Iman yang Menyelamatkan Menerima Kristus

Pendahuluan:
Dalam teologi Kristen, khususnya dalam tradisi Reformed, konsep iman yang menyelamatkan (saving faith) adalah inti dari ajaran keselamatan. Iman bukan hanya sekadar percaya pada fakta-fakta tentang Yesus, tetapi juga menerima Dia secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul menekankan bahwa iman yang sejati bukan sekadar keyakinan intelektual, tetapi merupakan tindakan hati yang bersandar sepenuhnya pada Kristus untuk keselamatan.
Artikel ini akan mengupas bagaimana iman yang menyelamatkan bekerja, bagaimana iman itu menerima Kristus, dan mengapa iman yang sejati selalu menghasilkan perubahan hidup.
1. Apa Itu Iman yang Menyelamatkan?
Dalam Kitab Suci, iman yang menyelamatkan bukan sekadar kepercayaan biasa. Bahkan Iblis pun percaya akan keberadaan Allah (Yakobus 2:19), tetapi itu tidak menyelamatkannya.
Iman yang sejati memiliki tiga unsur utama, sebagaimana diajarkan dalam tradisi Reformed:
a. Pengetahuan (Notitia)
Iman dimulai dengan mengetahui kebenaran. Roma 10:17 mengatakan:
"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."
Ini berarti seseorang harus terlebih dahulu memahami siapa Yesus, apa yang telah Ia lakukan, dan apa yang Alkitab ajarkan tentang keselamatan.
b. Persetujuan (Assensus)
Setelah mengetahui kebenaran, seseorang harus menyetujuinya sebagai benar. Ini berarti menerima bahwa Yesus benar-benar Tuhan, bahwa manusia adalah pendosa, dan bahwa hanya melalui Kristus seseorang dapat diselamatkan.
c. Kepercayaan (Fiducia)
Bagian terakhir dari iman yang menyelamatkan adalah kepercayaan pribadi. Ini bukan hanya menerima fakta-fakta tentang Yesus, tetapi benar-benar menyerahkan diri kepada-Nya.
Yesus berkata dalam Yohanes 3:16:
"Sebab Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Iman yang sejati bukan hanya percaya bahwa Yesus bisa menyelamatkan, tetapi percaya bahwa Dia menyelamatkan saya secara pribadi.
2. Iman yang Menyelamatkan Harus Menerima Kristus
Teologi Reformed menekankan bahwa iman yang menyelamatkan selalu bersifat pribadi dan harus mencakup penerimaan Kristus secara penuh.
a. Iman Bukan Sekadar Persetujuan Intelektual
Jonathan Edwards menegaskan bahwa banyak orang memiliki iman palsu—mereka mengaku percaya kepada Yesus, tetapi mereka tidak benar-benar menerima Dia sebagai Tuhan dalam hidup mereka.
Yesus sendiri memperingatkan dalam Matius 7:21:
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga."
Ini berarti iman yang sejati bukan hanya berkata "saya percaya," tetapi benar-benar mempercayakan hidup kepada Kristus.
b. Menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Iman yang menyelamatkan menerima Kristus dalam dua aspek utama:
- Sebagai Juruselamat: Kita harus percaya bahwa hanya melalui Kristus kita diselamatkan dari dosa dan murka Allah (Kisah Para Rasul 4:12).
- Sebagai Tuhan: Kita harus tunduk kepada otoritas-Nya dan mengikuti Dia dalam ketaatan (Lukas 6:46).
Charles Spurgeon berkata, "Iman yang sejati bukan hanya percaya kepada Kristus, tetapi berpegang kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, dan hidup untuk-Nya."
3. Penerimaan Kristus dalam Teologi Perjanjian
Teologi Reformed memahami keselamatan dalam konteks perjanjian Allah.
a. Perjanjian Anugerah (Covenant of Grace)
Dalam Perjanjian Anugerah, Allah menawarkan keselamatan kepada manusia berdasarkan karya Kristus. Setiap orang yang memiliki iman sejati dan menerima Kristus menjadi bagian dari perjanjian ini (Efesus 2:8-9).
b. Peran Roh Kudus dalam Iman yang Menyelamatkan
Iman yang sejati bukanlah hasil usaha manusia, tetapi karya Roh Kudus. Yohanes 6:44 mengatakan:
"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku jika Bapa yang mengutus Aku tidak menarik dia."
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, manusia tidak akan pernah mampu menerima Kristus dengan iman yang sejati.
4. Iman yang Menyelamatkan Selalu Menghasilkan Perubahan Hidup
Salah satu bukti dari iman yang menyelamatkan adalah perubahan hidup.
Yakobus 2:17 mengatakan:
"Iman tanpa perbuatan adalah mati."
a. Pertobatan Sejati
Orang yang benar-benar memiliki iman akan meninggalkan dosa dan berusaha hidup kudus (2 Korintus 5:17).
b. Kasih kepada Allah dan Sesama
1 Yohanes 4:19-20 menegaskan bahwa orang yang sungguh-sungguh diselamatkan akan mengasihi Allah dan sesama.
c. Buah Roh Kudus
Galatia 5:22-23 menyebutkan bahwa iman sejati akan menghasilkan kasih, sukacita, damai sejahtera, dan buah Roh lainnya dalam kehidupan orang percaya.
R.C. Sproul berkata: "Iman yang sejati bukan hanya keputusan sesaat, tetapi perubahan seumur hidup yang dimulai oleh anugerah Allah."
5. Peringatan tentang Iman Palsu
Yesus memperingatkan bahwa banyak orang mengira mereka memiliki iman yang menyelamatkan, tetapi sebenarnya mereka tidak.
Matius 7:22-23 berkata:
"Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, mengusir setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak mujizat demi nama-Mu?’ Tetapi pada waktu itu Aku akan berkata kepada mereka dengan terus terang: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari-Ku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!’"
a. Iman yang Sejati Bukan Sekadar Emosi
Beberapa orang merasa terharu dalam kebaktian, tetapi setelah itu tidak mengalami perubahan hidup.
b. Iman yang Sejati Bukan Sekadar Aktivitas Keagamaan
Pergi ke gereja, membaca Alkitab, atau bahkan melayani tidak otomatis berarti seseorang memiliki iman yang menyelamatkan.
c. Iman yang Sejati Harus Berakar dalam Hubungan dengan Kristus
Yesus berkata dalam Yohanes 15:5:
"Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."
Kesimpulan: Apakah Kita Sudah Memiliki Iman yang Menyelamatkan?
Iman yang menyelamatkan bukan hanya sekadar percaya bahwa Yesus ada, tetapi menerima Dia secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Sebagai orang Kristen, kita harus bertanya kepada diri sendiri:
- Apakah saya benar-benar percaya kepada Kristus, atau hanya tahu tentang Dia?
- Apakah saya telah menyerahkan hidup saya kepada-Nya?
- Apakah ada bukti perubahan hidup dalam iman saya?
Jika kita belum memiliki iman yang sejati, marilah kita datang kepada Kristus dengan hati yang rendah, memohon anugerah-Nya untuk memberikan kepada kita iman yang menyelamatkan.
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." (Efesus 2:8)