2 Korintus 1:1-2: Panggilan Rasul Paulus dan Anugerah Damai Sejahtera dalam Kristus
Pendahuluan
Surat 2 Korintus adalah salah satu surat Rasul Paulus yang penuh dengan penghiburan, pertahanan kerasulannya, dan ajaran tentang pelayanan Kristen. Surat ini ditulis kepada jemaat di Korintus yang mengalami berbagai tantangan, baik secara internal maupun eksternal.
Dalam 2 Korintus 1:1-2, Paulus membuka suratnya dengan salam khas yang sarat dengan teologi Reformed, menekankan panggilan rasuli, identitas orang percaya, serta anugerah dan damai sejahtera dalam Kristus.
Berikut adalah teks 2 Korintus 1:1-2 (AYT):
“Paulus, seorang rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah dan Timotius, saudara kita, kepada jemaat Allah yang ada di Korintus bersama semua orang kudus yang ada di seluruh Akhaya. Anugerah untukmu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus.” (2 Korintus 1:1-2, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna teologis ayat ini berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. “Paulus, Seorang Rasul Kristus Yesus oleh Kehendak Allah” (2 Korintus 1:1a)
a. Paulus sebagai Rasul yang Dipanggil oleh Allah
Paulus memulai surat ini dengan menyatakan bahwa ia adalah rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah.
Rasul (Apostolos) berarti seseorang yang diutus dengan otoritas langsung dari Kristus. Paulus menegaskan bahwa kerasulannya bukan karena pilihan manusia, tetapi karena panggilan Allah.
John Calvin dalam Commentary on Corinthians menegaskan bahwa:
“Paulus ingin mengingatkan bahwa otoritasnya tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah yang telah menetapkannya sebagai rasul.”
Hal ini juga ditegaskan dalam Galatia 1:1:
“Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia atau oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
b. Kedaulatan Allah dalam Panggilan Pelayanan
Panggilan Paulus sebagai rasul adalah contoh bagaimana Allah dalam kedaulatan-Nya memilih orang untuk tujuan tertentu.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa:
“Pelayanan dalam gereja bukanlah hasil usaha manusia, tetapi panggilan Allah yang berdaulat.”
Dengan kata lain, setiap orang percaya dipanggil untuk melayani sesuai dengan kehendak Allah, bukan karena kemampuan atau kehendak manusia.
2. “Timotius, Saudara Kita” (2 Korintus 1:1b)
a. Timotius sebagai Mitra Paulus dalam Pelayanan
Timotius adalah salah satu rekan terdekat Paulus dalam pelayanan. Ia disebut sebagai saudara, menunjukkan hubungan kasih dan persaudaraan dalam Kristus.
Filipi 2:20-22 menyebutkan bahwa Timotius memiliki hati yang sehati dengan Paulus dalam pelayanan Injil.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menekankan bahwa:
“Paulus selalu menekankan pentingnya pelayanan tim dalam gereja, karena pelayanan yang efektif tidak dilakukan sendirian.”
b. Gereja dan Panggilan untuk Hidup dalam Persaudaraan
Gereja bukan hanya sekumpulan individu, tetapi sebuah komunitas orang percaya yang saling mendukung dan melayani.
Efesus 4:16 berkata:
“Dari-Nyalah seluruh tubuh, yang tersusun rapi dan diikat menjadi satu oleh setiap sendi yang menopangnya, bertumbuh sesuai dengan pekerjaan tiap bagian dan membangun dirinya dalam kasih.”
Oleh karena itu, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam komunitas iman dan melayani bersama-sama.
3. “Kepada Jemaat Allah yang Ada di Korintus” (2 Korintus 1:1c)
a. Gereja Adalah Milik Allah, Bukan Milik Manusia
Paulus menyebut jemaat di Korintus sebagai “jemaat Allah”, bukan jemaat milik Paulus atau pemimpin manusia lainnya.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa:
“Gereja adalah umat Allah yang dipanggil keluar dari dunia dan dipersatukan dalam Kristus.”
Hal ini mengingatkan bahwa gereja bukan organisasi manusia, tetapi komunitas yang ditetapkan oleh Allah untuk melaksanakan kehendak-Nya.
b. Identitas Gereja sebagai Umat Kudus
Paulus juga menyebut mereka sebagai orang-orang kudus di seluruh Akhaya. Dalam teologi Reformed, kekudusan gereja mencerminkan pemilihan Allah atas umat-Nya.
Herman Bavinck menjelaskan bahwa:
“Orang percaya disebut kudus bukan karena kesempurnaan mereka, tetapi karena mereka telah dipisahkan oleh Allah untuk tujuan-Nya.”
Oleh karena itu, hidup dalam kekudusan bukanlah pilihan, tetapi panggilan bagi setiap orang percaya.
4. “Anugerah untukmu dan Damai Sejahtera dari Allah Bapa Kita dan Tuhan Yesus Kristus” (2 Korintus 1:2)
a. Anugerah sebagai Dasar Hidup Orang Percaya
Paulus selalu memulai surat-suratnya dengan kata “anugerah dan damai sejahtera”, yang mencerminkan teologi keselamatan yang berpusat pada anugerah Allah.
Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa:
“Sebab oleh anugerah kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan dari dirimu sendiri, itu adalah pemberian Allah.”
R.C. Sproul dalam Grace Unknown menekankan bahwa:
“Anugerah Allah bukan hanya untuk keselamatan, tetapi juga untuk pertumbuhan rohani dan kehidupan sehari-hari.”
Artinya, setiap aspek hidup kita bergantung pada anugerah Tuhan.
b. Damai Sejahtera sebagai Akibat dari Anugerah
Selain anugerah, Paulus juga menyebut damai sejahtera, yang dalam bahasa Ibrani disebut shalom.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:
“Damai sejahtera sejati hanya dapat diperoleh ketika manusia diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus.”
Roma 5:1 berkata:
“Sebab itu, karena kita telah dibenarkan oleh iman, kita memiliki damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Dengan kata lain, damai sejahtera adalah tanda bahwa kita telah menerima anugerah keselamatan dan hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah.
5. Implikasi 2 Korintus 1:1-2 dalam Kehidupan Kristen
- Mengakui bahwa pelayanan adalah panggilan Allah, bukan usaha manusia.
- Menghidupi persaudaraan Kristen dalam gereja dan melayani bersama-sama.
- Menyadari bahwa gereja adalah milik Allah dan kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan.
- Hidup dalam kesadaran bahwa keselamatan dan kehidupan sehari-hari adalah hasil dari anugerah Allah.
- Mengenali bahwa damai sejahtera sejati hanya bisa ditemukan dalam Kristus.
Kesimpulan
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
- Paulus adalah rasul yang dipanggil oleh Allah, bukan oleh manusia.
- Timotius mewakili pentingnya persaudaraan dalam pelayanan Kristen.
- Gereja adalah milik Allah dan setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan.
- Anugerah Allah adalah dasar dari keselamatan dan kehidupan Kristen.
- Damai sejahtera sejati hanya ditemukan dalam Kristus.
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam anugerah dan damai sejahtera Allah, serta melayani dengan hati yang tunduk kepada kehendak-Nya.
Soli Deo Gloria!