1 Samuel 3:10: Panggilan Allah dan Respons Ketaatan

Pendahuluan
1 Samuel 3:10 berbunyi:
“Lalu, TUHAN datang, berdiri, dan memanggilnya seperti yang sebelumnya, ‘Samuel! Samuel!’ Samuel pun menjawab, ‘Berfirmanlah, sebab hamba-Mu ini mendengar.’” (1 Samuel 3:10, AYT)
Ayat ini merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Israel, di mana Allah memanggil Samuel, seorang anak muda yang akan menjadi hakim, nabi, dan imam bagi bangsa Israel.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna panggilan Allah kepada Samuel, bagaimana Samuel merespons dengan ketaatan, serta bagaimana ayat ini berbicara kepada kita saat ini. Kita juga akan mengkaji perspektif teolog Reformed seperti John Calvin, Matthew Henry, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones untuk mendapatkan wawasan teologis yang lebih dalam.
I. Konteks 1 Samuel 3:10
Kitab 1 Samuel mengisahkan transisi dari zaman hakim-hakim ke zaman kerajaan Israel. Saat itu, Israel berada dalam kekacauan moral dan rohani karena kepemimpinan imam Eli yang lemah, serta dosa anak-anaknya, Hofni dan Pinehas.
Pasal 3 secara khusus menyoroti bagaimana Allah memanggil Samuel di tengah kondisi rohani yang merosot, dan bagaimana Samuel menjadi alat Tuhan untuk membawa pembaruan bagi Israel.
Panggilan Samuel terjadi di Kemah Suci di Silo, di mana dia melayani Tuhan di bawah pengawasan Eli.
II. Eksposisi 1 Samuel 3:10
1. "Lalu, TUHAN datang, berdiri, dan memanggilnya seperti yang sebelumnya, ‘Samuel! Samuel!’"
a. Allah yang Berinisiatif Memanggil
Perhatikan bahwa Allah datang dan berdiri—ini menunjukkan bahwa Allah berinisiatif untuk mendekati Samuel.
John Calvin, dalam komentarnya mengenai panggilan Allah, menekankan bahwa:
"Tidak seorang pun dapat datang kepada Allah kecuali Allah sendiri yang memanggil mereka. Panggilan Allah bukan sekadar panggilan eksternal, tetapi juga panggilan yang mengubah hati orang yang dipanggil-Nya."
Panggilan Allah kepada Samuel mengingatkan kita bahwa Allah memilih siapa yang akan Dia panggil, bukan berdasarkan kehebatan manusia, tetapi berdasarkan kehendak dan anugerah-Nya (Roma 8:30).
b. "Samuel! Samuel!" – Panggilan yang Berulang
Tuhan menyebut nama Samuel dua kali, mirip dengan cara Tuhan memanggil Abraham (Kejadian 22:11) dan Musa (Keluaran 3:4).
Menurut R.C. Sproul, ini menunjukkan kesungguhan Allah dalam panggilan-Nya. Ia berkata:
"Ketika Tuhan memanggil seseorang dengan pengulangan, itu adalah tanda keintiman dan otoritas. Tuhan ingin agar orang yang dipanggil-Nya benar-benar memperhatikan-Nya."
Panggilan ini bukan hanya panggilan untuk mendengar, tetapi panggilan untuk merespons dan menjalani rencana Tuhan.
2. "Samuel pun menjawab, ‘Berfirmanlah, sebab hamba-Mu ini mendengar.’"
a. Respons Ketaatan: "Berfirmanlah"
Samuel akhirnya memahami bahwa Tuhanlah yang berbicara kepadanya, dan dia menunjukkan ketaatan yang rendah hati dengan mengatakan, "Berfirmanlah".
Matthew Henry menekankan bahwa respons ini mencerminkan hati yang siap menerima Firman Tuhan. Ia menulis:
"Samuel tidak hanya mendengar suara Tuhan, tetapi dia juga memiliki hati yang siap menaati apa yang akan dikatakan Tuhan kepadanya."
Ini mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Tuhan dimulai dari sikap hati yang siap mendengar Firman-Nya.
b. Kerendahan Hati: "Sebab hamba-Mu ini mendengar"
Samuel menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan, yang menunjukkan kerendahan hati dan kesediaannya untuk melayani Tuhan.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa sikap seorang hamba Tuhan haruslah penuh ketundukan dan kesiapan untuk melakukan kehendak Tuhan. Ia berkata:
"Hamba Tuhan yang sejati adalah mereka yang tidak hanya mendengar Firman, tetapi juga siap untuk melakukan kehendak-Nya tanpa syarat."
Ini menjadi teladan bagi kita, bahwa ketika Tuhan berbicara kepada kita melalui Firman-Nya, kita harus memiliki hati yang rendah hati dan siap taat.
III. Aplikasi Teologis dari Panggilan Samuel
1. Panggilan Allah Selalu Berdaulat
Panggilan Samuel bukanlah karena kemampuannya sendiri, tetapi karena anugerah Allah.
Paulus menegaskan dalam Roma 8:30:
"Dan mereka yang telah ditentukan-Nya dari semula, mereka juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka juga dibenarkan-Nya; dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka juga dimuliakan-Nya."
Ini mengajarkan bahwa Allah memiliki rencana dan tujuan bagi orang yang dipanggil-Nya, seperti halnya Samuel dipilih untuk menjadi nabi bagi Israel.
2. Panggilan Allah Membutuhkan Respons Ketaatan
Samuel tidak hanya mendengar suara Tuhan, tetapi juga merespons dengan ketaatan.
Yakobus 1:22 mengingatkan kita:
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."
Kita juga harus memiliki hati yang siap taat saat Tuhan berbicara kepada kita melalui Firman-Nya dan Roh Kudus.
3. Panggilan Allah Tidak Bergantung pada Usia atau Status
Samuel masih muda ketika dipanggil Tuhan, tetapi Tuhan tetap mempercayakan kepadanya tugas yang besar.
Paulus berkata dalam 1 Timotius 4:12:
"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam iman, dan dalam kesucian."
Ini mengajarkan bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja, terlepas dari usia atau latar belakang mereka.
IV. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
1. Miliki Hati yang Siap Mendengar Firman Tuhan
Kita harus bersedia mendengar Firman Tuhan dengan hati yang lembut, seperti Samuel yang berkata:
"Berfirmanlah, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Ini berarti kita harus:
- Memiliki waktu khusus untuk membaca dan merenungkan Alkitab.
- Berdoa agar Tuhan membuka hati kita terhadap kebenaran-Nya.
- Tunduk kepada kehendak Tuhan dalam hidup kita.
2. Bersiap untuk Taat, Bukan Hanya Mendengar
Samuel tidak hanya mendengar, tetapi juga melakukan kehendak Tuhan. Kita juga harus memiliki ketaatan yang nyata dalam hidup kita.
Apakah kita hanya mendengar Firman, atau kita benar-benar melakukannya?
3. Percaya Bahwa Tuhan Dapat Memakai Kita
Meskipun kita mungkin merasa tidak layak atau tidak siap, Tuhan tetap dapat memakai kita untuk pekerjaan-Nya, sebagaimana Dia memakai Samuel yang masih muda.
Apakah kita bersedia dipakai Tuhan, meskipun kita merasa tidak cukup baik?
Kesimpulan
1 Samuel 3:10 mengajarkan kita tentang panggilan Allah dan respons ketaatan.
Pelajaran utama yang bisa kita ambil adalah:
- Allah berinisiatif dalam panggilan-Nya, bukan kita yang mencari Dia.
- Panggilan Allah membutuhkan respons iman dan ketaatan dari kita.
- Tuhan dapat memakai siapa saja, tanpa memandang usia atau latar belakang.
- Kita harus siap mendengar dan menaati Firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Sebagai orang percaya, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri:
Apakah kita memiliki hati yang siap mendengar panggilan Tuhan dan taat kepada-Nya?
Kiranya kita dapat memiliki hati seperti Samuel, yang merespons panggilan Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan ketaatan.
Soli Deo Gloria!