Galatia 3:1-4: Anugerah atau Perbuatan Hukum?

Galatia 3:1-4: Anugerah atau Perbuatan Hukum?

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Galatia merupakan salah satu tulisan paling tajam dalam Perjanjian Baru yang menyoroti konflik antara hukum Taurat dan anugerah dalam Injil Yesus Kristus. Salah satu bagian kunci dalam surat ini adalah Galatia 3:1-4, di mana Paulus dengan keras menegur jemaat yang telah berpaling dari Injil anugerah dan kembali kepada praktik hukum Taurat. Artikel ini akan menelaah ayat-ayat ini berdasarkan perspektif beberapa ahli teologi Reformed serta relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

Eksposisi Galatia 3:1-4

Galatia 3:1: "Hai orang-orang Galatia yang bodoh! Siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?"

Paulus memulai dengan teguran yang tajam, menyebut mereka "bodoh" (Gk. anoētoi), yang dalam konteks ini bukan sekadar kebodohan intelektual tetapi lebih kepada kegagalan rohani dalam memahami Injil. Beberapa ahli teologi Reformed menyoroti bahwa teguran ini bukanlah penghinaan, tetapi ekspresi keprihatinan apostolik.

John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa Paulus menunjukkan betapa bodohnya orang Galatia karena mereka berpaling dari kebenaran yang telah dengan jelas diberitakan kepada mereka. Menurut Calvin, "seolah-olah mereka telah terhipnotis oleh sihir yang membuat mereka lupa akan Kristus yang telah mereka lihat dengan mata iman."

Dr. R.C. Sproul juga menyoroti bahwa kata "mempesona" (Gk. baskainō) memiliki konotasi sihir atau penyesatan spiritual. Menurutnya, Paulus ingin menekankan bahwa ada pengaruh jahat yang telah membuat jemaat Galatia melupakan esensi Injil.

Galatia 3:2: "Hanya ini yang hendak kuketahui dari kamu: Adakah kamu menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?"

Ayat ini menegaskan doktrin pembenaran oleh iman. Paulus menantang jemaat Galatia dengan pertanyaan retoris: apakah mereka menerima Roh Kudus karena perbuatan hukum Taurat atau karena iman?

Martyn Lloyd-Jones dalam eksposisinya tentang ayat ini menyatakan bahwa "tidak ada orang yang dapat menerima Roh Kudus melalui ketaatan kepada hukum Taurat. Roh Kudus hanya diberikan melalui anugerah Allah kepada mereka yang percaya kepada Kristus."

Jonathan Edwards juga menekankan bahwa manusia secara alami tidak memiliki kemampuan untuk mencapai keselamatan melalui usaha mereka sendiri. Hanya melalui iman kepada Injil, seseorang dapat menerima Roh Kudus sebagai meterai keselamatan mereka.

Galatia 3:3: "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?"

Paulus kembali menekankan kebodohan jemaat Galatia karena mereka telah beralih dari kehidupan dalam Roh kepada usaha manusiawi. Kata "daging" (Gk. sarx) di sini merujuk pada natur manusia yang berdosa, bukan sekadar tubuh fisik.

John Owen dalam karyanya tentang pekerjaan Roh Kudus menjelaskan bahwa "mengandalkan daging dalam kehidupan Kristen adalah bentuk penolakan terhadap karya Roh Kudus. Jika kita memulai dalam anugerah, kita harus tetap hidup dalam anugerah."

Tim Keller dalam tafsirannya tentang Galatia menekankan bahwa banyak orang Kristen modern juga terjebak dalam mentalitas "memulai dengan anugerah tetapi melanjutkan dengan usaha sendiri." Hal ini sering terjadi ketika orang mencoba membuktikan nilai mereka di hadapan Allah dengan perbuatan baik mereka, bukan berdasarkan karya Kristus yang telah sempurna.

Galatia 3:4: "Sia-siakah semua yang telah kamu alami? Masakan sia-sia!"

Ayat ini menunjukkan bahwa jemaat Galatia telah mengalami pekerjaan Roh Kudus dalam hidup mereka, tetapi mereka kini mempertanyakan dasar iman mereka. Paulus mengingatkan mereka bahwa pengalaman rohani mereka akan menjadi sia-sia jika mereka meninggalkan Injil.

Herman Bavinck dalam "Reformed Dogmatics" menjelaskan bahwa pengalaman orang percaya harus selalu dikaitkan dengan kebenaran objektif Injil, bukan sekadar pengalaman emosional semata. Jika seseorang berpaling dari Injil sejati, maka semua pengalaman rohani mereka tidak memiliki nilai kekal.

Relevansi Bagi Gereja Masa Kini

1. Bahaya Legalisme dalam Gereja

Seperti jemaat Galatia, banyak gereja saat ini juga berjuang melawan kecenderungan untuk menggantikan Injil anugerah dengan peraturan dan ritual yang ketat. Dr. Sinclair Ferguson menyoroti bahwa legalisme adalah bentuk penyangkalan Injil karena menempatkan kepercayaan pada usaha manusia, bukan pada anugerah Allah.

2. Pentingnya Memegang Teguh Injil

Salah satu pesan utama dalam Galatia 3:1-4 adalah perlunya berpegang teguh pada Injil sejati. Dr. Michael Horton dalam bukunya "Christless Christianity" menekankan bahwa banyak gereja modern secara tidak sadar mulai menggantikan Injil dengan "moralitas yang membaik," yang pada akhirnya menyesatkan jemaat.

3. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Daging

Seorang Kristen sejati dipanggil untuk hidup oleh Roh, bukan mengandalkan kekuatan sendiri. John Piper dalam khotbahnya tentang Galatia 3 menjelaskan bahwa "iman kepada Injil bukan hanya awal dari kehidupan Kristen, tetapi seluruh fondasinya. Kita bertumbuh dalam kekudusan bukan dengan usaha kita sendiri, tetapi dengan terus-menerus percaya kepada karya Kristus dalam kita."

Kesimpulan

Galatia 3:1-4 adalah peringatan keras bagi setiap orang percaya agar tidak meninggalkan Injil anugerah dan kembali kepada sistem perbuatan hukum. Berdasarkan perspektif teologi Reformed, ayat-ayat ini menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah, diterima melalui iman, dan dikerjakan oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, gereja masa kini harus tetap waspada terhadap ajaran yang menyimpang dari kebenaran Injil dan memastikan bahwa mereka hidup dalam anugerah, bukan dalam usaha manusiawi semata.

Next Post Previous Post