Mazmur 37:4 – The Saint’s Spiritual Delight

Pendahuluan
Apa yang menjadi sumber sukacita terdalam bagi seorang percaya? Apakah itu berkat jasmani, kedamaian hidup, atau keberhasilan duniawi? Mazmur 37:4 menjawab pertanyaan ini secara tegas:
“Senangkanlah dirimu dalam TUHAN, dan Dia akan memberikan kepadamu keinginan hatimu.”(Mazmur 37:4, AYT)
Ayat ini merupakan salah satu bagian yang paling dikutip dalam dunia kekristenan, tetapi juga paling disalahpahami. Banyak orang membacanya seolah-olah Tuhan akan mengabulkan semua keinginan hati kita — padahal ayat ini jauh lebih dalam: ini berbicara tentang kesukaan rohani yang mengubah hasrat hati, bukan pemenuhan keinginan daging.
I. Konteks Mazmur 37: Keadilan Allah dan Ketekunan Orang Benar
Mazmur 37 adalah mazmur kebijaksanaan yang ditulis oleh Daud. Tema utamanya adalah:
-
Jangan iri kepada orang fasik
-
Bersabarlah dalam penderitaan
-
Percayalah kepada keadilan Allah
Di tengah konteks itu, ayat 4 menjadi titik terang: fokuskan dirimu pada TUHAN, bukan keadaan. Di sinilah terletak makna terdalam dari delight dalam Tuhan.
II. Apa Arti “Senangkanlah Dirimu dalam TUHAN”?
Kata Ibrani untuk “senangkanlah dirimu” adalah anag (עָנַג), yang berarti menikmati dengan kelembutan, kenikmatan batiniah, atau sukacita yang intim.
A. Bukan Sekadar Emosi
R.C. Sproul menekankan bahwa delight ini bukan sekadar perasaan, tetapi respon rohani terhadap keindahan dan kebaikan Allah. Sukacita dalam Tuhan adalah hasil dari pengetahuan akan Dia yang sejati.
B. Sukacita yang Menguduskan
John Calvin dalam tafsirannya mengatakan:
“Orang-orang yang telah merendahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah, akan merasakan kepuasan dalam Dia. Bukan karena mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi karena mereka menginginkan apa yang Tuhan kehendaki.”
Delight dalam Tuhan berarti membiarkan kehendak-Nya menjadi sukacita kita.
III. “...Dia akan Memberikan Keinginan Hatimu”
A. Apakah Ini Janji tentang Pengabulan Doa?
Banyak orang salah menafsirkan bagian ini sebagai “Tuhan akan memberi apa saja yang saya mau.” Padahal, yang dimaksud adalah:
-
Jika kita benar-benar bersukacita dalam Tuhan, keinginan kita akan dibentuk oleh kasih dan kebenaran-Nya.
-
Tuhan tidak memberi semua yang kita inginkan, tetapi membentuk keinginan kita agar selaras dengan hati-Nya.
Jonathan Edwards menjelaskan:
“Kesenangan tertinggi manusia sejati bukanlah dalam karunia, melainkan dalam Pemberi karunia itu sendiri.”
IV. Delight dalam Tuhan: Bukti dari Hidup Baru
Dalam teologi Reformed, delight dalam Tuhan adalah buah dari regenerasi — ketika seseorang telah lahir baru, dia mulai:
-
Menyukai hal-hal dari Allah
-
Membenci dosa
-
Mengejar kekudusan
-
Merindukan persekutuan dengan Tuhan
Herman Bavinck menekankan bahwa kesukaan dalam Allah hanya mungkin ketika hati yang keras diubah oleh Roh Kudus. Ini bukan hasil motivasi manusia, tetapi hasil dari anugerah ilahi.
V. Delight dan Ketekunan Orang Kudus
Mazmur 37 mengajarkan bahwa sukacita dalam Tuhan membantu orang percaya bertekun dalam penderitaan.
“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik; diamlah di negeri dan berlakulah setia!”
(Mazmur 37:3)
John Piper, dalam bukunya Desiring God, mengembangkan tema ini dengan menyatakan bahwa “Allah paling dimuliakan dalam kita, ketika kita paling bersukacita dalam Dia.” Dalam kerangka Reformed, delight dalam Tuhan bukanlah opsional — itulah inti kehidupan Kristen.
VI. Perbedaan Delight Duniawi dan Delight Rohani
Delight Duniawi | Delight Rohani |
---|---|
Berbasis keadaan | Berbasis relasi dengan Allah |
Sementara & berubah | Kekal & stabil |
Memenuhi daging | Memuaskan jiwa |
Membuat manusia makin egois | Membentuk manusia makin serupa Kristus |
VII. Apakah Delight dalam Tuhan Bisa Dipelajari?
Ya, tetapi hanya oleh mereka yang telah mengalami kelahiran baru. Namun, itu juga perjalanan spiritual yang bertumbuh. Kita dilatih oleh:
-
Firman: untuk mengenal siapa Allah itu
-
Doa: untuk membentuk hati yang peka
-
Penderitaan: untuk membersihkan keinginan yang salah
-
Persekutuan: untuk saling menguatkan
Calvin berkata: “Kita tidak bisa menikmati Allah sebelum hati kita dibersihkan dari kecintaan terhadap dunia.”
VIII. Tanda-Tanda Seseorang Bersukacita dalam Tuhan
-
Ia mengejar kehendak Allah, bukan kehendak sendiri
-
Ia merasa puas walau doanya belum dijawab
-
Ia bersuka dalam firman dan ibadah
-
Ia rela meninggalkan dosa demi hadirat Allah
-
Ia menemukan sukacita dalam memberi, bukan hanya menerima
IX. Kesaksian Para Tokoh Reformed
A. Jonathan Edwards
“Kebahagiaan tertinggi manusia adalah dalam menikmati Allah dan kemuliaan-Nya secara penuh.”
B. John Owen
Dalam Communion with God, Owen menjelaskan bahwa delight dalam Allah melibatkan persekutuan kasih antara Allah dan umat-Nya, bukan sekadar kegiatan religius.
C. R.C. Sproul
“Untuk bersukacita dalam Allah, kamu harus mengenal siapa Dia — kudus, adil, dan penuh kasih. Maka kamu tidak akan pernah puas dengan hal yang lebih rendah.”
X. Dampak Delight dalam Tuhan terhadap Kehidupan Sehari-Hari
A. Membebaskan dari Kecanduan Duniawi
Ketika kita menemukan sukacita dalam Tuhan, hal-hal duniawi kehilangan kuasanya atas kita.
B. Memberi Kekuatan di Tengah Penderitaan
Sukacita rohani bukan tergantung situasi, sehingga dapat menghibur dan menopang saat keadaan tidak ideal.
C. Membentuk Prioritas yang Kudus
Delight akan memengaruhi waktu, uang, tenaga, dan relasi kita. Kita akan memilih yang memuliakan Tuhan.
XI. Kaitan Delight dengan Doktrin Doa
“Mintalah, maka kamu akan menerima.” (Matius 7:7)
Namun dalam konteks delight dalam Tuhan, doa menjadi:
-
Permohonan bukan untuk kesenangan diri
-
Permohonan yang selaras dengan kehendak Allah
-
Tindakan percaya, bukan tuntutan
Penutup: Kesenangan yang Kekal Hanya Ada dalam Tuhan
Mazmur 37:4 bukan janji bahwa Tuhan akan memenuhi segala keinginan daging kita. Sebaliknya, ini adalah panggilan radikal untuk membentuk hati kita sedemikian rupa hingga hanya Tuhan yang menjadi sumber sukacita terdalam kita.
Ketika kita hidup dalam delight akan Tuhan:
-
Kita bebas dari kecemasan dunia
-
Kita dibentuk oleh kasih karunia
-
Kita menjadi saksi hidup akan kebaikan dan kekudusan Allah