10 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Ajaran Alkitab mengenai Pria dan Wanita

Pendahuluan:
Isu tentang peran pria dan wanita dalam ajaran Alkitab telah menjadi topik yang terus diperdebatkan di sepanjang sejarah gereja. Dalam dunia modern yang semakin menekankan kesetaraan gender, penting bagi orang Kristen untuk memahami apa yang sebenarnya diajarkan Alkitab tentang pria dan wanita.
Teologi Reformed menekankan bahwa Alkitab adalah otoritas tertinggi dalam semua aspek kehidupan, termasuk mengenai peran gender. Artikel ini akan membahas 10 hal penting yang diajarkan Alkitab tentang pria dan wanita, dengan merujuk pada pendapat beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Wayne Grudem, John Piper, R.C. Sproul, dan Timothy Keller.
1. Pria dan Wanita Diciptakan Menurut Gambar Allah
Dasar dari semua ajaran Alkitab tentang pria dan wanita adalah bahwa keduanya memiliki nilai yang sama di hadapan Allah karena diciptakan menurut gambar Allah (imago Dei).
“Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27, AYT)
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa baik pria maupun wanita memiliki martabat yang sama karena keduanya mencerminkan sifat Allah. Tidak ada superioritas atau inferioritas dalam hal nilai kemanusiaan.
2. Kesetaraan dalam Nilai, Perbedaan dalam Peran
Meskipun pria dan wanita memiliki nilai yang sama di hadapan Allah, Alkitab mengajarkan bahwa keduanya diberikan peran yang berbeda dalam keluarga dan gereja.
Efesus 5:22-25 menunjukkan bahwa suami dipanggil untuk memimpin keluarga dengan kasih, sementara istri dipanggil untuk mendukung kepemimpinan suami dengan tunduk dalam kasih.
Wayne Grudem dalam Biblical Manhood and Womanhood menegaskan bahwa perbedaan ini bukanlah hasil dari dosa, tetapi bagian dari desain ilahi yang baik sejak penciptaan.
3. Kepemimpinan Pria dalam Pernikahan adalah Gambar Kristus dan Gereja
Paulus menggambarkan hubungan suami dan istri sebagai gambaran dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya:
“Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan... Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:22, 25, AYT)
John Piper menegaskan bahwa kepemimpinan suami bukanlah tentang dominasi, melainkan tentang kasih pengorbanan. Suami dipanggil untuk memimpin dengan kelemahlembutan dan pelayanan, sebagaimana Kristus memimpin gereja.
4. Peran Penolong yang Sepadan bagi Wanita
Dalam Kejadian 2:18, Allah berkata:
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Kata "penolong" di sini bukanlah istilah yang merendahkan. Dalam bahasa Ibrani, kata ezer sering digunakan untuk merujuk kepada Allah sendiri sebagai penolong umat-Nya (Mazmur 33:20).
R.C. Sproul menegaskan bahwa wanita dipanggil untuk menjadi mitra yang kuat, mendukung, dan melengkapi pria dalam misi yang Allah berikan.
5. Dosa Telah Merusak Harmoni Peran Pria dan Wanita
Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, hubungan antara pria dan wanita menjadi rusak. Kejadian 3:16 menunjukkan bahwa dosa membawa konsekuensi berupa konflik dan ketegangan dalam hubungan suami-istri.
John Calvin menjelaskan bahwa akibat dosa, pria cenderung menjadi tiran dan wanita cenderung memberontak terhadap kepemimpinan pria. Solusi untuk kerusakan ini adalah pemulihan melalui kasih karunia Kristus.
6. Yesus Menegaskan Martabat Wanita dalam Pelayanan-Nya
Dalam budaya Yahudi abad pertama, wanita sering dianggap rendah. Namun, Yesus menunjukkan sikap yang sangat radikal dengan menghargai dan melibatkan wanita dalam pelayanan-Nya.
Yesus berbicara dengan wanita Samaria (Yohanes 4:7-27), membela wanita yang berdosa (Yohanes 8:1-11), dan melibatkan wanita sebagai saksi pertama kebangkitan-Nya (Matius 28:1-10).
Timothy Keller dalam Jesus the King menegaskan bahwa Injil meninggikan martabat wanita tanpa menghapus perbedaan peran gender yang telah Allah tetapkan.
7. Wanita Memiliki Peran Penting dalam Gereja
Alkitab menunjukkan bahwa wanita memiliki peran yang sangat penting dalam pelayanan gereja. Priskila membantu mengajar Apolos (Kisah Para Rasul 18:26), dan Febe disebut sebagai diakones (Roma 16:1).
Namun, Alkitab juga membatasi peran kepemimpinan rohani di dalam gereja kepada pria (1 Timotius 2:12). Wayne Grudem menegaskan bahwa pembatasan ini bukanlah karena wanita lebih rendah, tetapi karena Allah telah menetapkan tatanan yang baik dalam gereja.
8. Peran Istri Tidak Menghilangkan Suaranya dalam Keluarga
Tunduknya istri kepada suami bukan berarti ia kehilangan hak untuk bersuara atau berpendapat. Amsal 31 menggambarkan seorang istri yang bijaksana, aktif dalam kehidupan keluarga, bisnis, dan masyarakat.
John Piper menekankan bahwa istri yang tunduk adalah mitra aktif yang memberikan nasihat dan mendukung suaminya dalam mengambil keputusan.
9. Pria Bertanggung Jawab untuk Memimpin dengan Kasih dan Kerendahan Hati
Alkitab tidak pernah memberikan izin kepada pria untuk menjadi otoriter atau menindas wanita. Efesus 5:25 menegaskan bahwa suami harus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja.
R.C. Sproul menekankan bahwa kepemimpinan pria dalam keluarga dan gereja harus mencerminkan kasih, pengorbanan, dan pelayanan, bukan kekuasaan yang egois.
10. Kesetaraan dalam Kristus
Paulus menulis dalam Galatia 3:28:
“Tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”
Ayat ini tidak meniadakan perbedaan peran gender, tetapi menegaskan bahwa semua orang percaya memiliki nilai dan warisan yang sama di dalam Kristus.
Timothy Keller menjelaskan bahwa Injil menghancurkan segala bentuk diskriminasi, tetapi tetap mempertahankan perbedaan peran sebagai bagian dari desain Allah.
Kesimpulan: Harmoni di dalam Desain Allah
Ajaran Alkitab tentang pria dan wanita adalah tentang harmoni, bukan persaingan. Pria dan wanita memiliki nilai yang sama di hadapan Allah, tetapi dipanggil untuk menjalani peran yang berbeda dalam keluarga dan gereja.
- Pria dipanggil untuk memimpin dengan kasih dan kerendahan hati.
- Wanita dipanggil untuk mendukung dan melengkapi pria dalam kasih dan hormat.
- Keduanya adalah mitra dalam mewujudkan tujuan Allah di dunia ini.
Sebagaimana John Piper berkata:
“Ketika pria dan wanita menerima peran yang Allah tetapkan, maka kemuliaan Kristus akan terpancar di dunia ini.”