Mereka yang Murtad: 1 Yohanes 2:19

Pendahuluan
Salah satu isu besar yang dihadapi gereja sepanjang sejarah adalah fenomena kemurtadan—orang-orang yang pernah mengaku beriman kepada Kristus, tetapi kemudian meninggalkan iman mereka. Rasul Yohanes membahas hal ini dalam 1 Yohanes 2:19:
"Mereka datang dari antara kita, tetapi mereka bukan bagian dari kita. Sebab, jika mereka bagian dari kita, mereka akan tetap bersama kita. Namun, mereka meninggalkan kita sehingga nyata bahwa mereka bukan bagian dari kita." (1 Yohanes 2:19, AYT)
Ayat ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang doktrin ketekunan orang kudus (Perseverance of the Saints) dalam teologi Reformed. Yohanes menyatakan bahwa orang yang meninggalkan iman sebenarnya tidak pernah menjadi bagian sejati dari tubuh Kristus. Ini selaras dengan keyakinan teolog Reformed bahwa keselamatan sejati tidak dapat hilang karena ditopang oleh anugerah Allah yang kekal.
Artikel ini akan mengeksplorasi makna 1 Yohanes 2:19 dalam terang pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Konteks 1 Yohanes 2:19
Surat 1 Yohanes ditulis untuk meneguhkan orang percaya di tengah penyebaran ajaran sesat, terutama Gnostisisme. Beberapa orang yang sebelumnya ada di dalam komunitas gereja telah meninggalkan iman mereka dan mengikuti ajaran yang bertentangan dengan Injil.
Dalam ayat ini, Yohanes ingin menjelaskan bahwa mereka yang meninggalkan iman sebenarnya tidak pernah benar-benar menjadi bagian dari tubuh Kristus. Ini menegaskan prinsip bahwa hanya mereka yang benar-benar diselamatkan yang akan tetap bertahan dalam iman sampai akhir.
2. Fenomena Kemurtadan dalam Teologi Reformed
1. Apakah Orang yang Murtad Pernah Diselamatkan?
Dalam teologi Reformed, kemurtadan bukan berarti seseorang kehilangan keselamatan sejati, tetapi menunjukkan bahwa mereka tidak pernah memiliki keselamatan sejati sejak awal.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:
"Mereka yang benar-benar telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus tidak akan pernah benar-benar jatuh dari anugerah, karena Allah yang memilih mereka juga akan menopang mereka sampai akhir."
Calvin menjelaskan bahwa ada orang yang tampaknya memiliki iman tetapi sebenarnya hanya memiliki iman yang dangkal (temporary faith). Mereka mungkin terlihat sebagai bagian dari gereja, tetapi tidak pernah benar-benar dilahirkan kembali (born again).
2. Ketekunan Orang Kudus dan Kemurtadan
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa salah satu doktrin utama dalam teologi Reformed adalah Perseverance of the Saints—ketekunan orang kudus.
"Mereka yang benar-benar dipilih Allah dan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus akan tetap dalam iman sampai akhir. Jika seseorang meninggalkan iman, itu menunjukkan bahwa mereka tidak pernah benar-benar menjadi bagian dari umat pilihan Allah."
Dengan kata lain, mereka yang benar-benar diselamatkan akan tetap bertahan dalam iman, bukan karena kekuatan mereka sendiri, tetapi karena anugerah Allah yang menopang mereka.
3. Mengapa Ada Orang yang Tampak Percaya tetapi Kemudian Meninggalkan Iman?
1. Iman yang Dangkal dan Tidak Sejati
Yesus dalam perumpamaan tentang penabur (Matius 13:1-23) menggambarkan beberapa jenis respons terhadap Injil. Ada orang yang menerima firman dengan sukacita, tetapi karena tidak memiliki akar yang kuat, mereka akhirnya murtad ketika menghadapi kesulitan atau pencobaan.
R.C. Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa ada banyak orang yang secara lahiriah tampak sebagai orang Kristen tetapi sebenarnya tidak memiliki iman sejati:
"Ada banyak orang yang secara lahiriah tampak percaya, bahkan aktif dalam gereja, tetapi tidak pernah benar-benar mengalami kelahiran baru. Ketika ujian datang, mereka menunjukkan bahwa mereka sebenarnya tidak pernah memiliki iman yang sejati."
Kemurtadan bukanlah kehilangan keselamatan, tetapi bukti bahwa seseorang tidak pernah benar-benar lahir baru sejak awal.
2. Pengaruh Ajaran Sesat dan Dunia
Dalam konteks 1 Yohanes, banyak yang meninggalkan iman karena terpengaruh oleh ajaran sesat yang menyangkal Kristus. Ini masih terjadi hingga sekarang, di mana banyak orang yang dulu aktif dalam gereja akhirnya menolak iman Kristen karena tergoda oleh filsafat dunia atau ajaran yang menyimpang dari Alkitab.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis bahwa salah satu ciri zaman akhir adalah meningkatnya pengaruh ajaran sesat yang menyesatkan banyak orang dari iman yang sejati.
"Dalam setiap generasi, gereja harus menghadapi ajaran yang bertentangan dengan Injil. Hanya mereka yang benar-benar berakar dalam firman Tuhan yang akan bertahan dalam iman."
4. Bagaimana Orang Percaya Sejati Bertahan dalam Iman?
1. Dipelihara oleh Anugerah Allah
Ketekunan dalam iman bukanlah hasil dari usaha manusia, tetapi karena anugerah Allah yang menopang orang percaya.
Yesus berkata dalam Yohanes 10:28-29:
"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan tidak seorang pun akan merebut mereka dari tangan-Ku."
Louis Berkhof menegaskan bahwa keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir:
"Allah yang memilih, menebus, dan menguduskan umat-Nya juga akan menjaga mereka sampai mereka mencapai kemuliaan."
Ini berarti bahwa orang percaya sejati akan tetap bertahan, bukan karena kekuatan mereka sendiri, tetapi karena pemeliharaan Allah.
2. Ujian sebagai Sarana Pemurnian Iman
Salah satu cara Allah menjaga umat-Nya adalah dengan mengizinkan ujian dan pencobaan untuk memurnikan iman mereka.
1 Petrus 1:6-7 mengatakan:
"Sekarang ini, kamu harus bersedih hati sejenak oleh berbagai-bagai pencobaan, supaya ujian terhadap imanmu itu, yang jauh lebih berharga daripada emas yang fana, terbukti asli dan menghasilkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat Yesus Kristus dinyatakan."
R.C. Sproul menjelaskan bahwa pencobaan tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan orang percaya, tetapi untuk meneguhkan mereka dalam iman.
"Melalui pencobaan, Allah menguji dan memurnikan umat-Nya sehingga iman mereka semakin kuat dan nyata."
Mereka yang benar-benar milik Kristus akan bertahan, sementara mereka yang hanya memiliki iman dangkal akan tersingkir.
5. Implikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Jangan Terkejut Ketika Ada yang Murtad
Yohanes mengatakan bahwa mereka yang murtad "bukan bagian dari kita." Ini mengajarkan bahwa gereja harus siap menghadapi kenyataan bahwa tidak semua orang yang tampak percaya benar-benar lahir baru.
John Calvin mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dalam menganggap semua orang di gereja sebagai orang percaya sejati:
"Tidak semua yang ada di dalam gereja adalah bagian dari tubuh Kristus yang sejati. Hanya mereka yang telah dipilih dan dipelihara oleh Allah yang akan bertahan sampai akhir."
2. Berpegang Teguh pada Firman Tuhan
Salah satu cara untuk memastikan bahwa kita tidak jatuh ke dalam penyesatan adalah dengan terus memperdalam pemahaman kita tentang firman Tuhan.
Herman Bavinck menekankan bahwa kehidupan Kristen yang sejati harus berakar dalam kebenaran Alkitab:
"Mereka yang mengenal dan mengasihi kebenaran tidak akan mudah tergoyahkan oleh angin pengajaran yang menyesatkan."
3. Doakan dan Bimbing Mereka yang Ragu dalam Iman
Meskipun ada orang yang murtad, kita dipanggil untuk tetap berdoa dan membimbing mereka yang masih ragu dalam iman mereka. Yakobus 5:19-20 mengatakan bahwa siapa yang membawa kembali orang yang tersesat telah menyelamatkan jiwanya dari maut.
Kesimpulan: Kemurtadan sebagai Bukti Iman yang Sejati
1 Yohanes 2:19 mengajarkan bahwa:
- Mereka yang murtad tidak pernah benar-benar menjadi bagian dari tubuh Kristus.
- Keselamatan sejati tidak bisa hilang karena dijaga oleh anugerah Allah.
- Kemurtadan membuktikan perbedaan antara iman sejati dan iman yang dangkal.
- Orang percaya sejati akan tetap bertahan dalam iman sampai akhir.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap teguh dalam iman, berakar dalam firman Tuhan, dan berdoa bagi mereka yang tersesat agar mereka kembali kepada kebenaran.