Old Paths: Jalan Lama Iman Kristen
Pendahuluan
Dalam Yeremia 6:16, Tuhan berfirman:
"Beginilah firman TUHAN: Berdirilah di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, berjalanlah di situ, maka kamu akan mendapat ketenangan jiwamu." (AYT)
Ungkapan “jalan-jalan yang dahulu kala” atau dalam bahasa Inggris disebut "Old Paths" menjadi seruan penting bagi gereja sepanjang zaman. Di tengah derasnya perubahan budaya, kemajuan teknologi, dan pergeseran nilai, umat Allah dipanggil untuk kembali dan berpegang teguh kepada jalan iman yang kuno, yang telah dinyatakan dalam firman Allah.
Dalam tradisi teologi Reformed, konsep Old Paths sangat identik dengan komitmen untuk mempertahankan kebenaran Alkitab, kesetiaan pada Injil anugerah, dan penghormatan kepada warisan rohani para pendahulu iman. Tokoh-tokoh besar Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles H. Spurgeon, J.C. Ryle, Herman Bavinck, Louis Berkhof, hingga R.C. Sproul menegaskan pentingnya tetap berjalan di “jalan lama” ini.
Artikel ini akan membahas:
-
Apa itu Old Paths dalam perspektif Alkitab dan Reformed.
-
Mengapa kita harus kembali ke Old Paths.
-
Bagaimana menerapkannya dalam kehidupan iman masa kini.
1. Apa Itu "Old Paths" dalam Perspektif Alkitab?
Secara kontekstual, Yeremia berbicara kepada bangsa Israel yang telah memberontak terhadap Allah. Mereka mengikuti jalan baru — yaitu penyembahan berhala, kompromi moral, dan ketidaktaatan. Allah memanggil mereka untuk kembali ke jalan kuno, jalan perjanjian yang dibangun atas dasar hukum dan kasih karunia-Nya.
Old Paths berarti:
-
Jalan kebenaran yang ditetapkan Allah sejak semula.
-
Jalan keselamatan melalui iman, bukan melalui pencapaian manusia.
-
Jalan ketaatan dan pertobatan.
Dalam terang Injil, Old Paths menunjuk kepada kesetiaan kepada kebenaran firman Tuhan yang tidak berubah, dan kepada Injil Kristus yang telah disampaikan dari generasi ke generasi.
2. Pandangan John Calvin: Kembali kepada Firman
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa pemulihan iman Kristen sejati berarti kembali kepada otoritas Kitab Suci. Calvin percaya bahwa gereja yang sehat adalah gereja yang hidup di dalam terang firman, bukan tradisi manusia.
“The sure and only rule of righteousness is the Word of God.”
– John Calvin
Old Paths, menurut Calvin, bukanlah nostalgia buta akan masa lalu, melainkan kesetiaan pada jalan kebenaran yang diwahyukan dalam Alkitab.
3. Jonathan Edwards: Kemuliaan Allah sebagai Pusat Jalan Lama
Jonathan Edwards, salah satu teolog besar Reformed Amerika, melihat bahwa Old Paths berarti hidup dengan tujuan meninggikan kemuliaan Allah di atas segala sesuatu.
Dalam karya klasiknya, The End for Which God Created the World, Edwards menulis bahwa tujuan utama hidup manusia bukanlah kepuasan diri, tetapi:
“The glory of God is the ultimate end.”
Berjalan di Old Paths berarti:
-
Memiliki visi hidup yang berpusat pada Allah.
-
Menghidupi Injil yang memuliakan Kristus, bukan manusia.
4. Charles Spurgeon dan "The Old Gospel"
Charles Haddon Spurgeon, “Sang Pangeran Pengkhotbah”, berbicara dengan kuat mengenai perlunya berpegang pada Injil yang lama:
"I do not come here tonight to present a new gospel, but the old gospel; the same that was preached to Adam, to Noah, to Abraham, to Moses, to David, to Isaiah, and to Paul."
– C.H. Spurgeon
Spurgeon memperingatkan tentang godaan untuk mengubah atau memodifikasi Injil agar sesuai dengan zaman. Ia menekankan bahwa Old Paths berarti kesetiaan pada Injil yang asli, tanpa pengurangan atau tambahan.
5. J.C. Ryle: Berpegang pada Ajaran Kuno
J.C. Ryle, uskup Anglikan Reformed abad ke-19, dalam bukunya Old Paths, dengan gamblang menulis:
"Give me the old paths, the good old paths, the old paths trodden by the apostles, prophets, martyrs, fathers, and reformers."
– J.C. Ryle
Bagi Ryle, Old Paths mencakup:
-
Ajaran tentang dosa yang mendalam dan kebutuhan akan keselamatan.
-
Kebenaran tentang pembenaran oleh iman semata, bukan karena perbuatan.
-
Ketergantungan penuh pada karya Kristus untuk keselamatan.
6. Herman Bavinck: Continuity of Faith
Herman Bavinck menekankan bahwa iman Kristen sejati tidak terputus dari zaman ke zaman. Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menulis:
“Faith always looks back to the past, to the word and work of God, which remain unchanged.”
Artinya, meskipun dunia berubah, dasar iman kita tetap sama — firman Allah yang kekal dan Injil anugerah.
7. Louis Berkhof: Kesetiaan Teologis
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menegaskan pentingnya mempertahankan doktrin-doktrin klasik Kristen seperti:
-
Total depravity (kejatuhan total manusia).
-
Sovereign grace (anugerah Allah yang berdaulat).
-
Substitutionary atonement (penebusan pengganti Kristus).
Menurut Berkhof, meninggalkan jalan-jalan ini berarti mengkhianati fondasi iman Kristen.
8. R.C. Sproul: Semper Reformanda dan Old Paths
R.C. Sproul, teolog Reformed kontemporer, mengajarkan konsep Semper Reformanda — "selalu dibaharui" — tetapi dengan pengertian yang benar:
"We must always be reforming, but we must never depart from the old paths of Scripture."
– R.C. Sproul
Artinya, pembaruan sejati bukan berarti inovasi teologi, melainkan kembali kepada Alkitab, kepada Injil, dan kepada prinsip-prinsip Reformed yang telah diuji waktu.
9. Mengapa Kita Harus Kembali ke Old Paths?
a. Karena Firman Allah Tidak Berubah
"Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." (Yesaya 40:8)
b. Karena Manusia Tetap Berdosa
Kebutuhan manusia akan keselamatan tidak berubah. Solusi satu-satunya tetap sama: Kristus.
c. Karena Injil Tidak Memerlukan Tambahan
Setiap usaha untuk menyesuaikan Injil dengan budaya justru merusaknya.
d. Karena Keselamatan Adalah Melalui Jalan Lama
Hanya di dalam salib Kristus — bukan kebijaksanaan manusia atau moralitas baru — kita diselamatkan.
10. Tantangan terhadap Old Paths dalam Dunia Modern
a. Relativisme Moral
Budaya modern menolak kebenaran mutlak. Old Paths menegaskan bahwa kebenaran adalah absolut di dalam Allah.
b. Pencairan Injil
Ada tekanan untuk membuat Injil "lebih dapat diterima", namun Old Paths menolak kompromi.
c. Individualisme Radikal
Old Paths mengajarkan kita untuk hidup dalam komunitas iman yang tunduk pada otoritas Kristus.
11. Bagaimana Kita Bisa Berjalan di Old Paths?
a. Mempelajari dan Memegang Firman
Baca, renungkan, dan hidupi Alkitab setiap hari.
b. Mengasihi Injil Anugerah
Pegang Injil Kristus tanpa kompromi.
c. Menghormati Warisan Iman
Belajar dari reformator, pengkhotbah besar, dan ayat-ayat klasik iman Kristen.
d. Mewujudkan Kekudusan Sejati
Old Paths bukan hanya doktrin benar, tapi juga hidup yang dikuduskan.
Kesimpulan
"Old Paths" bukanlah panggilan kepada tradisi kosong atau romantisme masa lalu, melainkan panggilan untuk kembali kepada jalan kebenaran yang Allah telah tetapkan sejak semula. Dalam dunia yang terus berubah dan penuh godaan untuk mengubah iman kita, gereja Reformed dipanggil untuk berdiri teguh:
-
Di atas firman Allah yang kekal.
-
Dalam Injil Yesus Kristus yang sempurna.
-
Dengan roh kesetiaan kepada warisan iman sejati.
Sebagaimana Yeremia menyerukan, hari ini Allah memanggil kita:
“Tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala... Berjalanlah di situ, maka kamu akan mendapat ketenangan jiwamu.” (Yeremia 6:16)
Kiranya kita, dengan kerendahan hati, berani berkata: "Berikan aku jalan lama itu, karena di sanalah hidup dan damai ditemukan."
Soli Deo Gloria.
