Diserahkan kepada Iblis: 1 Timotius 1:20

Pendahuluan:
1 Timotius 1:20 berbunyi:
"Di antara mereka ialah Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya mereka jera dan jangan menghujat."
Ayat ini membawa kita pada tema yang berat: tindakan keras dalam disiplin gereja. Dalam tradisi Reformed, teks ini menjadi salah satu dasar penting untuk mengerti bagaimana gereja harus menangani ajaran sesat dan perilaku yang menghujat Allah. Artikel ini akan membahas 1 Timotius 1:20 melalui lensa teologi Reformed, menguraikan maknanya, aplikasinya, dan kutipan dari para teolog besar seperti John Calvin, Matthew Henry, dan John Gill.
1. Konteks 1 Timotius 1:20
Surat Paulus kepada Timotius ditulis untuk menguatkan gembala muda ini dalam tugasnya memimpin jemaat di Efesus. Salah satu perintah utama Paulus adalah melawan ajaran sesat yang mulai merasuki gereja (1 Timotius 1:3-4). Himeneus dan Aleksander disebut sebagai contoh konkret dari mereka yang menyimpang dari iman dan suara hati yang murni.
Menurut William Hendriksen, dalam komentarnya terhadap surat ini, ayat 20 adalah "peringatan keras tentang konsekuensi menolak kebenaran." Ia menunjukkan bahwa Paulus tidak hanya berbicara tentang perbedaan pendapat teologis biasa, melainkan tentang penyimpangan yang merusak keselamatan jemaat.
2. Siapakah Himeneus dan Aleksander?
Himeneus disebut juga dalam 2 Timotius 2:17-18 sebagai seseorang yang mengajarkan bahwa kebangkitan orang mati sudah terjadi. Ini adalah bentuk ajaran sesat yang melemahkan iman orang percaya.
Aleksander mungkin merujuk pada Aleksander si pandai besi (2 Timotius 4:14), yang disebut telah berbuat banyak kejahatan terhadap Paulus. Namun, beberapa penafsir seperti John Gill berhati-hati mengaitkan keduanya secara pasti, karena nama "Aleksander" cukup umum.
Apa pun identitas pastinya, yang jelas adalah kedua orang ini telah menyimpang dengan serius dari ajaran iman yang benar.
3. "Kuserahkan kepada Iblis" – Apa Maksudnya?
Frasa ini menimbulkan banyak diskusi. Dalam tradisi Reformed, ada beberapa interpretasi yang dikemukakan:
a. Ekskomunikasi
John Calvin dalam komentarnya menyatakan bahwa "menyerahkan kepada Iblis" berarti dikeluarkan dari perlindungan gereja, dan dibiarkan di bawah kuasa dunia ini yang didominasi oleh Iblis. Bagi Calvin, gereja adalah benteng perlindungan rohani. Maka, saat seseorang dikeluarkan dari persekutuan gereja, ia secara rohani terpapar pada serangan Iblis.
Calvin menulis:
"Gereja adalah kerajaan Kristus; dunia adalah kerajaan Iblis. Mereka yang diputus dari gereja diserahkan kepada Iblis."
b. Penghukuman Fisik
Beberapa ahli, seperti Matthew Henry, juga menyarankan bahwa serah-terima ini bisa termasuk dalam pengertian hukuman fisik — seperti penyakit atau penderitaan yang diizinkan Allah untuk menimpa mereka, sebagai peringatan dan alat pertobatan.
Dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira mati karena berbohong kepada Roh Kudus — contoh bahwa hukuman fisik kadang menyertai dosa besar dalam gereja mula-mula.
c. Tujuan Disiplin: Pertobatan
Paulus menyatakan tujuannya: "supaya mereka jera dan jangan menghujat." Ini menunjukkan bahwa tindakan tersebut bukan untuk penghancuran final, tetapi untuk memulihkan mereka. Dalam teologi Reformed, disiplin gereja adalah tindakan kasih, bukan balas dendam.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology mengajarkan bahwa disiplin gereja bertujuan untuk:
"memulihkan orang berdosa, menjaga kemurnian gereja, dan menghormati Kristus."
Dengan demikian, "menyerahkan kepada Iblis" adalah tindakan terakhir, dilakukan dengan harapan agar pelaku bertobat dan kembali kepada Tuhan.
4. Implikasi Teologis dalam Tradisi Reformed
a. Keseriusan Ajaran Sesat
Dalam teologi Reformed, ajaran sesat tidak pernah dianggap remeh. Seperti dikatakan R.C. Sproul:
"Salah satu bentuk kasih tertinggi kepada saudara kita adalah menjaga dia dari kesalahan yang mematikan."
Gereja Reformed sejak awal menegaskan pentingnya menjaga kemurnian pengajaran (lih. Westminster Confession of Faith, 25.4). 1 Timotius 1:20 menekankan betapa berbahayanya penyimpangan dari kebenaran.
b. Peran Disiplin Gereja
Disiplin gereja bukan sekadar pilihan, melainkan mandat. Berdasarkan ayat ini dan bagian lain seperti Matius 18:15-17, gereja memiliki tanggung jawab aktif menegakkan disiplin.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:
"Disiplin adalah sarana kasih karunia; tidak membenci, tetapi mencintai jiwa yang menyimpang."
c. Kehadiran Iblis di Dunia
Ayat ini juga mengingatkan bahwa di luar gereja, dunia ini di bawah kuasa Iblis (1 Yohanes 5:19). Ini memperlihatkan betapa pentingnya bertekun di dalam perlindungan tubuh Kristus.
5. Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini
a. Waspada terhadap Ajaran Menyimpang
Gereja harus menilai dengan hati-hati setiap pengajaran dan tidak kompromi dengan kebenaran. Himeneus dan Aleksander menjadi contoh bahwa bahkan di gereja mula-mula, bahaya ajaran sesat itu nyata.
b. Pentingnya Disiplin yang Alkitabiah
Disiplin gereja yang setia kepada Alkitab harus dilakukan dengan roh kelembutan dan tujuan pemulihan, bukan dengan sikap menghakimi atau kejam.
c. Kepekaan terhadap Jiwa-jiwa
Sebagaimana Paulus menginginkan pertobatan bagi Himeneus dan Aleksander, demikian juga gereja masa kini dipanggil untuk selalu berharap pada karya anugerah Allah dalam memulihkan orang-orang yang jatuh.
6. Pandangan Para Teolog Reformed Lainnya
a. Thomas Watson
Dalam bukunya The Godly Man’s Picture, Watson mengajarkan:
"Kasih sejati kepada jiwa bukanlah membiarkan dia binasa dalam dosa, melainkan menegur dan jika perlu, menyerahkannya kepada tangan Tuhan demi keselamatannya."
Watson melihat tindakan seperti dalam 1 Timotius 1:20 sebagai bentuk kasih yang keras — "love's severity."
b. John Owen
Owen menulis panjang tentang gereja dan disiplin dalam The True Nature of a Gospel Church. Ia memperingatkan bahwa tanpa disiplin, gereja akan segera "penuh dengan racun dan maut."
Owen mendukung tindakan keras terhadap ajaran sesat dengan tujuan membawa pertobatan dan menjaga kemurnian tubuh Kristus.
Penutup: Injil di Tengah Disiplin
Meski 1 Timotius 1:20 tampak keras, hati Injil tetap berdetak di dalamnya. Bahkan tindakan menyerahkan kepada Iblis sekalipun dilakukan dalam terang kasih dan pengharapan akan pemulihan.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja yang rindu setiap anak-Nya bertobat dan kembali kepada-Nya. Disiplin gereja hanyalah alat di tangan-Nya yang penuh kasih, digunakan untuk membawa domba yang tersesat kembali ke kandang.
Sebagaimana Augustinus pernah berkata:
"Mereka yang disiplin hari ini mungkin akan menjadi sahabat Injil di masa depan."
Maka, gereja Reformed dipanggil untuk menghidupi kebenaran ini: menegakkan kebenaran tanpa kompromi, tetapi selalu dengan tujuan pengampunan dan pemulihan dalam kasih karunia Kristus.