Abraham: Bapa Orang Percaya — Roma 4:10–12

Pendahuluan
Topik tentang pembenaran oleh iman menjadi inti utama dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Dalam Roma 4:10–12, Paulus membahas momen pembenaran Abraham dan bagaimana peristiwa itu menjadi dasar bagi doktrin sola fide yang diperjuangkan dalam Reformasi. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa pembenaran Abraham terjadi sebelum sunat, sehingga membuktikan bahwa keselamatan bukan berasal dari ritual atau hukum, tetapi dari iman kepada janji Allah.
Dalam artikel ini, kita akan membedah secara mendalam ayat-ayat tersebut berdasarkan teologi Reformed, membahas konteks historis, makna teologis, serta aplikasinya bagi gereja masa kini. Kita juga akan melihat bagaimana para teolog Reformed memahami dan menerapkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat ini.
Teks Alkitab: Roma 4:10–12 (AYT)
(10) Lalu, bagaimana itu diperhitungkan kepadanya? Apakah itu sebelum atau sesudah dia disunat? Bukan setelah, tetapi sebelum dia disunat.
(11) Abraham menerima tanda sunat sebagai meterai kebenaran yang ia miliki oleh iman, ketika ia masih belum disunat supaya ia dapat menjadi bapa semua orang yang percaya, walaupun mereka belum disunat, supaya kebenaran itu juga diperhitungkan bagi mereka;
(12) sekaligus membuatnya menjadi bapa bagi orang-orang bersunat yang tidak sekadar disunat, tetapi juga berjalan dalam jalan iman yang pernah dilalui oleh bapa kita, Abraham, sebelum ia disunat.
1. Konteks Historis dan Teologis
Abraham: Figur Kunci dalam Teologi Perjanjian
Dalam teologi Perjanjian Lama, Abraham adalah tokoh sentral. Allah membuat perjanjian dengannya (Kejadian 15 dan 17), memberikan janji tentang keturunan dan tanah. Bagi orang Yahudi, sunat adalah tanda penting dari identitas sebagai umat perjanjian.
Namun, dalam Roma 4, Paulus mengajak pembacanya untuk melihat lebih dalam. Ia bertanya: Kapan Abraham dibenarkan oleh Allah? Sebelum atau sesudah ia disunat? Jawabannya sangat penting karena menyatakan bahwa iman, bukan sunat, adalah dasar pembenaran.
2. Eksposisi Roma 4:10 — "Bukan Setelah, Tetapi Sebelum Disunat"
Pembenaran Mendahului Sunat
Paulus menjelaskan bahwa pembenaran Abraham terjadi sebelum ia disunat (Kejadian 15:6), sedangkan sunat baru terjadi di Kejadian 17 — sekitar 14 tahun kemudian. Ini berarti sunat bukan syarat keselamatan.
John Calvin menulis:
"Paulus sangat teliti menunjukkan urutan waktu antara iman dan sunat untuk menghancurkan keangkuhan orang-orang yang mengandalkan ritus lahiriah sebagai dasar kebenaran."
Dengan kata lain, iman lebih dulu hadir, sunat hanya mengikuti sebagai tanda.
Implikasi dalam Teologi Reformed
Dalam pandangan Reformed, ini membentuk dasar dari pengertian bahwa ritual dan sakramen bukan penyebab keselamatan. Sakramen adalah meterai, bukan alat pembenaran. Hal ini juga menjadi dasar bahwa keselamatan dapat diterima bahkan sebelum menerima sakramen seperti baptisan.
3. Eksposisi Roma 4:11 — Sunat sebagai Tanda dan Meterai
"Abraham menerima tanda sunat sebagai meterai kebenaran yang ia miliki oleh iman..."
Sunat = Tanda & Meterai
Paulus menggunakan dua istilah penting:
-
Tanda (σημεῖον / semeion) — lambang lahiriah dari realitas rohani
-
Meterai (σφραγίς / sphragis) — cap pengesahan bahwa kebenaran itu benar-benar dimiliki
R.C. Sproul menjelaskan:
"Sunat bukan memberikan iman, tetapi menyegel iman. Tanpa iman, sunat hanya menjadi ritus kosong."
Prinsip Sakramental dalam Reformed
Dalam sakramen (baptisan dan Perjamuan Kudus), tidak ada kekuatan otomatis atau magis. Nilainya terletak pada iman yang menyertainya. Sakramen memperkuat iman, tetapi tidak menyebabkannya.
4. Abraham: Bapa Orang Percaya (Roma 4:11-12)
Bapa Orang Percaya yang Belum Disunat
"...supaya ia dapat menjadi bapa semua orang yang percaya, walaupun mereka belum disunat..."
Ini adalah revolusi teologis pada masa Paulus. Abraham menjadi bapa:
-
Orang non-Yahudi (yang tidak disunat) yang percaya
-
Orang Yahudi (yang disunat) yang berjalan dalam iman
Louis Berkhof menyatakan:
"Abraham adalah arketipe orang benar karena iman. Ia membentuk pola bagi semua yang dibenarkan, tanpa kecuali etnis atau status hukum."
Gereja sebagai Israel Rohani
Dalam teologi Reformed, hal ini mendasari konsep bahwa gereja adalah Israel rohani, dan semua orang yang memiliki iman seperti Abraham adalah anak-anak perjanjian (bdk. Gal. 3:29).
5. Eksposisi Roma 4:12 — Jalan Iman Abraham
"...bagi orang-orang bersunat yang tidak sekadar disunat, tetapi juga berjalan dalam jalan iman..."
Sunat Lahiriah vs Sunat Hati
Paulus mengkritik mereka yang hanya memiliki sunat lahiriah tanpa iman sejati. Ini konsisten dengan ajaran sebelumnya di Roma 2:28-29, tentang sunat rohani dalam hati.
Herman Bavinck menulis:
"Perjanjian Allah bukan soal keturunan biologis, tapi tentang regenerasi dan iman yang hidup. Tanpa itu, ritus menjadi kutuk, bukan berkat."
6. Aplikasi Doktrinal dan Praktis
a. Keselamatan Berdasarkan Iman, Bukan Ritual
Banyak orang hari ini masih bergantung pada ritus: baptisan, keanggotaan gereja, pelayanan, dll. Tetapi ayat ini menunjukkan bahwa hanya iman yang menyelamatkan, bukan perbuatan lahiriah.
b. Sakramen sebagai Meterai, Bukan Sumber
Baptisan dan Perjamuan adalah tanda dan meterai, bukan sumber keselamatan. Tanpa iman, sakramen tidak ada gunanya. Namun, dengan iman, sakramen memperkuat dan memperteguh hati kita dalam anugerah.
c. Gereja Adalah Komunitas Iman, Bukan Komunitas Ritual
Gereja sejati terdiri dari mereka yang berjalan dalam iman seperti Abraham, bukan sekadar karena kelahiran, tradisi, atau liturgi.
7. Teologi Perjanjian dan Roma 4:10-12
Dalam teologi Reformed, Perjanjian Anugerah dipandang sebagai pengembangan progresif dari janji Allah kepada Abraham hingga Kristus. Maka:
-
Abraham adalah bapa orang percaya dalam semua zaman
-
Perjanjian Abraham bersifat universal dan kekal
-
Keselamatan adalah anugerah berdasarkan janji Allah
O. Palmer Robertson dalam The Christ of the Covenants menulis:
"Perjanjian Abraham bukan hanya titik awal, tapi benih dari semua janji Injil yang akan digenapi dalam Kristus."
8. Relevansi Roma 4 bagi Gereja Masa Kini
-
Melawan legalisme: Ayat ini menegur mereka yang berpikir bahwa ibadah lahiriah menyelamatkan.
-
Menguatkan misi: Karena Abraham adalah bapa banyak bangsa, Injil harus diberitakan kepada semua orang.
-
Menyatukan gereja: Karena semua yang percaya adalah satu dalam Kristus — tidak ada Yahudi atau Yunani, laki-laki atau perempuan (Galatia 3:28).
Kesimpulan
Roma 4:10–12 adalah fondasi yang kokoh untuk doktrin pembenaran oleh iman dan pengertian sakramen dalam teologi Reformed. Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa:
-
Abraham dibenarkan sebelum sunat, menunjukkan bahwa iman adalah dasar keselamatan
-
Sunat adalah tanda dan meterai, bukan penyebab kebenaran
-
Abraham adalah bapa semua orang percaya, Yahudi maupun non-Yahudi
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
-
Memiliki iman yang sejati seperti Abraham
-
Tidak bergantung pada bentuk lahiriah
-
Menghargai sakramen sebagai penguatan iman, bukan pengganti iman
Kiranya kita menjadi umat yang hidup oleh iman, bukan oleh penampilan lahiriah. Seperti Abraham, marilah kita mempercayai janji Allah bahkan ketika semua tampak tidak mungkin. Sebab Allah kita adalah setia.