Matius 6:21 - Di Mana Hartamu Berada, Di Situ Hatimu Berada

Matius 6:21 (AYT):
“Karena di tempat hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
I. Pendahuluan: Arah Hati Menentukan Hidup
Ayat ini pendek, namun mengandung makna yang sangat dalam. Matius 6:21 adalah puncak dari ajaran Yesus tentang harta di bumi dan harta di surga. Setelah melarang pengumpulan harta duniawi (ay. 19) dan mendorong pengumpulan harta surgawi (ay. 20), Yesus menyentuh akar persoalan: hati manusia.
Yesus tidak sekadar mengajarkan manajemen keuangan; Ia mengungkapkan dimana fokus hidup manusia sebenarnya terletak. Dalam pandangan teologi Reformed, ayat ini menjadi penentu arah hidup rohani: apakah kita mengarah pada kemuliaan Allah atau pada diri sendiri?
II. Struktur dan Konteks Ayat
Matius 6:21 adalah bagian dari Khotbah di Bukit, khususnya bagian yang berbicara tentang prioritas hidup (Matius 6:19–24). Dalam struktur ini:
Matius 6:19: Peringatan terhadap harta duniawi
Matius 6:20: Anjuran untuk mengumpulkan harta surgawi
Matius 6:21: Prinsip rohani — hati mengikuti harta
Ayat ini bisa dianggap sebagai "diagnosis spiritual". Apa yang kita anggap berharga akan menarik hati kita, membentuk keinginan, waktu, energi, bahkan penyembahan kita.
III. Eksposisi Kata demi Kata
A. “Di tempat hartamu berada…”
Kata "harta" dalam bahasa Yunani adalah thēsauros, yang bisa merujuk pada segala sesuatu yang dianggap bernilai: uang, properti, kekuasaan, prestasi, bahkan reputasi. Dalam konteks rohani, ini juga mencakup objek utama dari cinta dan penyembahan kita.
John Calvin menekankan bahwa “tidak mungkin seseorang menyerahkan hatinya kepada Kristus, jika hatinya masih melekat pada kekayaan dunia ini.”
B. “…di situ juga hatimu berada.”
Hati (Yunani: kardia) dalam Alkitab bukan sekadar pusat emosi, tetapi pusat kehendak, pikiran, dan keputusan. Dalam istilah Reformed, hati adalah inti dari manusia yang jatuh dan perlu ditebus. Jadi, jika harta kita adalah dunia, maka hati kita adalah milik dunia. Jika harta kita adalah Kristus, maka hati kita milik Kerajaan Allah.
R.C. Sproul berkata: “Hati adalah takhta, dan hanya ada dua penguasa yang dapat mendudukinya: Kristus atau mamon.”
IV. Perspektif Teologi Reformed
A. Totalitas Hidup di Bawah Allah
Teologi Reformed percaya bahwa seluruh hidup manusia berada di bawah kedaulatan Allah. Tidak ada area netral, termasuk dalam hal finansial dan nilai. Oleh karena itu, Matius 6:21 menjadi bagian dari diskusi besar tentang pengudusan seluruh hidup (total life sanctification).
Abraham Kuyper menyatakan: “Tidak ada satu inci pun di dalam hidup kita yang tidak diklaim Kristus sebagai milik-Nya.”
B. Ketertarikan Hati dan Berhala
Dalam pengertian Reformed, apa yang kita anggap sebagai harta berpotensi menjadi berhala jika tidak diarahkan kepada Allah. John Calvin menyebut hati manusia sebagai “pabrik berhala.” Kita bisa membuat harta dari apa saja—bahkan pelayanan, keluarga, atau karier.
Tim Keller dalam bukunya Counterfeit Gods menulis: “Berhala adalah hal baik yang menjadi hal utama dalam hidup. Apa pun yang kamu pikir jika kehilangannya maka hidupmu tidak berarti — itulah hartamu yang sesungguhnya.”
V. Aplikasi Praktis dan Spiritual
A. Refleksi: Apa Hartamu Hari Ini?
Yesus tidak bertanya apa yang kamu doakan, baca, atau katakan. Ia menanyakan: di mana hartamu? Ini adalah pertanyaan audit rohani.
Tanda-tanda di mana harta kita berada:
-
Apa yang paling kita pikirkan?
-
Apa yang membuat kita cemas?
-
Apa yang paling membuat kita bahagia?
-
Apa yang paling kita lindungi?
B. Menata Kembali Arah Hidup
Jika hati kita mengikuti harta, maka kita perlu menggeser harta kita agar hati kita ikut berpindah. Memberi, melayani, dan memprioritaskan hal-hal rohani bukan hanya soal kebaikan moral, tetapi strategi rohani agar hati kita berlabuh pada Allah.
Jonathan Edwards menekankan bahwa “kebahagiaan sejati manusia hanya dapat ditemukan jika hati tertambat pada kemuliaan Allah.”
VI. Penafsiran Para Pakar Reformed
1. John Calvin
Calvin menyoroti bahwa ayat ini mengundang kita untuk membedakan antara cinta akan dunia dan cinta akan Allah. Hati manusia tidak bisa netral. “Apa yang kita nilai akan menyita seluruh hidup kita,” kata Calvin.
2. Matthew Henry
Henry mencatat bahwa ayat ini adalah prinsip universal: “Orang akan mengikuti apa yang dia hormati dan ingini, maka pastikan engkau menghormati hal-hal dari atas.”
3. Martyn Lloyd-Jones
Lloyd-Jones menghubungkan ayat ini dengan kesehatan rohani. Jika hati kita mengarah pada dunia, maka seluruh hidup menjadi gelap. Tetapi jika hati mengarah ke surga, maka terang Allah memenuhi hidup kita.
4. R.C. Sproul
Sproul menggambarkan ayat ini sebagai “indikator rohani”. Ia berkata: “Kamu tidak perlu membuka isi doa seseorang untuk tahu siapa tuhan mereka. Cukup lihat laporan keuangannya.”
VII. Pengaruh terhadap Gaya Hidup Kristen
A. Prioritas Waktu dan Energi
Orang Kristen yang hatinya pada surga akan menjadikan hal-hal rohani sebagai prioritas utama:
-
Mengatur waktu untuk doa dan pembacaan Alkitab.
-
Mengutamakan ibadah dan pelayanan.
-
Memperlakukan uang sebagai alat, bukan tujuan.
B. Kedermawanan sebagai Disiplin Hati
Memberi bukan hanya soal membantu sesama. Dalam teologi Reformed, memberi adalah cara mentransformasi hati. Saat kita memberi, kita sedang menggeser harta kita — dan dengan itu, hati kita.
Randy Alcorn berkata: “Kamu tidak bisa membawa kekayaan ke surga, tapi kamu bisa mengirimnya lebih dulu ke sana.”
VIII. Ilustrasi dan Kesaksian
A. Ilustrasi: Kompas Hati
Bayangkan hati seperti kompas. Jarumnya akan selalu menunjuk ke arah harta kita. Jika hartamu adalah karier, maka kamu akan hidup untuk kerja. Jika hartamu adalah Kristus, maka hidupmu akan terarah pada kekekalan.
B. Kesaksian Nyata: William Borden
William Borden, pewaris perusahaan susu Borden, meninggalkan semua warisan jutaan dolar untuk menjadi misionaris di Cina. Dalam Alkitabnya tertulis tiga kalimat: “No reserves. No retreats. No regrets.” Ia mati muda, namun hidupnya menunjukkan di mana hatinya berada — bukan di bumi, tetapi di surga.
IX. Bagaimana Menggeser Harta ke Surga?
-
Mulailah dari pengakuan – Akui kepada Tuhan jika ada berhala dalam hidupmu.
-
Buat keputusan praktis – Salurkan waktu dan dana untuk pelayanan.
-
Latih diri dalam pemberian – Jadikan memberi sebagai gaya hidup, bukan momen.
-
Bangun relasi rohani – Jadikan komunitas iman sebagai “harta relational” yang abadi.
-
Pandanglah Kristus – Lihat kepada salib. Yesus adalah Harta Sejati.
Penutup: Kristus, Harta Tertinggi
Matius 6:21 bukan hanya peringatan, tetapi undangan: arahkanlah hatimu kepada Kristus, Harta Surgawi yang tidak dapat dirusak. Dalam Dialah, kita menemukan harta sejati, kasih yang kekal, dan hidup yang berlimpah.
Filipi 3:8: “Aku menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya.”