada mencari penerimaan dari Allah."
Ini menunjukkan bahwa jika seseorang lebih peduli tentang bagaimana orang lain memandangnya dibandingkan dengan bagaimana Allah memandangnya, maka ia tidak benar-benar hidup dalam iman.
Charles Hodge: Ketundukan kepada Tekanan Duniawi
Charles Hodge menyoroti bahwa banyak orang Kristen sepanjang sejarah telah menghadapi pilihan antara mengakui Kristus atau tunduk kepada tekanan dunia. Ia berkata:
"Ketika seseorang memilih untuk tidak mengakui Kristus karena takut akan dunia, ia pada dasarnya sedang menyatakan bahwa dunia lebih berkuasa daripada Tuhan."
Ini menjadi peringatan bagi gereja bahwa kita tidak boleh membiarkan ketakutan akan kehilangan status sosial menghalangi kita dari menaati Allah.
3. Mencari Kemuliaan Manusia Lebih dari Kemuliaan Allah (Yohanes 12:43)
Yohanes dengan tegas menyatakan bahwa mereka lebih menyukai kemuliaan manusia daripada kemuliaan Tuhan.
Calvin: Penyembahan terhadap Pengakuan Dunia
Calvin mengomentari bahwa mereka yang lebih mencari kemuliaan manusia daripada kemuliaan Allah sebenarnya sedang melakukan penyembahan terhadap pengakuan dunia. Ia menulis:
"Mencari penghormatan dari manusia lebih dari mencari perkenanan Allah adalah bentuk keegoisan dan penyembahan berhala terhadap diri sendiri."
Menurut Calvin, iman yang sejati harus melepaskan keinginan untuk dihormati oleh manusia dan hanya mencari kemuliaan Tuhan.
Bavinck: Kemuliaan Tuhan sebagai Tujuan Hidup
Bavinck menambahkan bahwa kehidupan Kristen yang sejati adalah tentang mencari kemuliaan Tuhan, bukan pengakuan dari manusia. Ia berkata:
"Seluruh tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya. Ketika seseorang lebih mencari kemuliaan dari manusia, ia telah menyimpang dari tujuan hidup yang sejati."
Ini mengingatkan kita bahwa hidup Kristen bukan tentang menjadi populer atau diterima oleh dunia, tetapi tentang hidup dalam kebenaran Tuhan.
4. Konsekuensi dari Mencari Kemuliaan Manusia
Berkhof: Iman yang Tidak Berani Berdiri Teguh Akan Menjadi Lemah
Berkhof menjelaskan bahwa jika seseorang terus-menerus memilih kemuliaan manusia di atas kemuliaan Tuhan, maka imannya akan semakin melemah dan akhirnya mati.
"Iman yang tidak pernah diuji dengan pengorbanan akan tetap dangkal dan tidak akan bertahan dalam pencobaan."
Ini menunjukkan bahwa jika seseorang takut untuk mengakui imannya, maka ia sedang memperlambat pertumbuhan rohaninya.
Hodge: Tidak Ada Tempat Netral dalam Kekristenan
Hodge menegaskan bahwa tidak ada posisi netral dalam Kekristenan—seseorang baik berada di pihak Tuhan atau di pihak dunia. Ia berkata:
"Orang yang tidak mau mengakui Kristus secara terbuka karena takut kehilangan status sebenarnya sedang memilih untuk berpihak pada dunia."
Ini mengingatkan kita bahwa ketika kita lebih memilih kenyamanan daripada kebenaran, kita sebenarnya sedang menjauh dari Tuhan.
5. Implikasi Yohanes 12:42-43 dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Berani Mengakui Kristus dalam Setiap Situasi
Sebagai orang percaya, kita harus berani mengakui Yesus, bahkan jika itu berarti kita menghadapi penolakan dari dunia.
2. Tidak Takut terhadap Tekanan Sosial
Tekanan sosial tidak boleh menjadi alasan untuk menyangkal iman kita. Kita harus lebih peduli terhadap apa yang Tuhan pikirkan daripada apa yang dunia pikirkan tentang kita.
3. Mencari Kemuliaan Tuhan, Bukan Kemuliaan Dunia
Kita harus menjalani kehidupan yang berfokus pada memuliakan Tuhan, bukan mencari pengakuan atau popularitas di dunia.
4. Mengandalkan Roh Kudus untuk Kekuatan
Mengakui iman di tengah tekanan bukanlah sesuatu yang mudah. Kita harus terus bergantung pada Roh Kudus untuk memberikan kita keberanian dan kekuatan.
5. Menjalani Hidup yang Autentik dalam Kristus
Hidup Kristen bukan hanya tentang percaya secara diam-diam, tetapi tentang hidup dengan integritas dan berani menyatakan kebenaran Tuhan.
Kesimpulan
Yohanes 12:42-43 mengajarkan beberapa prinsip penting dalam teologi Reformed:
- Iman yang sejati harus disertai dengan keberanian untuk mengakui Kristus (Calvin, Bavinck).
- Takut terhadap manusia dapat menghalangi seseorang untuk menaati Tuhan (Berkhof, Hodge).
- Mencari kemuliaan dunia lebih dari kemuliaan Tuhan adalah penyimpangan rohani (Calvin, Bavinck).
- Orang percaya harus berani berdiri bagi kebenaran, meskipun itu berarti kehilangan status sosial (Berkhof, Hodge).
- Hidup Kristen harus berfokus pada memuliakan Tuhan, bukan mencari pengakuan dari manusia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk berdiri teguh dalam iman, mencari kemuliaan Tuhan di atas segalanya, dan tidak takut terhadap tekanan dunia.