2 Korintus 9:1-2: Kerelaan Hati dalam Pelayanan kepada Orang Kudus

Pendahuluan
Dalam era di mana individualisme dan kepentingan pribadi mendominasi banyak aspek kehidupan, pesan yang disampaikan oleh rasul Paulus dalam 2 Korintus 9:1-2 menjadi sangat relevan. Paulus memuji dan mendorong jemaat Korintus untuk terus menunjukkan kemurahan hati mereka dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Ayat ini bukan hanya soal memberi secara materi, tetapi tentang semangat kolektif gereja untuk melayani dengan sukacita dan ketulusan.
Ayat Teks (AYT):
2 Korintus 9:1 – Bagiku, adalah berlebihan untuk menulis kepadamu tentang pelayanan kepada orang-orang kudus ini.
2 Korintus 9:2 – Sebab, aku mengetahui kerelaanmu, yang aku bangga-banggakan mengenai kamu kepada orang-orang Makedonia, yaitu bahwa Akhaya telah siap sejak tahun lalu dan semangatmulah yang telah menggerakkan sebagian besar dari mereka.
I. Konteks Historis dan Latar Belakang
1.1 Surat Paulus kepada Jemaat Korintus
Surat 2 Korintus ditulis dalam konteks relasi yang kompleks antara Paulus dan jemaat Korintus. Salah satu tema utama dalam surat ini adalah rekonsiliasi dan dukungan pelayanan kasih, khususnya pengumpulan dana bagi orang-orang kudus (orang percaya) yang sedang menderita di Yerusalem.
Menurut John Calvin, Paulus ingin memperbaiki relasi yang sempat retak dan sekaligus menegaskan bahwa pelayanan kasih merupakan buah dari kasih karunia yang sejati. Calvin menekankan bahwa kemurahan hati bukanlah sekadar perintah moral, tetapi respons terhadap anugerah Allah.
1.2 Kondisi Jemaat Yerusalem
Jemaat di Yerusalem mengalami kelaparan dan kemiskinan parah. Oleh karena itu, Paulus mengorganisasi pengumpulan bantuan keuangan dari jemaat-jemaat non-Yahudi. Di sinilah Korintus berperan penting sebagai gereja yang kaya secara materi.
II. Eksposisi Ayat per Ayat
2 Korintus 9:1 – “Bagiku, adalah berlebihan untuk menulis kepadamu tentang pelayanan kepada orang-orang kudus ini.”
2.1 Pelayanan kepada Orang Kudus
Frasa “pelayanan kepada orang-orang kudus” secara khusus merujuk pada pelayanan kasih dalam bentuk bantuan materi. Istilah “pelayanan” di sini adalah diakonia (διακονία), yang juga menunjuk pada tindakan melayani secara praktis.
Charles Hodge, salah satu teolog Reformed besar dari abad ke-19, mencatat bahwa Paulus menganggap hal ini bukan sekadar perintah, tetapi bagian dari fellowship (persekutuan) gereja universal. Memberi bagi orang kudus lain adalah tanda kesatuan tubuh Kristus.
2.2 “Berlebihan untuk menulis kepadamu”
Ucapan ini menunjukkan bahwa Paulus memiliki keyakinan akan kesiapan jemaat Korintus. Namun, menurut Dr. D.A. Carson, ini juga bentuk diplomasi pastoral Paulus yang bertujuan mendorong mereka dengan cara yang tidak menggurui.
2 Korintus 9:2 – “Sebab, aku mengetahui kerelaanmu, yang aku bangga-banggakan mengenai kamu kepada orang-orang Makedonia…”
2.3 Kerelaan Hati dan Antusiasme
Kata “kerelaan” dalam bahasa aslinya adalah prothumia (προθυμία), yang berarti kesiapan, semangat, atau antusiasme. Ini menggambarkan sikap batiniah yang positif terhadap memberi. Dalam teologi Reformed, ini erat kaitannya dengan buah dari pembaruan hati oleh Roh Kudus.
John Owen, dalam tulisannya tentang pengudusan, menjelaskan bahwa segala perbuatan baik, termasuk memberi, harus keluar dari hati yang diperbarui oleh kasih karunia. Tanpa itu, perbuatan lahiriah tidak berkenan di hadapan Allah.
2.4 Pengaruh kepada Jemaat Makedonia
Paulus menyatakan bahwa semangat jemaat Korintus memotivasi jemaat Makedonia. Ini adalah prinsip teladan yang menular dalam komunitas iman. Timothy Keller dalam banyak khotbahnya menekankan bahwa kasih karunia tidak hanya memotivasi secara pribadi, tetapi juga membentuk budaya komunitas yang penuh kasih.
III. Implikasi Teologis
3.1 Memberi sebagai Respons terhadap Injil
Dalam kerangka teologi Reformed, memberi bukan untuk memperoleh berkat, melainkan karena telah menerima berkat terlebih dahulu. Ini adalah ekspresi dari doktrin sola gratia – segala sesuatu termasuk kemurahan hati adalah karena anugerah semata.
3.2 Hubungan Gereja Lokal dan Gereja Universal
Ayat ini menunjukkan bahwa gereja lokal tidak bisa hidup sendiri. Gereja-gereja di Akhaya dan Makedonia menunjukkan solidaritas kepada Yerusalem. Ini mencerminkan kesatuan tubuh Kristus, salah satu prinsip utama dalam doktrin gereja (ekklesiologi) Reformed.
IV. Aplikasi Praktis dalam Pelayanan Modern
4.1 Menumbuhkan Semangat Memberi
Gereja-gereja masa kini bisa belajar dari Korintus dalam menumbuhkan semangat memberi yang tulus. Ini bisa dilakukan melalui:
-
Pengajaran teologis tentang anugerah.
-
Kesaksian jemaat yang telah mengalami perubahan hidup.
-
Kolaborasi antar gereja dalam pelayanan sosial.
4.2 Kepemimpinan yang Mendorong, Bukan Memaksa
Paulus tidak memaksa, tetapi mendorong. Hal ini mencerminkan prinsip kepemimpinan injili yang tidak otoriter, tetapi meneladani Kristus. Pemimpin gereja masa kini perlu mengadopsi pendekatan serupa dalam membina kemurahan hati.
4.3 Memberi sebagai Bagian dari Spiritualitas
Dalam spiritualitas Reformed, aspek “pengudusan” mencakup seluruh hidup, termasuk penggunaan uang. Memberi bukan tindakan sekuler, melainkan ibadah. Ini sejalan dengan Roma 12:1 yang mengajak umat untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup.
V. Pandangan Beberapa Pakar Reformed
5.1 John Calvin
Calvin menulis bahwa memberi merupakan “tanda dari iman yang sejati.” Dalam komentarnya terhadap 2 Korintus, ia mengatakan:
“Sukacita memberi yang digerakkan oleh kasih adalah buah dari Roh Kudus yang bekerja dalam hati orang percaya.”
5.2 Herman Bavinck
Bavinck menekankan bahwa gereja adalah komunitas kasih yang hidup dari Kristus. Dalam sistem teologinya, dia menulis bahwa:
“Etika Kristen berakar dalam relasi baru antara Allah dan manusia di dalam Kristus, dan kemurahan hati adalah bentuk penghayatan kasih dalam ranah sosial.”
5.3 R.C. Sproul
Sproul menekankan pentingnya motivasi dalam memberi:
“Allah tidak melihat seberapa banyak kita memberi, tetapi motivasi hati kita. Ketika kita memberi karena kasih karunia, maka tindakan itu memuliakan Allah.”
Kesimpulan
2 Korintus 9:1-2 bukan sekadar ajakan untuk memberi, tetapi panggilan untuk hidup dalam semangat kasih karunia. Paulus memuji jemaat Korintus bukan karena jumlah yang mereka berikan, melainkan karena kerelaan hati dan semangat mereka yang menular.
Dalam terang teologi Reformed, memberi adalah hasil dari karya Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Ini adalah ekspresi dari transformasi batin yang nyata dan bukti dari kesatuan tubuh Kristus. Gereja masa kini dipanggil untuk meneladani semangat jemaat Korintus dan Makedonia, bukan karena perintah hukum, tetapi karena kuasa Injil.
Penutup
Sebagai umat Allah, kita diajak untuk tidak hanya memahami Firman tetapi juga menghidupinya. Kiranya semangat jemaat Korintus menginspirasi kita untuk:
-
Memberi dengan sukacita,
-
Melayani dengan ketulusan,
-
Dan membangun gereja yang penuh kasih dan solidaritas.
“Sebab, Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” – 2 Korintus 9:7