1 Yohanes 3:10: Membedakan Anak-Anak Allah dan Anak-Anak Iblis

1 Yohanes 3:10: Membedakan Anak-Anak Allah dan Anak-Anak Iblis

Pendahuluan

1 Yohanes 3:10 berbunyi:

“Dengan demikian, siapakah anak-anak Allah dan siapakah anak-anak setan menjadi jelas. Orang yang tidak melakukan kebenaran tidak berasal dari Allah, demikian juga orang yang tidak mengasihi saudara-saudaranya.” (AYT)

Ayat ini menyoroti perbedaan mendasar antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis berdasarkan tindakan dan karakter mereka. Dalam teologi Reformed, konsep ini sangat erat kaitannya dengan doktrin anugerah pemilihan, regenerasi, dan buah iman yang sejati.

Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi ayat ini, bagaimana para teolog Reformed memahami konsep anak-anak Allah dan anak-anak Iblis, serta implikasinya bagi kehidupan orang percaya.

1. Konteks 1 Yohanes 3:10

a. Latar Belakang Surat 1 Yohanes

Surat 1 Yohanes ditulis untuk meneguhkan iman orang percaya di tengah penyebaran ajaran sesat, khususnya Gnostisisme yang menyangkal sifat Yesus sebagai manusia dan Tuhan. Yohanes menekankan bahwa iman sejati menghasilkan kehidupan yang benar, yang ditandai oleh ketaatan dan kasih kepada sesama.

Pasal 3 secara khusus membahas perbedaan antara mereka yang benar-benar lahir dari Allah dan mereka yang masih berada dalam kuasa dosa. Yohanes ingin menegaskan bahwa kehidupan seseorang mencerminkan identitas rohaninya.

2. Eksposisi 1 Yohanes 3:10

a. “Dengan demikian, siapakah anak-anak Allah dan siapakah anak-anak setan menjadi jelas.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada dua kategori manusia di dunia ini:

  1. Anak-anak Allah – Mereka yang telah dilahirkan kembali dalam Kristus.
  2. Anak-anak Iblis – Mereka yang hidup dalam dosa dan menolak kebenaran.

Dalam Yohanes 8:44, Yesus berkata kepada orang-orang Farisi:

“Kamu berasal dari bapamu, Iblis, dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.”

John Calvin dalam Commentary on 1 John menulis:

“Yohanes tidak berbicara tentang status fisik seseorang, tetapi tentang hubungan rohani. Mereka yang hidup dalam dosa menunjukkan bahwa mereka bukan milik Allah, melainkan masih berada di bawah pengaruh kuasa gelap.”

Dalam teologi Reformed, manusia secara alami mati dalam dosa (Efesus 2:1-3) dan hanya dapat menjadi anak Allah melalui kelahiran baru (Yohanes 3:3-5).

b. “Orang yang tidak melakukan kebenaran tidak berasal dari Allah.”

Kebenaran dalam konteks ini mengacu pada ketaatan kepada perintah Allah dan hidup dalam kekudusan.

Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan:

“Iman yang sejati selalu menghasilkan buah ketaatan. Jika seseorang mengaku percaya kepada Kristus tetapi hidup dalam dosa terus-menerus, itu adalah bukti bahwa ia tidak berasal dari Allah.”

Ketaatan bukanlah syarat untuk menjadi anak Allah, tetapi bukti dari identitas tersebut.

c. “Demikian juga orang yang tidak mengasihi saudara-saudaranya.”

Salah satu tanda utama dari anak-anak Allah adalah kasih kepada sesama orang percaya.

1 Yohanes 4:8 menegaskan:

“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah hasil dari regenerasi. Mereka yang telah dilahirkan oleh Roh Kudus akan menunjukkan kasih sejati yang berasal dari Allah.

3. Perspektif Teologi Reformed tentang Anak-Anak Allah dan Anak-Anak Iblis

a. John Calvin: Regenerasi dan Buah Iman

Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.

“Tidak ada yang bisa menjadi anak Allah kecuali melalui regenerasi oleh Roh Kudus. Dan buah dari regenerasi itu adalah kehidupan yang suci dan kasih kepada sesama.”

Menurut Calvin, iman sejati tidak bisa dipisahkan dari perubahan hidup.

b. Charles Hodge: Hanya Dua Golongan Manusia

Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa tidak ada posisi netral dalam kehidupan rohani.

“Setiap manusia berada dalam salah satu dari dua keadaan: dalam Kristus atau dalam Adam; sebagai anak Allah atau anak Iblis.”

Hodge menegaskan bahwa anak-anak Allah telah dipilih oleh Allah sejak kekekalan (Efesus 1:4-5), sementara anak-anak Iblis tetap berada dalam pemberontakan terhadap Allah.

c. R.C. Sproul: Kasih sebagai Bukti Keselamatan

Sproul menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah bukti utama dari kehidupan baru.

Dalam Knowing God, ia menulis:

“Mereka yang benar-benar telah diselamatkan akan mencerminkan karakter Allah dalam kasih mereka kepada sesama.”

Kasih bukan sekadar emosi, tetapi tindakan nyata yang menunjukkan apakah seseorang benar-benar mengenal Allah.

4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya

a. Menguji Diri: Apakah Kita Benar-Benar Anak Allah?

Paulus berkata dalam 2 Korintus 13:5:

“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam iman.”

Kita harus bertanya:

  • Apakah saya hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada firman Tuhan?
  • Apakah saya mengasihi sesama orang percaya dengan sungguh-sungguh?

b. Menjalani Hidup dalam Kekudusan

Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan kebenaran. Efesus 5:8 mengatakan:

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang.”

c. Mengasihi Sesama dengan Kasih Kristus

1 Yohanes 3:18 menegaskan bahwa kasih bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan dan kebenaran.

Kita harus bertanya:

  • Apakah saya bersedia mengampuni orang lain?
  • Apakah saya mengasihi sesama dalam tindakan nyata?

5. Tantangan dalam Hidup sebagai Anak Allah

a. Perjuangan Melawan Dosa

Meskipun kita telah menjadi anak Allah, kita masih harus melawan dosa setiap hari (Roma 7:21-25).

b. Mengasihi dalam Dunia yang Penuh Kebencian

Kasih kepada sesama tidak selalu mudah, terutama ketika kita menghadapi orang yang sulit.

c. Hidup Berbeda dari Dunia

Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam standar yang lebih tinggi daripada dunia ini.

Kesimpulan

1 Yohanes 3:10 menegaskan bahwa ada perbedaan yang jelas antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis.

  1. Anak-anak Allah ditandai dengan ketaatan kepada kebenaran dan kasih kepada sesama.
  2. Anak-anak Iblis ditandai dengan hidup dalam dosa dan kebencian.

Para teolog Reformed seperti Calvin, Hodge, dan Sproul menegaskan bahwa hanya mereka yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus yang benar-benar menjadi anak-anak Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, kekudusan, dan kasih sebagai bukti bahwa kita benar-benar milik Kristus.

Next Post Previous Post