Doktrin Ketidakberdayaan Manusia (The Doctrine of Man's Impotence)

Pendahuluan
Salah satu pilar utama dalam teologi Reformed adalah pemahaman yang mendalam tentang natur manusia setelah kejatuhannya ke dalam dosa. Doktrin ini sering disebut sebagai The Doctrine of Man's Impotence atau Total Depravity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini merujuk kepada Ketidakberdayaan Manusia di hadapan Allah dalam hal keselamatan.
Teologi Reformed sangat menegaskan bahwa manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak hanya sakit secara rohani, melainkan mati total dalam dosa-dosanya (Efesus 2:1). Oleh sebab itu, keselamatan manusia tidak mungkin datang dari usaha manusia sendiri, tetapi hanya mungkin oleh anugerah Allah semata (sola gratia).
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara komprehensif tentang doktrin ini, merujuk kepada pemikiran para pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan John Piper.
1. Definisi Ketidakberdayaan Manusia Menurut Teologi Reformed
Ketidakberdayaan manusia berarti bahwa setelah kejatuhan ke dalam dosa, manusia:
-
Tidak mampu mencari Allah dengan kehendaknya sendiri (Roma 3:11)
-
Tidak dapat memahami hal-hal rohani tanpa pertolongan Roh Kudus (1 Korintus 2:14)
-
Tidak dapat menghasilkan kebaikan sejati yang berkenan di hadapan Allah (Yesaya 64:6)
John Calvin menulis dalam Institutes of the Christian Religion:
"Manusia telah kehilangan semua kemampuan untuk kembali kepada Allah. Bahkan dalam usahanya yang terbaik sekalipun, manusia hanya semakin jauh dari Allah."
2. Dasar Alkitabiah Doktrin Ini
Beberapa ayat kunci yang mendukung pandangan ini antara lain:
a. Roma 3:10-12 (AYT)
"Tidak ada yang benar, tidak ada seorang pun. Tidak ada seorang pun yang mengerti, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Mereka semua telah menyimpang, mereka semua tidak berguna..."
b. Efesus 2:1 (AYT)
"Kamu dahulu mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu."
c. Yohanes 6:44 (AYT)
"Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku jika Bapa yang mengutus Aku tidak menariknya."
3. Pandangan John Calvin: Total Depravity
John Calvin menyebutkan bahwa kerusakan akibat dosa meliputi seluruh keberadaan manusia:
-
Pikiran
-
Perasaan
-
Kehendak
-
Perbuatan
Ia menegaskan bahwa natur manusia telah begitu rusak sehingga manusia cenderung untuk selalu memberontak terhadap Allah.
4. Jonathan Edwards: Manusia Tidak Hanya Lemah, Tetapi Terikat Dosa
Jonathan Edwards dalam karya klasiknya Freedom of the Will berpendapat bahwa:
"Manusia secara alamiah tidak memiliki kemampuan moral untuk memilih Allah tanpa karya anugerah Roh Kudus terlebih dahulu."
Bagi Edwards, manusia mungkin memiliki "kebebasan" dalam artian memilih apa yang diinginkan, tetapi kehendaknya telah terikat oleh dosa sehingga tidak mungkin memilih Allah.
5. Louis Berkhof: Ketidakmampuan Manusia Adalah Total
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa ketidakberdayaan manusia meliputi:
-
Ketidakmampuan moral: Tidak mampu melakukan kebaikan rohani.
-
Ketidakmampuan spiritual: Tidak bisa mengenal Allah secara pribadi tanpa anugerah.
-
Ketidakmampuan dalam keselamatan: Tidak bisa menyelamatkan diri.
6. R.C. Sproul: Bukan Hanya Tidak Mau, Tapi Tidak Mampu
R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menjelaskan:
"Manusia bukan hanya tidak mau datang kepada Allah karena hatinya memberontak, tetapi manusia memang tidak mampu karena natur dosa yang mendominasi seluruh hidupnya."
Ini membedakan teologi Reformed dari pandangan semi-Pelagian yang menganggap manusia masih memiliki "spark" (percikan kecil) kebaikan.
7. John Piper: Kematian Rohani dan Keagungan Anugerah Allah
John Piper dalam Desiring God menegaskan bahwa:
"Semakin kita menyadari betapa kita tidak berdaya, semakin kita menghargai keindahan anugerah Allah."
Bagi Piper, doktrin ketidakberdayaan manusia bukanlah kabar buruk, melainkan kabar baik, karena ini menunjukkan betapa Allah sangat murah hati menyelamatkan manusia yang sama sekali tidak layak.
8. Implikasi Praktis dari Doktrin Ketidakberdayaan Manusia
a. Menghancurkan Kesombongan Rohani
Manusia yang memahami dirinya tidak berdaya akan lebih rendah hati, karena sadar bahwa keselamatan bukan hasil usahanya.
b. Mengandalkan Doa dan Anugerah Allah
Penginjilan dan pelayanan tidak bertumpu pada kemampuan retorika atau strategi, tetapi pada kuasa Roh Kudus.
c. Menghargai Anugerah Keselamatan
Keselamatan menjadi anugerah terbesar yang patut disyukuri setiap hari.
9. Penolakan dan Kritikan terhadap Doktrin Ini
Arminianisme
Menganggap manusia masih memiliki kehendak bebas yang cukup untuk merespons anugerah Allah.
Katolik Roma
Menggabungkan anugerah Allah dengan usaha manusia dalam proses keselamatan (synergisme).
Pandangan Populer
Banyak pengajaran modern lebih menekankan potensi diri manusia dan mengurangi pemahaman tentang natur dosa.
10. Konklusi Teologi Reformed
Doktrin Ketidakberdayaan Manusia dalam teologi Reformed memperlihatkan bahwa:
-
Manusia sepenuhnya bergantung pada Allah untuk keselamatan.
-
Anugerah Allah itu mutlak diperlukan dan efektif (Irresistible Grace).
-
Keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir (Monergisme).