Ibrani 5:8: Melatih Kesabaran dan Ketaatan Seperti Yesus

Pendahuluan:
Ibrani 5:8 berbunyi:
“Sekalipun Ia adalah Anak, Ia belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus, meskipun sebagai Anak Allah, mengalami penderitaan dan melalui itu Ia belajar ketaatan. Dalam teologi Reformed, ayat ini memiliki implikasi mendalam mengenai kesabaran, ketaatan, dan makna penderitaan dalam hidup orang percaya.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi:
- Eksposisi mendalam Ibrani 5:8
- Pandangan para teolog Reformed mengenai ketaatan dan penderitaan
- Bagaimana kita dapat meneladani Yesus dalam kesabaran dan ketaatan
1. Konteks Ibrani 5:8 dalam Kitab Ibrani
Kitab Ibrani ditulis untuk meneguhkan iman orang percaya yang mengalami penganiayaan dan godaan untuk kembali kepada hukum Taurat. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dibandingkan sistem keimamatan Perjanjian Lama.
Dalam pasal 5, Yesus dibandingkan dengan imam besar di Perjanjian Lama, tetapi dengan perbedaan mendasar:
- Imam besar manusia harus mempersembahkan korban bagi dirinya sendiri sebelum mempersembahkan bagi orang lain.
- Yesus tidak berdosa, tetapi tetap mengalami penderitaan untuk menggenapi rencana Allah.
- Penderitaan Yesus bukan karena dosa-Nya sendiri, tetapi demi keselamatan umat manusia.
Ayat 8 secara khusus menunjukkan bahwa melalui penderitaan, Yesus belajar ketaatan sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah.
2. Eksposisi Ibrani 5:8
a. “Sekalipun Ia adalah Anak”
Frasa ini menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi tetap mengalami penderitaan.
John Calvin dalam Commentary on Hebrews menjelaskan:
“Yesus, sebagai Anak Allah, memiliki otoritas ilahi. Namun, dalam kemanusiaan-Nya, Ia memilih untuk merendahkan diri dan menaati Bapa-Nya sepenuhnya.”
Meskipun Yesus adalah Anak yang sempurna, Ia tetap memilih untuk menjalani kehidupan manusia sepenuhnya, termasuk penderitaan.
b. “Ia belajar taat”
Yesus tidak pernah tidak taat, tetapi dalam kemanusiaan-Nya, Ia mengalami ketaatan dalam tindakan nyata melalui penderitaan.
Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan:
“Ketaatan sejati bukan hanya teori, tetapi sesuatu yang diuji dalam pengalaman nyata. Yesus menunjukkan ketaatan-Nya dengan tetap setia bahkan dalam penderitaan.”
Poin ini sangat penting karena menunjukkan bahwa ketaatan Yesus bukan hanya formalitas, tetapi realitas yang diuji dalam penderitaan-Nya di dunia.
c. “Dari apa yang telah diderita-Nya”
Bagian ini menekankan bahwa penderitaan Yesus adalah bagian dari rencana keselamatan Allah.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa penderitaan bukanlah bukti kelemahan, tetapi bagian dari penggenapan rencana Allah.
Yesus menderita bukan karena kesalahan-Nya sendiri, tetapi untuk menunjukkan bahwa ketaatan sejati harus melalui pengorbanan.
3. Perspektif Teologi Reformed tentang Kesabaran dan Ketaatan
a. John Calvin: Ketaatan Yesus adalah Dasar Keselamatan Kita
Calvin menekankan bahwa ketaatan Yesus bukan hanya teladan, tetapi dasar keselamatan kita.
Dalam Institutes of the Christian Religion, ia menulis:
“Yesus menaati Bapa dalam segala hal, bahkan sampai mati, sehingga kita yang gagal menaati dapat diselamatkan melalui ketaatan-Nya.”
Artinya, ketaatan Yesus menggantikan ketidaktaatan kita, sehingga kita dapat dibenarkan di hadapan Allah.
b. Charles Hodge: Penderitaan Membentuk Karakter Kristiani
Hodge menekankan bahwa penderitaan memiliki peran penting dalam membentuk karakter orang percaya.
Dalam Systematic Theology, ia berkata:
“Seperti Yesus yang belajar ketaatan melalui penderitaan, demikian pula orang percaya dibentuk melalui kesulitan hidup.”
Ini berarti bahwa kesabaran dan ketaatan kita diuji melalui penderitaan, dan itu adalah bagian dari proses pengudusan.
c. R.C. Sproul: Penderitaan dalam Rencana Kedaulatan Allah
Sproul menjelaskan bahwa penderitaan Yesus bukanlah kebetulan, tetapi bagian dari rencana kedaulatan Allah.
Dalam The Holiness of God, ia menulis:
“Penderitaan Kristus bukan tanda kelemahan, tetapi bukti kasih dan ketaatan yang sejati.”
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk ikut dalam penderitaan-Nya dengan penuh kesabaran dan iman.
4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya
a. Mengembangkan Kesabaran dalam Menghadapi Ujian
Seperti Yesus, kita juga dipanggil untuk menghadapi penderitaan dengan kesabaran dan ketaatan.
Yakobus 1:2-3 berkata:
“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, saudara-saudaraku, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan.”
b. Meneladani Ketaatan Yesus dalam Hidup Sehari-hari
Yesus setia hingga akhir, dan kita juga dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada firman Allah.
1 Yohanes 2:6 menegaskan:
“Barangsiapa mengatakan bahwa ia tetap ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
c. Percaya bahwa Penderitaan Memiliki Tujuan dalam Rencana Allah
Roma 8:28 berkata:
“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.”
Ini berarti bahwa penderitaan kita tidak sia-sia, tetapi bagian dari proses pertumbuhan rohani kita.
5. Tantangan dalam Menerapkan Kesabaran dan Ketaatan
a. Menghadapi Penderitaan dengan Iman
Kadang-kadang kita ingin menyerah saat menghadapi pencobaan, tetapi kita harus percaya bahwa Allah sedang bekerja melalui penderitaan kita.
b. Menghindari Sikap Tidak Mau Taat
Dunia mengajarkan bahwa kebebasan adalah melakukan apa yang kita mau, tetapi Yesus menunjukkan bahwa kebebasan sejati adalah hidup dalam ketaatan kepada Allah.
c. Belajar Bersabar dalam Proses Pertumbuhan Rohani
Kita sering menginginkan hasil yang instan, tetapi Allah bekerja dalam waktu-Nya sendiri untuk membentuk karakter kita.
Kesimpulan
Ibrani 5:8 mengajarkan bahwa Yesus, meskipun Anak Allah, tetap memilih untuk menaati Bapa melalui penderitaan-Nya.
Para teolog Reformed seperti Calvin, Hodge, dan Sproul menekankan bahwa:
- Ketaatan Yesus adalah dasar keselamatan kita.
- Penderitaan adalah bagian dari rencana Allah untuk membentuk iman kita.
- Kesabaran dalam menghadapi ujian adalah bukti pertumbuhan rohani.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
- Mengembangkan kesabaran dalam menghadapi pencobaan.
- Meneladani ketaatan Yesus dalam kehidupan kita.
- Percaya bahwa penderitaan memiliki tujuan dalam rencana Allah.