Ajakan Menggunakan Akal Budi dalam Kehidupan Umat Allah

Ajakan Menggunakan Akal Budi dalam Kehidupan Umat Allah

Pendahuluan

Dalam zaman modern yang menjunjung tinggi rasionalitas, banyak orang menganggap bahwa iman dan nalar adalah dua kutub yang saling bertolak belakang. Namun, dalam terang Alkitab dan pemikiran Reformed, kita melihat bahwa akal budi adalah pemberian Tuhan yang mulia dan berperan penting dalam pertumbuhan iman. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana ajakan kepada penalaran (reasoning) menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Allah, dengan eksposisi ayat dan pandangan para teolog Reformed.

I. Allah Mengajak Manusia Berdialog: Yesaya 1:18

“Marilah, baiklah kita berperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju…”
(Yesaya 1:18 AYT)

Ayat ini adalah titik awal dari doktrin bahwa Allah membuka ruang bagi dialog rasional dengan umat-Nya. Kata "berperkara" dalam teks Ibrani (yakach) mengandung makna berdiskusi, menyampaikan alasan, atau mempertimbangkan secara logis.

John Calvin dalam komentarnya terhadap ayat ini menyatakan bahwa Allah tidak hanya memerintah, tetapi juga berargumen dengan kasih, mengundang manusia untuk memikirkan konsekuensi dari dosa dan kemurahan pengampunan.

II. Allah dan Pemberian Akal Budi: Amsal 2 dan Roma 12

“TUHAN memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan pengertian.”
(Amsal 2:6 AYT)

“Berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah...”
(Roma 12:2 AYT)

Dalam Reformed theology, manusia diciptakan menurut gambar Allah (imago Dei), yang mencakup aspek rasionalitas. Herman Bavinck menegaskan bahwa akal budi manusia bukanlah musuh iman, tetapi justru saluran untuk memahami dan merenungkan firman-Nya.

III. Reasoning dalam Iman yang Bertumbuh

Iman Kristen bukan iman yang buta, tetapi iman yang mengerti (faith seeking understanding – fides quaerens intellectum), sebagaimana ditegaskan oleh Anselmus dan kemudian dihidupkan kembali oleh para teolog Reformed.

R.C. Sproul berkata, “Reason is not opposed to faith. Rather, reasoning is an essential servant of faith.”

1. Pertumbuhan dalam Pengetahuan

“Dan biarlah kamu makin bertambah dalam pengetahuan akan Allah.”
(Kolose 1:10 AYT)

Sproul menyatakan bahwa teologi sehat bertumbuh dari pikiran yang diperbarui, bukan dari pengalaman emosional belaka.

2. Uji Segala Sesuatu

“Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
(1 Tesalonika 5:21 AYT)

Ajakan untuk menguji adalah panggilan kepada penalaran. Orang percaya dipanggil untuk tidak menerima sesuatu secara membabi buta, tetapi dengan pertimbangan berdasarkan Firman.

IV. Reasoning dalam Apologetika Reformed

Cornelius Van Til, pelopor apologetika presupositional Reformed, mengatakan bahwa semua penalaran manusia harus tunduk pada wahyu Allah, tetapi penalaran itu tetap sah dan perlu untuk mempertanggungjawabkan iman.

1. 1 Petrus 3:15

“...siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta...”
(1 Petrus 3:15 AYT)

Van Til melihat ayat ini sebagai mandat apologetik yang kuat: orang percaya harus dapat memberikan penjelasan rasional atas iman mereka — bukan untuk memenangkan debat, tetapi untuk memuliakan Kristus sebagai Tuhan dalam hati.

V. Akal yang Telah Rusak dan Diperbarui

1. Kejatuhan Akal

“Hati mereka menjadi gelap, sekalipun mereka mengaku bijak.”
(Roma 1:21-22 AYT)

Menurut Calvin, akal manusia telah rusak oleh dosa, sehingga meskipun masih bisa berpikir logis, ia cenderung menolak kebenaran Allah.

2. Pembaharuan Akal

Namun, oleh anugerah, Allah memperbarui pikiran umat-Nya:

“Kami mematahkan setiap siasat dan setiap kubu yang dibangun untuk melawan pengenalan akan Allah...”
(2 Korintus 10:5 AYT)

Regenerasi bukan hanya soal hati, tapi juga pikiran. Orang percaya diperbarui dalam cara berpikir agar bisa melihat dunia sebagaimana Allah melihatnya.

VI. Penalaran dalam Praktik Rohani

1. Doa dan Renungan

“Pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil...”
(Filipi 4:8 AYT)

Orang percaya dipanggil untuk merenungkan (reason/memikirkan) hal-hal yang sesuai dengan karakter Allah.

2. Pengambilan Keputusan

Dalam kehidupan praktis, penalaran yang didasarkan pada prinsip Alkitab adalah dasar dari keputusan yang bijak.

“Pikiran orang benar memikirkan jawaban, tetapi mulut orang fasik memuntahkan kejahatan.”
(Amsal 15:28 AYT)

VII. Reasoning dan Ketaatan

Akal budi yang benar akan selalu berujung pada ketaatan. Dalam Reformed theology, kebenaran membawa tanggung jawab.

“Jangan hanya menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaku.”
(Yakobus 1:22 AYT)

Pengetahuan tanpa praktik adalah kemunafikan. Penalaran yang sejati akan menuntun kepada ketaatan sejati, bukan hanya debat intelektual.

VIII. Tokoh Reformed tentang Penalaran

1. John Calvin

Calvin tidak menolak rasio, melainkan menyatakannya sebagai bagian dari sensus divinitatis, yaitu kesadaran akan Allah dalam diri manusia. Dalam Institutes, ia menulis:

“Reason is not destroyed by sin, but distorted.”

2. Francis Schaeffer

Schaeffer menekankan bahwa kekristenan adalah satu-satunya sistem kepercayaan yang konsisten secara logis dan mampu menjawab kebutuhan eksistensial manusia.

3. Cornelius Van Til

Van Til mengajarkan bahwa penalaran Kristen harus dimulai dari asumsi kebenaran Kitab Suci. Segala bentuk logika yang lepas dari wahyu Allah akan runtuh di bawah berat kontradiksinya sendiri.

IX. Penutup: Reasoning adalah Bagian dari Ibadah

“Kasihilah Tuhan, Allahmu... dengan segenap akal budimu.”
(Matius 22:37 AYT)

Dalam ayat ini, Yesus menyatakan bahwa menggunakan akal adalah bentuk kasih kepada Allah. Teologi Reformed tidak menempatkan akal sebagai musuh iman, tetapi sebagai alat yang ditundukkan kepada otoritas Firman, digunakan untuk menggali kebenaran, memperdalam pemahaman, dan menguatkan kesaksian hidup.

Kesimpulan

Ajakan untuk menggunakan akal budi adalah bagian yang sah dan penting dalam kehidupan umat Allah. Alkitab tidak menuntut iman buta, tetapi iman yang berpikir, iman yang berakar dalam Firman dan berbunga dalam tindakan.

The Appeal to Reasoning Has Its Place bukan hanya judul indah, melainkan kenyataan dalam kehidupan umat yang ditebus. Dalam dunia yang membingungkan, Allah memanggil umat-Nya untuk memikirkan, memahami, dan menaati Dia dalam segala aspek kehidupan.

Next Post Previous Post