Menghidupi Anugerah Memberi: 2 Korintus 8:6-7

Ayat Pokok:
2 Korintus 8:6-7 (AYT)
Jadi, kami mendesak Titus, sebagaimana ia telah memulainya, demikian pula ia juga akan menyelesaikan pekerjaan anugerah ini di antara kamu.
Namun, sama seperti kamu berkelimpahan dalam segala hal, dalam iman, perkataan, pengetahuan, segala usaha, dan dalam kasihmu terhadap kami, hendaknya kamu juga berkelimpahan dalam anugerah ini.
I. Pendahuluan: Konteks Surat Paulus
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus merupakan salah satu tulisan yang sangat pastoral, mengandung banyak pengajaran praktis dan teologis. Dalam pasal 8 dan 9, Paulus menyinggung satu topik penting: pemberian sukarela sebagai bagian dari hidup Kristen. Ia tidak hanya melihatnya sebagai amal sosial, tetapi sebagai ekspresi anugerah Tuhan yang aktif bekerja dalam umat-Nya.
Pada ayat 6-7, Paulus menekankan pentingnya menyelesaikan pelayanan kasih yang telah dimulai, dan mendorong jemaat Korintus agar mereka berlimpah dalam "anugerah ini" — maksudnya adalah karunia memberi.
II. Eksposisi Teks: Tafsiran Ayat demi Ayat
A. 2 Korintus 8:6 — "Titus Menyelesaikan Pekerjaan Anugerah"
Paulus menyebut pelayanan kasih ini sebagai "pekerjaan anugerah" (charis dalam bahasa Yunani), bukan sekadar kewajiban. Ia memerintahkan Titus untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kepada orang lain adalah bagian dari rencana kasih karunia Allah, bukan semata aktivitas sosial.
John Calvin dalam komentarnya terhadap bagian ini menyatakan:
“Pemberian bukan semata-mata tindakan manusiawi, tetapi adalah buah dari Roh Kudus dalam hati orang percaya.”
Dengan kata lain, dalam tradisi Reformed, perbuatan kasih yang sejati mengalir dari iman yang hidup, bukan dari motivasi legalistik.
B. 2 Korintus 8:7 — "Berlimpah dalam Anugerah Ini"
Paulus memuji jemaat Korintus atas kelimpahan mereka dalam hal-hal rohani: iman, pengajaran, pengetahuan, dan kasih. Namun ia tidak ingin mereka berhenti di situ — mereka harus juga berlimpah dalam pemberian kasih.
Charles Hodge, seorang teolog Reformed Amerika abad ke-19, mengomentari:
“Kekristenan yang sejati tidak hanya terlihat dalam doktrin yang benar, tetapi juga dalam kasih yang diwujudkan. Memberi adalah ujian kasih yang sejati.”
Jadi, ayat ini mengingatkan kita bahwa kekayaan rohani harus diimbangi dengan buah kasih dalam tindakan nyata.
III. Dimensi Teologis dari “Anugerah Memberi”
A. Pemberian adalah Karunia Roh
Dalam tradisi Reformed, pemberian dilihat sebagai karunia spiritual. Herman Bavinck mencatat bahwa:
“Semua karunia adalah manifestasi dari anugerah Allah, termasuk kemampuan untuk memberi dengan sukacita.”
Hal ini berarti bahwa seseorang tidak dapat memberi dengan benar tanpa anugerah Allah yang terlebih dahulu bekerja dalam hatinya. Maka, ajakan Paulus bukanlah tekanan hukum, tetapi undangan untuk hidup dalam kuasa kasih karunia.
B. Kesatuan antara Iman dan Perbuatan
Pemberian menjadi buah dari iman yang sejati. Seperti dikatakan dalam Yakobus 2:17, iman tanpa perbuatan adalah mati. Dalam konteks ini, memberi menjadi wujud iman yang hidup, bukan hanya teori.
Tim Keller, dalam kotbahnya mengenai kemurahan hati, berkata:
“Orang yang mengerti Injil akan memberi, bukan karena dipaksa, tetapi karena mereka telah lebih dahulu menerima segalanya dalam Kristus.”
IV. Aplikasi Praktis dalam Gereja Masa Kini
A. Melatih Jemaat dalam Anugerah Memberi
Gereja sering kali fokus pada pengajaran dan penginjilan, namun bagian ini mengajarkan kita untuk mengembangkan kemurahan hati sebagai bagian integral dari disiplin rohani.
John Piper dalam bukunya Desiring God menulis:
“Kita dimampukan untuk memberi karena kita telah dipuaskan oleh Allah. Kita memberi bukan untuk memperoleh berkat, tetapi karena kita telah diberkati.”
B. Menjaga Keseimbangan antara Doktrin dan Tindakan
Banyak gereja Reformed dikenal karena keteguhan dalam ajaran. Namun Paulus mengingatkan bahwa pengajaran yang benar harus disertai tindakan kasih. Pemberian bukan hanya tugas bendahara atau kelompok pelayanan sosial, tetapi bagian dari ibadah setiap orang percaya.
V. Refleksi Eklesiologis: Gereja yang Berlimpah dalam Anugerah
Apa yang terjadi jika gereja lokal benar-benar hidup dalam semangat ayat ini?
-
Tidak ada orang yang berkekurangan karena yang lebih diberi memberi kepada yang kurang.
-
Kesaksian gereja menjadi kuat karena kasih yang nyata.
-
Perpecahan akibat kesenjangan sosial dalam gereja dapat dijembatani dengan kemurahan hati.
Gereja menjadi komunitas Injil, bukan hanya tempat berkhotbah Injil.
VI. Pemberian dan Kristus: Teladan Tertinggi
Jika kita membaca lanjut ayat-ayat berikutnya dalam pasal ini, khususnya ayat 9, kita menemukan dasar utama dari kemurahan hati Kristen:
“Karena kamu mengetahui kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa sekalipun Dia kaya, karena kamu, Dia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2 Korintus 8:9)
Yesus sendiri adalah teladan terbesar dari pemberian yang sejati. Ia memberikan segalanya — bahkan hidup-Nya — agar kita memperoleh kehidupan kekal. Maka, pemberian orang percaya adalah respons terhadap Injil, bukan untuk memperoleh keselamatan.
VII. Kesimpulan: Berlimpah dalam Segala Anugerah
2 Korintus 8:6-7 bukan hanya seruan untuk menyumbang. Ini adalah undangan ilahi untuk mengalami kasih karunia Allah dalam cara yang nyata dan praktis — melalui kemurahan hati. Dalam terang Injil dan teologi Reformed, kita memahami bahwa:
-
Memberi adalah pekerjaan kasih karunia, bukan beban hukum.
-
Pemberian adalah buah dari iman sejati, bukan pengganti iman.
-
Kemurahan hati adalah bagian dari pertumbuhan rohani, sejajar dengan iman, pengetahuan, dan kasih.
-
Kristus adalah teladan utama, yang telah memberi diri-Nya bagi kita.