Kesabaran Allah dalam 2 Petrus 3:9

Pendahuluan
Ayat 2 Petrus 3:9 merupakan salah satu teks yang sangat penting dalam perdebatan teologis mengenai doktrin keselamatan, kesabaran Allah, dan pemahaman akan kehendak-Nya dalam sejarah penebusan. Dalam tradisi Reformed, ayat ini telah menjadi subjek kajian mendalam karena menyentuh isu-isu penting seperti pemilihan (election), kehendak Allah (will of God), serta penggenapan janji eskatologis (penggenapan janji akhir zaman). Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi ayat tersebut berdasarkan sudut pandang beberapa pakar teologi Reformed.
I. Konteks Historis dan Sastra
Sebelum masuk ke dalam eksposisi teologis, penting untuk memahami konteks di mana surat ini ditulis.
A. Latar Belakang Surat 2 Petrus
Surat ini ditulis dalam konteks pengajaran palsu yang mulai menyusup dalam komunitas Kristen. Para penyesat mempertanyakan kedatangan Yesus yang kedua kali (parousia) dan menuduh bahwa penundaan tersebut merupakan bukti bahwa janji Allah tidak dapat diandalkan. Dalam konteks ini, Petrus membela keandalan janji Tuhan dan menjelaskan bahwa keterlambatan bukan karena ketidakmampuan atau kelalaian Allah, melainkan karena kesabaran-Nya.
B. Struktur Ayat dalam Pasal
Pasal 3 dari surat ini berbicara tentang Hari Tuhan dan penghakiman yang akan datang. Ayat 9 secara khusus menjadi jawaban terhadap ejekan para pencemooh yang berkata, “Di mana janji kedatangan-Nya itu?” (2 Petrus 3:4). Jawaban Petrus adalah bahwa Tuhan bukan lambat, tetapi sabar.
II. Tafsiran Frasa Demi Frasa
A. “Tuhan tidak pernah berlambat-lambat memenuhi janji-Nya…”
Frasa ini menegaskan bahwa Allah tidak gagal dalam menepati janji-Nya. Dalam pemahaman Reformed, ini menegaskan kedaulatan dan kesempurnaan atribut Allah. Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa Allah bersifat immutable (tidak berubah), dan janji-Nya bersifat kekal dan pasti.
B. “...seperti yang dianggap beberapa orang sebagai keterlambatan.”
Di sini, ada perbedaan antara cara manusia memahami waktu dan cara Allah melakukannya. John Calvin, dalam komentarnya atas surat ini, mengatakan:
“Petrus menunjukkan bahwa Allah memiliki alasan ilahi untuk keterlambatan-Nya, dan bahwa manusia salah bila mereka menilai pekerjaan Tuhan berdasarkan kerangka waktu mereka sendiri.”
C. “Sebaliknya, Dia sabar terhadap kamu...”
Kata sabar di sini (Yunani: μακροθυμεῖ, makrothumei) menandakan kesabaran aktif dan kasih yang panjang. Dalam teologi Reformed, kesabaran ini adalah ekspresi dari grace atau anugerah, yang diberikan bukan karena jasa, tetapi karena kehendak-Nya.
R.C. Sproul menafsirkan bagian ini dengan menekankan bahwa kesabaran ini adalah kesabaran terhadap umat pilihan-Nya, bukan terhadap semua manusia secara umum. Ini menyatu dengan doktrin pemilihan ilahi (unconditional election).
D. “...karena Dia tidak ingin seorang pun binasa...”
Inilah bagian yang paling sering diperdebatkan. Tampaknya kalimat ini berbicara tentang universalitas kehendak Allah untuk menyelamatkan. Namun, bagaimana pandangan Reformed menafsirkan bagian ini?
1. Pemahaman Umum vs Spesifik
Reformed tidak menyangkal bahwa Allah memiliki keinginan agar manusia bertobat. Namun, ada dua jenis kehendak dalam Allah menurut teologi Reformed:
-
Kehendak Dekretif (Decretive Will): Kehendak yang pasti akan terjadi; Allah telah menetapkan segala sesuatu, termasuk siapa yang akan diselamatkan.
-
Kehendak Preskriptif (Preceptive Will): Kehendak moral Allah — yaitu, bahwa semua manusia seharusnya bertobat dan hidup dalam kebenaran.
John Piper menjelaskan:
“Allah tidak menginginkan siapa pun binasa secara preskriptif, tetapi secara dekretif, Ia telah menetapkan siapa yang akan diselamatkan.”
Dalam pengertian ini, ayat tersebut tidak bertentangan dengan doktrin pemilihan terbatas (limited atonement), karena maksud “tidak ingin seorang pun binasa” ditujukan kepada audiens tertentu.
2. Siapa “semua orang”?
Calvin menyatakan:
“Kata 'semua orang' di sini tidak menunjuk kepada seluruh umat manusia secara indiscriminatif, tetapi kepada umat pilihan-Nya, yang tersebar di seluruh dunia dan di setiap zaman.”
III. Implikasi Teologis
A. Tentang Keselamatan
Teologi Reformed memegang teguh doktrin sola gratia – keselamatan hanya oleh anugerah. Ayat ini mendukung bahwa keselamatan tidak segera terjadi bukan karena Allah tidak mampu menyelamatkan, tetapi karena Ia sedang menyempurnakan rencana-Nya.
B. Tentang Waktu dan Kekekalan
Allah tidak terikat oleh waktu. Kesabaran-Nya bukan keterlambatan. Dalam Institutes, Calvin menekankan bahwa Allah menyatakan waktu-Nya sendiri demi kebaikan umat-Nya.
C. Tentang Kekudusan dan Pertobatan
Allah menginginkan umat-Nya bertobat. Ini adalah bagian dari proses pengudusan. Kesabaran Allah adalah waktu yang diberikan bagi pertobatan, bukan waktu untuk bersantai dalam dosa.
IV. Pandangan Beberapa Teolog Reformed
1. John Calvin
Seperti telah disebutkan, Calvin menekankan bahwa “semua orang” berarti “orang-orang pilihan”. Ia tidak melihat adanya kontradiksi antara doktrin pemilihan dan kasih Allah.
2. R.C. Sproul
Sproul menggarisbawahi konsep kesabaran sebagai anugerah, bukan kelemahan. Dalam bukunya Chosen by God, Sproul menyatakan bahwa Tuhan sabar terhadap “kamu” – merujuk kepada umat yang dipilih untuk keselamatan.
3. John Piper
Dalam sebuah artikel Desiring God, Piper menguraikan bahwa kehendak Allah dalam ayat ini bukan kehendak terakhir atau determinatif. Allah menginginkan pertobatan semua orang (secara moral), namun dalam dekret kekal-Nya, hanya sebagian yang diselamatkan.
4. Louis Berkhof
Berkhof menjelaskan dua kehendak Allah: satu adalah kehendak yang menetapkan (decretive), yang lain kehendak moral. Ia menegaskan bahwa doktrin predestinasi tidak membatalkan anjuran untuk bertobat — justru mendorongnya.
V. Relevansi Bagi Gereja Masa Kini
Ayat ini sangat relevan untuk penginjilan dan penguatan iman.
-
Untuk Penginjilan: Kita diberi waktu karena Tuhan masih memanggil orang untuk bertobat. Ini menjadi dorongan untuk misi dan pekabaran Injil.
-
Untuk Orang Percaya: Kita harus hidup dalam kekudusan karena waktu penantian ini adalah bukti kasih Tuhan bagi umat-Nya.
-
Untuk Teologi: Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara kasih Allah dan kedaulatan-Nya. Tuhan itu sabar, tetapi hari penghakiman tetap akan datang (lih. ayat 10).
Kesimpulan
2 Petrus 3:9 bukan sekadar pernyataan tentang kesabaran Allah, tetapi sebuah fondasi penting dalam memahami karakter Allah yang kudus, sabar, dan berdaulat. Dalam teologi Reformed, ayat ini tidak meniadakan doktrin pemilihan atau pembatasan penebusan, tetapi menegaskan bahwa Allah dengan kasih karunia-Nya memberi waktu pertobatan kepada umat pilihan-Nya. Kesabaran Allah adalah undangan bagi manusia untuk bertobat dan percaya kepada Kristus.
Dalam terang ayat ini, mari kita hidup dalam kesadaran akan waktu Tuhan yang sempurna, dan merespons kasih-Nya dengan hidup dalam pertobatan sejati