Ibrani 2:17: Kristus sebagai Imam Besar yang Setia dan Berbelaskasihan

Pendahuluan
Ibrani 2:17 adalah salah satu ayat kunci dalam Perjanjian Baru yang menegaskan peran Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang setia dan berbelaskasihan. Ayat ini menyoroti inkarnasi, pendamaian dosa, dan fungsi keimaman Yesus, yang menjadi dasar teologi keselamatan dalam teologi Reformed.
Ayat ini berbunyi:
"Sebab itu, dalam segala hal, Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya supaya Ia menjadi Imam Besar yang berbelaskasihan dan setia dalam pelayanan kepada Allah untuk mendamaikan dosa-dosa umat." (Ibrani 2:17, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam Ibrani 2:17 berdasarkan perspektif teologi Reformed dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan melihat bagaimana ayat ini mengajarkan peran Kristus sebagai Imam Besar, karya pendamaian-Nya, dan dampaknya bagi kehidupan orang percaya.
1. Konteks Ibrani 2:17 dalam Surat Ibrani
Surat Ibrani ditulis untuk menegaskan keunggulan Kristus atas segala sistem Perjanjian Lama, termasuk keimaman Lewi dan sistem pengorbanan.
Pasal 2 berfokus pada inkarnasi Yesus, bagaimana Ia menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Ayat 17 menegaskan bahwa Yesus harus menjadi manusia sepenuhnya agar Ia dapat menjadi Imam Besar yang setia dan melakukan pendamaian dosa.
Beberapa poin penting dalam konteks Ibrani 2:17:
- Yesus mengambil rupa manusia secara penuh (Ibrani 2:14-16).
- Yesus adalah Imam Besar yang berbelaskasihan (Ibrani 2:17).
- Yesus menolong mereka yang dicobai (Ibrani 2:18).
2. Eksposisi Ibrani 2:17
a) "Sebab itu, dalam segala hal, Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya..."
Bagian ini menegaskan bahwa Yesus mengambil rupa manusia yang sejati, bukan sekadar tampilan luar, tetapi sepenuhnya menjadi manusia.
Menurut John Calvin, ini adalah doktrin inkarnasi yang menegaskan bahwa Yesus benar-benar menjadi manusia tanpa kehilangan keilahian-Nya. Ia mengalami kelemahan manusia, pencobaan, dan penderitaan, sehingga Ia bisa menjadi perantara yang sempurna antara Allah dan manusia.
John Owen menambahkan bahwa Yesus harus menjadi manusia agar bisa menjalankan tugas keimaman-Nya dengan sempurna. Sebagai Imam Besar, Yesus tidak bisa menebus dosa manusia tanpa benar-benar menjadi manusia.
R.C. Sproul menegaskan bahwa bagian ini menunjukkan identifikasi Kristus dengan umat manusia. Ini adalah bukti kasih Allah yang besar, karena Allah sendiri turun ke dunia dan mengalami hidup seperti manusia agar bisa menyelamatkan mereka.
b) "...supaya Ia menjadi Imam Besar yang berbelaskasihan dan setia dalam pelayanan kepada Allah..."
Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya Imam Besar biasa, tetapi Imam Besar yang penuh belas kasihan dan setia.
Menurut John Calvin, fungsi utama seorang imam adalah menjadi perantara antara manusia dan Allah. Imam Besar dalam Perjanjian Lama harus membawa korban bagi dosa umat, tetapi Yesus sendiri menjadi korban itu dan dengan sempurna mempersembahkan diri-Nya kepada Allah.
John Owen menyoroti dua karakteristik utama keimaman Kristus dalam ayat ini:
- Berbelaskasihan – Yesus memahami penderitaan manusia karena Ia sendiri telah mengalaminya.
- Setia – Yesus tidak gagal dalam menjalankan tugas keimaman-Nya, tetapi menggenapi seluruh hukum dan kehendak Allah.
R.C. Sproul menegaskan bahwa karena Yesus adalah Imam Besar yang berbelaskasihan, kita bisa datang kepada-Nya dengan penuh keberanian (Ibrani 4:16). Kita tidak perlu takut untuk mengakui dosa dan kelemahan kita, karena kita tahu bahwa Ia memahami dan mengampuni kita dengan sempurna.
c) "...untuk mendamaikan dosa-dosa umat."
Bagian ini menekankan fungsi utama keimaman Yesus, yaitu melakukan pendamaian bagi dosa manusia.
Menurut John Calvin, kata "mendamaikan" (hilaskesthai dalam bahasa Yunani) menunjukkan bahwa Yesus telah menanggung murka Allah atas dosa-dosa kita. Ini adalah konsep penebusan yang menjadi dasar doktrin keselamatan dalam teologi Reformed.
John Owen menekankan bahwa pendamaian yang dilakukan oleh Yesus bersifat sempurna dan final. Dalam sistem Perjanjian Lama, imam harus mempersembahkan korban setiap tahun untuk dosa umat. Tetapi Yesus hanya mempersembahkan diri-Nya sekali untuk selama-lamanya (Ibrani 9:12).
R.C. Sproul mengaitkan ini dengan doktrin penebusan terbatas (limited atonement), yang mengajarkan bahwa Kristus secara efektif menebus dosa-dosa umat pilihan-Nya, bukan hanya sekadar menyediakan kemungkinan keselamatan bagi semua orang.
3. Teologi Reformed tentang Keimaman Kristus dan Pendamaian Dosa
a) Kristus sebagai Imam Besar dalam Perjanjian Baru
Dalam teologi Reformed, keimaman Kristus merupakan penggenapan dari sistem keimaman dalam Perjanjian Lama.
Menurut John Calvin, keimaman Kristus lebih tinggi daripada keimaman Lewi karena:
- Kristus tidak hanya mempersembahkan korban, tetapi menjadi korban itu sendiri.
- Kristus adalah Imam Besar yang sempurna, yang tidak memiliki dosa.
- Korban yang dipersembahkan-Nya bersifat final dan tidak perlu diulang.
John Owen menekankan bahwa keimaman Kristus bersifat kekal, berbeda dengan imam-imam dalam Perjanjian Lama yang harus digantikan karena kematian.
b) Pendamaian Dosa dalam Teologi Reformed
Ibrani 2:17 menunjukkan bahwa pendamaian Kristus adalah pendamaian yang efektif.
R.C. Sproul menegaskan bahwa pendamaian Kristus bukan hanya menyediakan kemungkinan keselamatan, tetapi secara efektif menyelamatkan umat pilihan Allah.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa tanpa pendamaian ini, tidak ada manusia yang dapat berdiri di hadapan Allah. Hanya karena darah Kristus, kita bisa dibenarkan dan diterima oleh Allah.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Percaya bahwa Kristus Benar-benar Mengerti Penderitaan Kita
Karena Yesus telah menjadi manusia dan mengalami penderitaan, kita bisa yakin bahwa Ia memahami setiap kesulitan yang kita hadapi.
John Calvin menekankan bahwa kita tidak perlu merasa sendirian dalam penderitaan kita. Yesus adalah Imam Besar yang berbelaskasihan, yang selalu siap menolong kita.
b) Datang kepada Kristus dengan Keberanian
Karena Yesus telah mendamaikan dosa-dosa kita, kita bisa datang kepada-Nya dengan penuh keberanian.
R.C. Sproul menekankan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni. Jika kita telah bertobat dan percaya kepada Kristus, kita bisa yakin bahwa kita telah diterima oleh Allah.
c) Hidup dalam Ketaatan kepada Kristus
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam ketaatan karena Yesus telah mengorbankan diri-Nya bagi kita.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam kehidupan yang kudus. Jika kita benar-benar percaya kepada Kristus, kita akan hidup untuk memuliakan Dia.
Kesimpulan
Ibrani 2:17 menegaskan bahwa Kristus adalah Imam Besar yang setia dan berbelaskasihan, yang telah melakukan pendamaian bagi dosa-dosa umat-Nya.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Inkarnasi Kristus adalah bagian dari rencana keselamatan Allah.
- Keimaman Kristus lebih tinggi daripada sistem keimaman dalam Perjanjian Lama.
- Pendamaian yang dilakukan oleh Kristus bersifat final dan efektif.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk percaya kepada Kristus, hidup dalam pengampunan-Nya, dan menjalani kehidupan yang memuliakan-Nya.