Matius 5:39 – "Jangan Melawan Orang yang Berbuat Jahat"

Pendahuluan
Matius 5:39 adalah salah satu ayat yang paling sering disalahpahami dan menimbulkan berbagai diskusi dalam teologi Kristen, terutama dalam tradisi Reformed. Ayat ini berbunyi:
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:39, TB)
Ayat ini merupakan bagian dari Khotbah di Bukit (Matius 5-7), di mana Yesus mengajarkan standar moral dan etika Kerajaan Allah yang lebih tinggi daripada hukum Taurat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas Matius 5:39 dari perspektif teologi Reformed, bagaimana ayat ini dipahami dalam konteksnya, serta bagaimana para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, John MacArthur, dan Charles Spurgeon menjelaskan prinsip ini dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks Matius 5:39 dalam Khotbah di Bukit
a. Latar Belakang Khotbah di Bukit
Khotbah di Bukit adalah pengajaran paling terkenal dari Yesus yang menunjukkan bagaimana orang percaya harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah.
Dalam Matius 5:17-48, Yesus memberikan enam contoh bagaimana standar moral dalam Kerajaan Allah melampaui hukum Taurat, yang sering disebut sebagai "antitesis":
- Jangan membunuh → Jangan marah tanpa alasan (Matius 5:21-26)
- Jangan berzina → Jangan memandang dengan nafsu (Matius 5:27-30)
- Perceraian → Setia dalam pernikahan (Matius 5:31-32)
- Jangan bersumpah palsu → Katakan "ya" atau "tidak" (Matius 5:33-37)
- Mata ganti mata → Jangan melawan kejahatan (Matius 5:38-42)
- Kasihilah sesamamu → Kasihilah musuhmu (Matius 5:43-48)
Matius 5:39 berada dalam poin kelima, di mana Yesus membahas prinsip pembalasan dan sikap terhadap orang yang berbuat jahat.
Menurut John MacArthur, bagian ini mengajarkan bahwa orang Kristen tidak boleh membalas dendam secara pribadi, tetapi menyerahkan pembalasan kepada Tuhan.
b. Hukum "Mata Ganti Mata" dalam Perjanjian Lama
Sebelum ayat ini, Yesus mengutip hukum Taurat:
"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi." (Matius 5:38)
Hukum ini dikenal sebagai lex talionis (hukum pembalasan setimpal), yang ditemukan dalam Keluaran 21:24, Imamat 24:20, dan Ulangan 19:21.
Menurut R.C. Sproul, hukum ini diberikan untuk membatasi pembalasan, agar tidak ada tindakan balas dendam yang berlebihan.
Namun, orang-orang Yahudi pada zaman Yesus menafsirkan hukum ini sebagai izin untuk membalas dendam secara pribadi, bukan sebagai hukum yang harus ditegakkan oleh pengadilan.
Oleh karena itu, Yesus menantang pemahaman mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu."
2. Apa Arti "Janganlah Kamu Melawan Orang yang Berbuat Jahat"?
a. Apakah Ini Berarti Orang Kristen Harus Pasif?
Banyak orang salah memahami ayat ini sebagai perintah untuk tidak melawan kejahatan dalam bentuk apa pun, termasuk dalam pemerintahan atau perang.
Namun, John Calvin dalam komentarnya tentang Matius 5:39 menjelaskan bahwa Yesus tidak melarang semua bentuk perlawanan terhadap kejahatan, tetapi melarang pembalasan dendam pribadi.
Menurut Calvin:
"Kristus tidak meniadakan semua pembelaan diri, tetapi Ia mengajarkan kita untuk tidak membalas dendam secara pribadi, melainkan menyerahkan pembalasan kepada Allah."
Ini sejalan dengan Roma 12:19, di mana Paulus berkata:
"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."
b. Contoh "Menampar Pipi Kanan" dalam Budaya Yahudi
Yesus berkata, "Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga kepadanya pipi kirimu."
Dalam budaya Yahudi, menampar seseorang di pipi kanan bukan hanya tindakan kekerasan fisik, tetapi penghinaan terbesar.
Menurut D.A. Carson, ini mengacu pada tindakan menghina seseorang secara sosial, bukan serangan fisik yang mematikan.
Yesus mengajarkan bahwa sebagai pengikut-Nya, kita tidak boleh membalas penghinaan dengan penghinaan, tetapi merespons dengan kasih dan kesabaran.
3. Bagaimana Matius 5:39 Dipahami dalam Teologi Reformed?
a. R.C. Sproul: Tidak Menyerahkan Hak, tetapi Menyerahkan Dendam
Menurut R.C. Sproul, Yesus tidak meminta orang Kristen untuk menyerahkan hak mereka secara total, tetapi mengajarkan agar mereka tidak menggunakan hak mereka untuk membalas dendam secara pribadi.
Sproul menekankan bahwa negara tetap memiliki tanggung jawab untuk menegakkan keadilan, seperti yang disebutkan dalam Roma 13:1-4, di mana pemerintah disebut sebagai hamba Allah untuk menghukum kejahatan.
b. Charles Spurgeon: Kekuatan Rohani dalam Pengampunan
Charles Spurgeon menafsirkan ayat ini sebagai panggilan untuk menunjukkan karakter Kristus dalam menghadapi kejahatan.
Ia berkata:
"Orang yang paling kuat bukanlah mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mereka yang mampu mengasihi bahkan ketika disakiti."
c. John MacArthur: Prinsip Kerendahan Hati
John MacArthur menekankan bahwa ayat ini mengajarkan prinsip kerendahan hati dalam menghadapi orang yang menghina kita.
Yesus sendiri menunjukkan contoh ini dalam 1 Petrus 2:23:
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."
4. Bagaimana Menerapkan Matius 5:39 dalam Kehidupan Kristen?
a. Jangan Membalas Dendam Secara Pribadi
Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk menahan diri dari keinginan untuk membalas dendam dan menyerahkan segala keadilan kepada Tuhan.
b. Tunjukkan Kasih dalam Menghadapi Penghinaan
Yesus mengajarkan bahwa ketika kita dihina, kita harus merespons dengan kasih, bukan kemarahan.
Lukas 6:27-28 berkata:
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu."
c. Mengandalkan Tuhan sebagai Pembela Kita
Kita harus percaya bahwa Allah akan membela umat-Nya pada waktu yang tepat.
Mazmur 37:5-6 berkata:
"Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang."
Kesimpulan
Matius 5:39 tidak mengajarkan pasifisme absolut, tetapi melarang balas dendam pribadi.
✅ Yesus mengajarkan untuk tidak membalas penghinaan dengan penghinaan.
✅ Kristus sendiri menjadi teladan dalam menghadapi kejahatan dengan kasih.
✅ Sebagai orang percaya, kita harus menyerahkan keadilan kepada Tuhan.
Sebagai warga Kerajaan Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih, kerendahan hati, dan mengandalkan Tuhan sebagai pembela kita.