Perendahan Kristus (Humiliation of Christ)
- Pendahuluan
- 1. Definisi Perendahan Kristus
- 2. Lima Tahapan Perendahan Kristus
- 3. Pandangan John Calvin tentang Perendahan Kristus
- 4. Perendahan Kristus dan Ketaatan Aktif-Pasif
- 5. Makna Theologis Perendahan Kristus
- 6. Relevansi bagi Orang Percaya
- 7. Dari Perendahan Menuju Peninggian
- 8. Refleksi dari Teolog Reformed Masa Kini
- 9. Tantangan Zaman Ini: Merendahkan Diri seperti Kristus
- Kesimpulan: Salib Sebagai Simbol Kemuliaan dalam Kerendahan
- Pertanyaan Reflektif

Pendahuluan
Dalam doktrin Kristologi—yaitu ajaran tentang Kristus—salah satu konsep paling penting adalah "Perendahan Kristus" (Humiliation of Christ). Konsep ini menjelaskan bagaimana Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal, merendahkan diri-Nya untuk menebus umat manusia yang berdosa. Doktrin ini sangat sentral dalam teologi Reformed karena menyatakan kasih Allah, kerelaan Kristus, dan dasar keselamatan umat pilihan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah: Apa yang dimaksud dengan perendahan Kristus? Apa bentuknya? Mengapa hal ini penting bagi iman Kristen?
Dalam artikel ini, kita akan membahas doktrin ini dari berbagai sudut pandang teologi Reformed dengan mengacu pada para teolog besar seperti John Calvin, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan Michael Horton. Kita juga akan menjelajahi dasar Alkitabiah dari perendahan Kristus dan relevansinya bagi hidup orang percaya hari ini.
1. Definisi Perendahan Kristus
Dalam pengertian teologi Reformed, perendahan Kristus mengacu pada:
“Keadaan dan tindakan Kristus di mana Ia, walaupun Allah, secara sukarela merendahkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia, menderita, mati, dan dikuburkan.”
Ini mencakup seluruh rentang waktu dari inkarnasi sampai dikuburkan—sebelum kebangkitan-Nya (yang disebut sebagai tahap "peninggian Kristus").
Filipi 2:6-8 (AYT)
“Walaupun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
2. Lima Tahapan Perendahan Kristus
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, membagi perendahan Kristus menjadi lima tahap utama:
1. Inkarnasi
Kristus mengambil rupa manusia. Ia menjadi daging (Yohanes 1:14). Ini adalah tindakan pengosongan diri (kenosis), bukan kehilangan keilahian, tetapi menyembunyikan kemuliaan-Nya.
2. Hidup dalam Penderitaan
Yesus hidup dalam kondisi manusia biasa—tanpa kehormatan duniawi. Ia mengalami lapar, letih, dikhianati, ditolak, bahkan tanpa tempat untuk berbaring (Lukas 9:58).
3. Penderitaan yang Sengsara
Di Taman Getsemani dan saat ditangkap, Kristus mulai merasakan tekanan penderitaan penuh dosa dunia. Ia digoda, disiksa, ditelanjangi secara emosional dan fisik.
4. Kematian di Kayu Salib
Kematian salib adalah bentuk hukuman yang paling kejam dan hina. Kristus menanggung murka Allah di sana sebagai pengganti orang berdosa (Yesaya 53; Roma 3:25).
5. Dikuburkan
Dikuburkan menandakan bahwa Yesus benar-benar mati secara fisik, masuk ke dalam keadaan paling rendah dari kemanusiaan—kubur.
3. Pandangan John Calvin tentang Perendahan Kristus
Calvin menekankan kerelaan Kristus dalam setiap tahap perendahan-Nya. Dalam Institutes, ia menulis bahwa:
“Kristus bukan hanya mati, tetapi Ia dengan rela memilih jalur kematian yang paling hina… supaya tidak ada penderitaan manusia yang asing bagi-Nya.”
Bagi Calvin, perendahan Kristus adalah dasar bagi penghiburan dan keyakinan orang percaya karena Kristus telah “turun sampai titik terdalam penderitaan manusia.”
4. Perendahan Kristus dan Ketaatan Aktif-Pasif
Dalam teologi Reformed klasik, sering dibedakan antara ketaatan aktif dan ketaatan pasif Kristus sebagai bagian dari perendahan-Nya:
-
Ketaatan Aktif: Hidup Yesus yang sempurna dalam menaati seluruh hukum Allah.
-
Ketaatan Pasif: Kesediaan Yesus menderita dan mati untuk menggantikan orang berdosa.
Michael Horton menjelaskan:
“Kristus tidak hanya mati bagi kita (ketaatan pasif), tetapi Ia juga hidup sempurna bagi kita (ketaatan aktif)—dan keduanya diperhitungkan sebagai kebenaran kita.”
5. Makna Theologis Perendahan Kristus
a) Pengganti Dosa
Kristus mengalami seluruh penderitaan sebagai wakil umat pilihan, mengambil tempat mereka di hadapan murka Allah (Yesaya 53:4-6).
b) Penggenapan Janji
Yesus memenuhi seluruh tuntutan hukum Taurat dan nubuatan tentang Mesias yang menderita.
c) Penderitaan yang Menyelamatkan
R.C. Sproul mengatakan:
“Kristus tidak hanya merasakan penderitaan fisik, tetapi juga penderitaan ilahi—dicerabut dari kasih Bapa demi menanggung murka Allah.”
6. Relevansi bagi Orang Percaya
a) Penghiburan dalam Penderitaan
Yesus tahu apa artinya menderita. Kita memiliki Imam Besar yang dapat berempati (Ibrani 4:15).
b) Contoh Kehidupan Rendah Hati
Kristus memberi teladan kerendahan hati sejati—menjadi besar dengan melayani (Markus 10:45).
c) Motivasi untuk Hidup Kudus
Kristus merendahkan diri bukan untuk kemuliaan-Nya sendiri, tetapi untuk menebus kita. Sebagai balasan, hidup kita menjadi bentuk syukur dan persembahan (Roma 12:1).
7. Dari Perendahan Menuju Peninggian
Filipi 2:9-11 melanjutkan:
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan menganugerahkan kepada-Nya Nama di atas segala nama…”
Setelah perendahan, Kristus ditinggikan: kebangkitan, kenaikan, duduk di sebelah kanan Bapa, dan akan datang kembali.
Ini menunjukkan bahwa jalan menuju kemuliaan sejati adalah melalui kerendahan hati—baik bagi Kristus maupun umat-Nya.
8. Refleksi dari Teolog Reformed Masa Kini
Tim Keller: Kristus yang Merendahkan Diri
Keller menggarisbawahi bahwa:
“Yesus menjadi miskin supaya kita bisa menjadi kaya. Ia kehilangan semua di kayu salib, supaya kita bisa mendapatkan semua di dalam Dia.”
Kevin DeYoung: Perendahan Bukan Kekalahan
DeYoung menekankan bahwa:
“Perendahan Kristus bukan kekalahan, melainkan bagian dari kemenangan rencana Allah untuk keselamatan.”
9. Tantangan Zaman Ini: Merendahkan Diri seperti Kristus
Di zaman modern yang mengagungkan harga diri, popularitas, dan kenyamanan, perendahan Kristus menjadi kontras radikal.
Baca Juga: Mengapa Yesus Harus Mati di Kayu Salib?
Orang percaya dipanggil untuk:
-
Menerima penderitaan dengan iman
-
Melayani tanpa pamrih
-
Mewakili Kristus dalam kerendahan hati
Kesimpulan: Salib Sebagai Simbol Kemuliaan dalam Kerendahan
Perendahan Kristus bukan hanya sebuah peristiwa teologis, tetapi inti dari kabar baik Injil. Melalui kerelaan Kristus untuk turun ke titik terdalam penderitaan manusia, kita yang berdosa diangkat untuk hidup bersama-Nya dalam kemuliaan.
Poin Penting yang Harus Diingat:
-
Perendahan Kristus menunjukkan kasih Allah yang besar.
-
Kristus taat secara aktif dan pasif untuk keselamatan kita.
-
Perendahan-Nya menjadi teladan kerendahan hati sejati.
-
Penghiburan terbesar berasal dari Kristus yang telah merendahkan diri untuk kita.
Pertanyaan Reflektif
-
Apakah aku menyadari besarnya kasih Kristus dalam perendahan-Nya?
-
Apakah hidupku mencerminkan kerendahan hati yang sama seperti Kristus?
-
Apakah aku percaya bahwa penderitaan yang aku alami bisa dipakai Allah untuk kemuliaan-Nya?
Soli Deo Gloria!