2 Korintus 9:6-9: Teologi Persembahan, Berkat, dan Anugerah

Pendahuluan
Perikop 2 Korintus 9:6-9 adalah salah satu bagian Alkitab yang paling sering dikutip ketika berbicara tentang persembahan dan kebaikan hati orang percaya. Namun, dalam tradisi teologi Reformed, teks ini memiliki dimensi yang jauh lebih dalam daripada sekedar motivasi untuk memberi secara materi.
Pandangan teologi Reformed melihat ayat ini sebagai refleksi dari prinsip kasih karunia Allah (sola gratia), kedaulatan Allah dalam memberkati, dan panggilan orang percaya untuk hidup dalam kebaikan sebagai buah dari anugerah keselamatan.
Mari kita mengupas eksposisi 2 Korintus 9:6-9 berdasarkan pendapat teolog Reformed terkemuka seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Ridderbos, Louis Berkhof, dan John Stott.
Konteks Historis dan Latar Belakang
Surat 2 Korintus pasal 8-9 berisi seruan Paulus kepada jemaat Korintus untuk melengkapi pengumpulan persembahan bagi orang-orang percaya di Yerusalem yang sedang mengalami kesusahan ekonomi.
Paulus tidak sedang melakukan manipulasi atau paksaan, tetapi mendasarkan seruan ini pada prinsip kasih karunia dan pengertian Injil.
Dalam pandangan teologi Reformed, pemberian bukanlah tindakan manusia untuk mendapatkan berkat, melainkan respons atas kasih karunia Allah yang telah lebih dulu dicurahkan.
Eksposisi Per Ayat
2 Korintus 9:6 — Hukum Tabur Tuai dalam Perspektif Anugerah
"Siapa yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga."
John Calvin menegaskan bahwa prinsip ini bukan berarti manusia dapat memanipulasi Allah dengan memberi banyak agar diberkati lebih. Sebaliknya, ini adalah cara Allah bekerja dalam dunia-Nya — memberi dan menerima adalah bagian dari ketetapan-Nya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa prinsip tabur tuai ini berlaku bukan hanya secara materi, tetapi secara rohani. Orang yang murah hati akan mengalami berkat rohani, seperti sukacita, kedamaian, dan kedewasaan iman.
Teologi Reformed selalu mengingatkan bahwa berkat Allah adalah murni karena anugerah, bukan karena manusia layak.
2 Korintus 9:7 — Memberi dengan Sukacita, Bukan karena Paksaan
"Setiap orang harus memberi seperti yang telah ia putuskan dalam hatinya, bukan dengan dukacita atau di bawah paksaan karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa tindakan memberi dalam kekristenan bukan didorong oleh hukum eksternal, tetapi oleh karya Roh Kudus dalam hati.
Memberi dalam teologi Reformed bukanlah kewajiban kaku, tetapi ekspresi dari hati yang sudah dipenuhi kasih karunia Allah.
John Stott dalam The Message of 2 Corinthians menyatakan bahwa Allah lebih peduli pada motivasi hati daripada jumlah pemberian. Memberi dengan rela adalah ciri orang yang telah mengalami kasih Kristus secara pribadi.
2 Korintus 9:8 — Allah sebagai Sumber Segala Kecukupan dan Berkat
"Dan, Allah sanggup melimpahkan semua anugerah kepada kamu supaya kamu selalu memiliki semua kecukupan dalam segala hal dan berkelimpahan dalam setiap pekerjaan baik."
Herman Ridderbos menegaskan bahwa ayat ini menunjukkan kedaulatan Allah sebagai pemberi berkat. Dalam teologi Reformed, Allah bukan hanya memberi sesuai kebutuhan kita, tetapi juga sesuai dengan rencana-Nya agar kita dapat berbuat baik kepada sesama.
R.C. Sproul menyatakan bahwa Allah tidak hanya mencukupi kebutuhan materi umat-Nya, tetapi terutama memperlengkapi mereka untuk menghasilkan buah dalam pekerjaan baik — untuk memuliakan nama-Nya.
Dalam teologi Reformed, ini sejalan dengan soli Deo gloria — segala sesuatu termasuk berkat materi bertujuan untuk kemuliaan Allah.
2 Korintus 9:9 — Memberi sebagai Cerminan Karakter Allah
"Seperti yang tertulis: 'Ia telah membagi-bagikan, Ia telah memberi kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.'"
John Calvin menegaskan bahwa ayat ini mengutip Mazmur 112:9 untuk menunjukkan bahwa memberi kepada sesama mencerminkan karakter Allah sendiri.
Orang percaya dipanggil untuk hidup sebagai saluran berkat, bukan penimbun kekayaan.
Dalam pandangan teologi Reformed, ini bukan hanya tindakan moral, tetapi bukti transformasi rohani karena Injil.
Tema Utama Teologi Reformed dalam 2 Korintus 9:6-9
1. Persembahan sebagai Respons atas Kasih Karunia Allah (Sola Gratia)
Memberi bukanlah sarana untuk mendapatkan berkat, tetapi respons syukur atas anugerah Allah yang telah lebih dulu diberikan kepada kita di dalam Kristus.
2. Kedaulatan Allah dalam Memberkati (Sovereignty of God)
Allah berdaulat penuh atas berkat dan kebutuhan umat-Nya. Ia tahu kapan, bagaimana, dan seberapa banyak memberikan berkat sesuai rencana-Nya.
3. Motivasi Memberi yang Benar
Teologi Reformed menolak motivasi memberi karena ketakutan atau karena janji berkat duniawi semata. Memberi harus lahir dari hati yang mengasihi Allah dan sesama.
4. Buah Kehidupan Baru dalam Kristus
Memberi dengan sukacita, murah hati, dan tanpa pamrih adalah salah satu buah nyata dari iman yang sejati.
Aplikasi Praktis 2 Korintus 9:6-9 bagi Kehidupan Kristen
1. Mengelola Keuangan dengan Perspektif Injil
Orang percaya dipanggil untuk mengelola keuangan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk memuliakan Allah dan menolong sesama.
2. Memberi dengan Sukacita dan Iman
Kita memberi bukan karena kewajiban agama, tetapi sebagai buah dari kasih karunia yang sudah kita terima di dalam Kristus.
3. Mengandalkan Allah dalam Segala Kebutuhan
Dalam segala keadaan, kita percaya bahwa Allah sanggup mencukupi segala kebutuhan kita — bukan hanya kebutuhan materi, tetapi juga rohani.
4. Menjadi Saluran Berkat bagi Sesama
Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang terbuka untuk berbagi, mencerminkan karakter Allah yang murah hati.
Kesimpulan
2 Korintus 9:6-9 adalah ajaran mendalam tentang prinsip memberi dalam kehidupan orang percaya. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa:
-
Allah adalah sumber segala berkat dan kecukupan.
-
Memberi adalah respons iman, bukan syarat menerima berkat.
-
Motivasi memberi yang benar adalah kasih kepada Allah dan sesama.
-
Memberi mencerminkan karakter Allah dan menjadi kesaksian Injil di dunia.