Filipi 1:16: Pembelaan Injil sebagai Panggilan Hidup

Filipi 1:16: Pembelaan Injil sebagai Panggilan Hidup

Pendahuluan

Filipi 1:16 berbunyi:"Mereka yang bermaksud baik melakukannya karena kasih sebab mereka tahu bahwa aku ditempatkan di sini bagi pembelaan Injil." (Filipi 1:16, AYT)

Surat Filipi ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi saat ia berada dalam penjara. Dalam ayat ini, Paulus membahas tentang orang-orang yang memberitakan Injil dengan niat baik dan tulus. Mereka memahami bahwa penderitaan Paulus bukanlah hal yang sia-sia, tetapi bagian dari panggilannya untuk mempertahankan Injil. Artikel ini akan membahas tafsiran ayat ini dari sudut pandang teologi Reformed, mengacu pada beberapa pemikir seperti John Calvin, Charles Hodge, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof.

1. Konteks Historis dan Latar Belakang Filipi 1:16

Filipi merupakan surat yang ditulis Paulus saat ia berada dalam penjara, kemungkinan besar di Roma. Jemaat Filipi sendiri memiliki hubungan yang erat dengan Paulus sejak awal pemberitaan Injil di Makedonia (Kisah Para Rasul 16:12-40).

Dalam pasal 1, Paulus berbicara tentang sukacitanya dalam penderitaan. Ia menyadari bahwa bahkan di dalam penjara, Injil tetap tersebar. Namun, ada dua kelompok orang yang memberitakan Injil:

  1. Mereka yang memberitakan dengan motif baik, yakni karena kasih kepada Kristus dan Paulus.
  2. Mereka yang memberitakan dengan iri hati dan maksud yang salah (Filipi 1:15-17).

Filipi 1:16 menyoroti mereka yang bermaksud baik, yang memahami bahwa Paulus berada di penjara bukan karena kesalahannya sendiri, melainkan untuk pembelaan Injil.

2. Pembelaan Injil dalam Teologi Reformed

Dalam teologi Reformed, pembelaan Injil merupakan bagian dari panggilan setiap orang percaya. Ayat ini menegaskan bahwa Paulus ditempatkan di penjara oleh Allah untuk tujuan yang lebih besar: mempertahankan dan menyebarkan Injil. Beberapa pemikir Reformed memberikan wawasan yang mendalam mengenai konsep ini:

a. John Calvin: Rencana Allah dalam Penderitaan Paulus

John Calvin dalam Commentary on Philippians menjelaskan bahwa penderitaan Paulus bukanlah kebetulan, tetapi bagian dari kehendak Allah. Menurut Calvin:

"Paulus memahami bahwa ia tidak berada di penjara karena kesalahan atau dosa, tetapi karena panggilannya untuk membela Injil. Ini menunjukkan bahwa Allah memerintah segala sesuatu, termasuk penderitaan yang kita alami dalam pelayanan-Nya."

Calvin menekankan bahwa penderitaan bagi Injil bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi diterima dengan iman. Pembelaan Injil sering kali mengundang perlawanan, tetapi di dalamnya ada pemeliharaan Allah.

b. Charles Hodge: Apologetika sebagai Bagian dari Pemberitaan Injil

Charles Hodge, seorang teolog Reformed dari Princeton, menekankan bahwa defense of the Gospel (pembelaan Injil) dalam Filipi 1:16 adalah tugas apologetika Kristen. Menurut Hodge:

"Paulus tidak hanya memberitakan Injil, tetapi juga mempertahankannya dari serangan. Ini mengajarkan kita bahwa orang Kristen tidak hanya dipanggil untuk menyebarkan kabar baik, tetapi juga untuk membela kebenaran yang terkandung di dalamnya."

Hodge melihat pembelaan Injil sebagai tugas yang melekat dalam pelayanan Kristen, terutama dalam menghadapi ajaran sesat dan penganiayaan.

c. Herman Bavinck: Pengaruh Teologi dalam Pembelaan Injil

Herman Bavinck menekankan bahwa pembelaan Injil harus dilakukan dengan dasar teologi yang kuat. Ia menulis:

"Tanpa pemahaman teologis yang benar, pembelaan Injil akan menjadi lemah dan tidak efektif. Paulus di penjara tidak hanya berbicara secara emosional, tetapi dengan pengertian mendalam tentang rencana keselamatan Allah."

Menurut Bavinck, apologetika dan pemberitaan Injil harus berjalan seiring, karena kebenaran Injil tidak hanya harus diumumkan tetapi juga dipertahankan dari serangan yang mencoba mendistorsinya.

d. Louis Berkhof: Pembelaan Injil dalam Kerangka Providensi Allah

Louis Berkhof dalam bukunya Systematic Theology menegaskan bahwa keberadaan Paulus di penjara adalah bagian dari providensi Allah. Ia berargumen bahwa Allah mengatur semua peristiwa, termasuk penderitaan para rasul, untuk kemuliaan-Nya.

"Paulus di penjara adalah bukti bahwa Allah dapat menggunakan segala sesuatu, bahkan keadaan yang tampaknya buruk, untuk kebaikan umat-Nya dan kemajuan Injil."

Berkhof menekankan bahwa setiap penderitaan yang dialami umat Tuhan tidak pernah sia-sia, melainkan memiliki tujuan ilahi.

3. Aplikasi Filipi 1:16 dalam Kehidupan Orang Percaya

Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik beberapa prinsip penting yang relevan bagi kehidupan orang percaya saat ini:

a. Menghadapi Penderitaan dengan Iman

Paulus menunjukkan bahwa penderitaan bagi Injil adalah bagian dari rencana Allah. Sebagai orang Kristen, kita harus siap menghadapi tantangan dalam mempertahankan iman kita, baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun dalam pelayanan.

b. Berperan dalam Pembelaan Injil

Setiap orang percaya dipanggil untuk tidak hanya memberitakan Injil, tetapi juga membelanya. Ini dapat dilakukan dengan:

  • Memahami firman Tuhan dengan baik agar bisa menjawab pertanyaan tentang iman kita.
  • Berdiskusi dengan bijaksana saat menghadapi serangan terhadap iman Kristen.
  • Menjalani hidup yang mencerminkan Injil, sehingga orang lain melihat kebenaran Kristus dalam kehidupan kita.

c. Memercayai Providensi Allah

Seperti yang diajarkan oleh Berkhof dan Calvin, kita harus percaya bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu. Bahkan dalam situasi yang tampaknya sulit, Allah bekerja untuk kebaikan umat-Nya.

Kesimpulan

Filipi 1:16 mengajarkan bahwa Paulus dipenjara bukan karena kesalahannya, tetapi karena tugasnya dalam membela Injil. Para teolog Reformed seperti John Calvin, Charles Hodge, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof menekankan bahwa pembelaan Injil adalah bagian penting dari kehidupan Kristen.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghadapi penderitaan dengan iman, membela Injil dengan hikmat, dan mempercayai providensi Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Paulus adalah contoh nyata bagaimana seorang hamba Tuhan dapat tetap bersukacita dalam penderitaan karena ia tahu bahwa segala sesuatu ada dalam kendali Tuhan.

Semoga kita semakin dikuatkan untuk menjalankan panggilan kita dalam mempertahankan dan menyebarkan Injil di tengah dunia yang semakin menentangnya. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post