Kejahatan dan Penderitaan Termasuk dalam Rencana Allah?

Pandangan Teologi Reformed Tentang Kejahatan, Penderitaan, dan Kedaulatan Allah
Pendahuluan
Pertanyaan tentang penderitaan dan kejahatan merupakan salah satu persoalan terbesar dalam hidup manusia dan juga tantangan terbesar dalam teologi Kristen. Jika Allah itu mahakuasa, mahatahu, dan mahabaik, maka mengapa dunia ini penuh kejahatan, kesengsaraan, dan penderitaan?
Banyak orang menggugat iman Kristen melalui pertanyaan ini. Namun, teologi Reformed memiliki pendekatan yang berani dan mendalam terhadap persoalan ini. Bukan dengan menyangkal keberadaan penderitaan, melainkan menghadapinya dengan realisme Injil dan pengharapan eskatologis.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan lainnya menjawab pertanyaan yang sulit ini: “Bagaimana mungkin dunia penuh kejahatan dan penderitaan termasuk dalam rencana Allah?”
1. Teologi Reformed dan Realitas Kejahatan
Teologi Reformed tidak menghindari kenyataan bahwa kejahatan itu nyata dan menyakitkan. Sejak Kejatuhan dalam Kejadian 3, seluruh ciptaan jatuh dalam kerusakan.
“Kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” (Roma 8:22)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan:
“Tidak ada aspek dari keberadaan manusia yang tidak dipengaruhi oleh kejatuhan. Dosa menyusup ke dalam struktur paling dalam dari realitas manusia.”
Penderitaan dan kejahatan bukan ilusi, tapi kenyataan yang dalam. Tetapi teologi Reformed tidak berhenti di sana.
2. Allah Tetap Berdaulat atas Segala Sesuatu, Termasuk Kejahatan
Salah satu ciri khas teologi Reformed adalah keyakinan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk peristiwa yang menyakitkan. Dalam Efesus 1:11, Paulus berkata:
“...Ia mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya.”
R.C. Sproul terkenal dengan pernyataannya:
“Jika ada satu molekul di alam semesta yang berada di luar kendali Allah, maka Dia bukan Allah.”
Artinya, tidak ada penderitaan, kejahatan, atau bencana yang terjadi di luar sepengetahuan dan kendali Allah. Namun ini tidak berarti Allah adalah penyebab langsung kejahatan (lihat poin berikutnya).
3. Allah Bukan Penyebab Dosa, Tapi Mengizinkan untuk Tujuan-Nya
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menjelaskan bahwa meskipun Allah adalah pengatur segalanya, Ia tidak dapat dituduh sebagai pencipta kejahatan.
“Allah mengizinkan kejahatan, tetapi dengan maksud yang benar, bukan seperti para pelaku kejahatan itu sendiri.”
Dalam istilah Reformed, ini disebut “providensi aktif dan pasif”. Allah mengizinkan kejahatan terjadi, tetapi Ia tidak menciptakan dosa dalam hati manusia.
Contoh paling nyata adalah salib Kristus:
“Yesus diserahkan menurut maksud dan rencana Allah.” (Kisah 2:23)
Allah merencanakan salib, tetapi para serdadu, imam, dan pengkhianatlah yang bertanggung jawab atas dosa mereka. Artinya, Allah bisa memakai kejahatan manusia untuk menggenapi rencana keselamatan.
4. Mengapa Allah Mengizinkan Penderitaan?
a. Untuk Menyatakan Keagungan dan Kemuliaan-Nya
Louis Berkhof menuliskan bahwa penderitaan dalam dunia ini seringkali menjadi panggung bagi Allah untuk menyatakan karakter-Nya — baik itu keadilan, belas kasihan, maupun kasih karunia.
Contohnya:
-
Dalam penderitaan Ayub, Allah menunjukkan kemahakuasaan-Nya.
-
Dalam penderitaan Yesus, Allah menyatakan kasih terbesar.
-
Dalam penderitaan kita, Allah membentuk karakter Kristus.
“Karena penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.” (2 Korintus 4:17)
b. Untuk Memurnikan dan Membentuk Umat-Nya
Herman Bavinck menekankan bahwa penderitaan adalah bagian dari proses pengudusan. Seperti emas yang dimurnikan dalam api, begitu juga karakter kita dibentuk lewat kesulitan.
“Anugerah bukan hanya penyelamat, tetapi juga pemurni.” – Bavinck
5. Kesaksian Alkitab tentang Allah yang Hadir dalam Penderitaan
Allah bukan hanya “mengizinkan” penderitaan dari kejauhan. Ia hadir di dalam penderitaan itu sendiri.
a. Mazmur – Teriakan Orang Hancur
Kitab Mazmur penuh dengan ratapan, teriakan, dan tangisan. Tetapi dalam semua itu, ada satu pengakuan tetap:
“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati.” (Mazmur 34:18)
b. Salib – Penderitaan Allah Sendiri
Di kayu salib, kita melihat Allah yang menderita. Yesus Kristus mengalami rasa ditinggalkan oleh Bapa, bukan karena dosa-Nya, tetapi karena menanggung dosa kita.
“Eli, Eli, lama sabakhtani?” – Yesus
R.C. Sproul berkata:
“Tidak ada penderitaan yang lebih dalam daripada penderitaan Yesus, karena Ia suci, dan menanggung hukuman yang tidak layak Ia terima.”
6. Harapan Eskatologis: Allah Akan Menghapus Segala Air Mata
Penderitaan hari ini tidak bersifat kekal. Dalam teologi Reformed, akhir dari segala sesuatu adalah pemulihan total ciptaan — penebusan tidak hanya untuk jiwa, tetapi seluruh alam semesta.
“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka...” (Wahyu 21:4)
Bavinck menulis bahwa:
“Eskatologi Kristen bukan pelarian, tetapi pengharapan akan pemulihan sempurna yang dijanjikan oleh Allah sendiri.”
Teologi Reformed memandang penderitaan dunia ini sebagai sementara dan akan digantikan dengan kemuliaan kekal.
7. Penderitaan dan Kesaksian Kristen di Dunia
Penderitaan juga merupakan kesempatan untuk bersaksi. Dunia bisa menyaksikan kasih karunia Allah melalui iman yang bertahan di tengah penderitaan.
“Jangan heran akan ujian yang kamu alami seolah-olah sesuatu yang aneh terjadi.” (1 Petrus 4:12)
John Calvin menyatakan bahwa penderitaan orang percaya adalah:
“Cap yang menunjukkan bahwa kita adalah milik Kristus.”
Ketika kita tetap percaya dalam sakit, tetap bersyukur dalam kehilangan, tetap setia dalam tekanan — dunia melihat kuasa Injil bekerja.
8. Bagaimana Merespons Penderitaan dalam Terang Teologi Reformed?
a. Mengeluh dengan Jujur, tapi Tetap Berharap
Teologi Reformed tidak menuntutmu untuk pura-pura kuat. Kita boleh menangis, bertanya, bahkan berkeluh kesah — seperti para pemazmur. Namun kita tidak kehilangan pengharapan.
b. Tetap Beriman meski Tidak Mengerti
“Jalan-jalan-Ku bukanlah jalan-jalanmu.” (Yesaya 55:8)
R.C. Sproul berkata bahwa iman sejati muncul bukan saat semuanya jelas, tapi saat semuanya gelap.
c. Mencari Penghiburan dalam Komunitas dan Firman
Allah menggunakan Gereja dan Firman-Nya untuk menopang umat-Nya dalam penderitaan. Jangan menjauh. Carilah pemuridan, persekutuan, dan kebenaran yang menguatkan.
9. Ilustrasi Teologis: Yusuf dan Salib
a. Yusuf (Kejadian 50:20)
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan.”
Kejahatan yang nyata, tetapi rencana Allah tetap berdiri. Ini adalah contoh klasik teologi Reformed: Allah memakai kejahatan manusia untuk kebaikan kekal.
b. Salib Kristus
Salib adalah titik paling gelap dalam sejarah — pembunuhan Anak Allah. Tapi dari sanalah datang keselamatan kekal.
“Sebab kamu tahu bahwa kamu telah ditebus... dengan darah yang mahal.” (1 Petrus 1:18-19)
10. Penutup: Allah Tidak Pernah Lepas Kendali
Dunia ini penuh dengan kejahatan dan penderitaan. Itu nyata. Tapi dalam teologi Reformed, kita belajar bahwa:
-
Allah berdaulat atas segalanya.
-
Allah bekerja di tengah penderitaan.
-
Allah turun ke dalam penderitaan itu sendiri melalui Kristus.
-
Dan suatu hari, Allah akan menyingkirkan semua kejahatan untuk selama-lamanya.
Hanya dalam Injil, kita bisa menemukan penghiburan sejati.
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18)