Makna Jalan Salib (Via Dolorosa): Lukas 23:26-32

Pendahuluan
Perjalanan Yesus menuju Golgota, yang dikenal sebagai Via Dolorosa (Jalan Penderitaan), merupakan salah satu bagian paling dramatis dalam kisah penyaliban-Nya. Lukas 23:26-32 menggambarkan momen ketika Yesus memikul salib, diikuti oleh para perempuan yang menangisinya, hingga Ia tiba di tempat penyaliban bersama dua penjahat lainnya.
Lukas 23:26-32 (AYT)
"Ketika para tentara membawa Yesus pergi, mereka juga menahan seseorang, yaitu Simon dari Kirene yang baru datang dari desa. Para tentara meletakkan salib Yesus di pundaknya dan menyuruhnya memikul salib itu di belakang Yesus. Banyak orang yang mengikuti Yesus, dan di antara mereka ada perempuan-perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Akan tetapi, Yesus menoleh kepada mereka dan berkata, ‘Hai putri-putri Yerusalem, jangan kamu menangisi Aku. Tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. Akan tiba waktunya ketika orang-orang akan berkata, ‘Berbahagialah perempuan-perempuan yang mandul, dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan anak, dan yang payudaranya tidak pernah menyusui.’ Pada saat itu, mereka akan berkata kepada gunung-gunung, ‘Runtuhlah ke atas kami!’ dan kepada bukit-bukit, ‘Timbunlah kami!’ Sebab, apabila mereka melakukan hal-hal ini ketika pohon masih hidup, apa yang akan terjadi ketika pohon itu kering?’ Ada juga dua orang penjahat yang dibawa untuk dihukum mati bersama-sama dengan Yesus."
Bagaimana kita memahami makna teologis dari perjalanan Yesus ini? Apa implikasinya bagi kehidupan Kristen? Artikel ini akan mengeksposisi Lukas 23:26-32 dalam terang teologi Reformed, dengan mengacu pada pandangan beberapa ahli teologi seperti John Calvin, Charles Hodge, dan R.C. Sproul.
I. Konteks Lukas 23:26-32
1. Latar Belakang Historis
Via Dolorosa adalah jalur yang diyakini sebagai jalan yang ditempuh Yesus dari tempat pengadilan Pilatus ke Golgota. Lukas mencatat beberapa peristiwa penting dalam perjalanan ini:
-
Simon dari Kirene dipaksa memikul salib Yesus (Lukas 23:26).
-
Perempuan-perempuan Yerusalem menangisi Yesus, tetapi Ia meminta mereka untuk menangisi diri mereka sendiri (Lukas 23:27-31).
-
Dua penjahat juga dibawa bersama Yesus untuk disalibkan (Lukas 23:32).
2. Makna Simbolis dalam Konteks Alkitab
Setiap elemen dalam peristiwa ini memiliki makna simbolis yang mendalam:
-
Salib yang dipikul oleh Simon melambangkan panggilan murid untuk memikul salib mereka (Lukas 9:23).
-
Perempuan yang menangisi Yesus mencerminkan kesedihan manusia atas penderitaan-Nya, tetapi Yesus mengarahkan perhatian mereka kepada penghakiman Allah atas Yerusalem.
-
Dua penjahat yang disalibkan bersama Yesus menunjukkan dua respons manusia terhadap Kristus—yang satu menolak, yang lain bertobat (Lukas 23:39-43).
II. Eksposisi Teologis Lukas 23:26-32
1. Simon dari Kirene: Simbol Pengikut Kristus
Lukas mencatat bahwa Simon dari Kirene dipaksa memikul salib Yesus. Ini bukan kebetulan, tetapi memiliki makna rohani mendalam.
a. John Calvin: Partisipasi dalam Penderitaan Kristus
John Calvin dalam Commentary on a Harmony of the Evangelists menekankan bahwa Simon dari Kirene melambangkan semua orang percaya yang harus ikut dalam penderitaan Kristus.
-
Mengikut Kristus berarti memikul salib-Nya (Matius 16:24).
-
Penderitaan yang dialami orang percaya bukanlah hukuman, tetapi alat pemurnian iman (Roma 8:17).
-
Simon awalnya terpaksa, tetapi kemudian dipandang sebagai orang yang berkat (Markus 15:21 menyebut nama anak-anaknya, Rufus dan Aleksander, yang diduga menjadi orang percaya).
b. Charles Hodge: Identifikasi dengan Kristus
Charles Hodge menyoroti bahwa Simon melambangkan panggilan Kristen untuk menderita bersama Kristus (Filipi 1:29).
-
Penderitaan orang percaya bukan sia-sia, tetapi bagian dari rencana keselamatan.
-
Setiap pengikut Kristus harus siap menanggung konsekuensi dari iman mereka, termasuk penganiayaan.
2. Perempuan yang Menangisi Yesus: Penghakiman atas Yerusalem
Yesus menegur perempuan-perempuan Yerusalem yang menangisi-Nya, meminta mereka untuk menangisi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
a. R.C. Sproul: Penghakiman yang Akan Datang
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa Yesus mengacu pada kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M, ketika Roma menghancurkan kota itu.
-
Penderitaan Yesus adalah bagian dari rencana Allah, tetapi penghancuran Yerusalem adalah hukuman atas penolakan bangsa itu terhadap Mesias.
-
Yesus mengutip nubuat Hosea 10:8, yang berbicara tentang kehancuran akibat murka Allah.
b. John Calvin: Kesedihan Sejati adalah Pertobatan
Calvin menekankan bahwa tangisan yang benar bukan sekadar emosi, tetapi pertobatan sejati.
-
Kesedihan duniawi tanpa pertobatan tidak menyelamatkan, seperti kesedihan Yudas yang berujung pada keputusasaan.
-
Tangisan sejati adalah pengakuan dosa dan pertobatan, sebagaimana dilakukan oleh penjahat yang bertobat di salib.
3. Dua Penjahat: Kontras Respons terhadap Kristus
Lukas 23:32 menyebutkan bahwa dua penjahat juga dibawa untuk disalibkan bersama Yesus. Ini menunjukkan dua reaksi manusia terhadap Injil:
-
Penjahat pertama menolak Kristus, mencemooh-Nya.
-
Penjahat kedua bertobat, mengakui dosa-dosanya dan meminta keselamatan.
a. R.C. Sproul: Dosa dan Anugerah dalam Kontras
Sproul menjelaskan bahwa dua penjahat ini menggambarkan dua respons manusia terhadap Yesus:
-
Yang satu tetap keras hati dalam dosa, yang lain bertobat oleh anugerah Allah.
-
Keselamatan bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi semata-mata oleh kasih karunia Tuhan.
b. Teologi Reformed: Pemilihan dan Anugerah Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan keputusan manusia belaka (Efesus 2:8-9).
-
Mengapa satu penjahat bertobat dan yang lain tidak? Jawabannya ada dalam doktrin pemilihan Allah (Roma 9:15-16).
-
Respons terhadap Kristus menunjukkan kondisi hati manusia yang telah diperbarui oleh Roh Kudus.
III. Aplikasi bagi Kehidupan Kristen
Bagaimana kita menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan kita?
-
Kita harus siap memikul salib kita seperti Simon dari Kirene (Matius 16:24).
-
Kesedihan sejati bukan hanya menangisi Yesus, tetapi bertobat dari dosa (2 Korintus 7:10).
-
Respons kita terhadap Kristus menentukan kekekalan kita, seperti dua penjahat di salib (Lukas 23:39-43).
Kesimpulan
Lukas 23:26-32 mengajarkan bahwa Jalan Salib bukan hanya penderitaan Yesus, tetapi juga panggilan bagi setiap orang percaya:
-
Simon dari Kirene melambangkan murid sejati yang memikul salib.
-
Perempuan Yerusalem menunjukkan bahwa kesedihan tanpa pertobatan tidak menyelamatkan.
-
Dua penjahat menyoroti anugerah pemilihan Allah dalam keselamatan.
Melalui Via Dolorosa, kita melihat kemuliaan Injil dalam penderitaan Kristus, yang membawa keselamatan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.