Permata Langka dari Kepuasan Kristen: Dibaca Ulang dalam Konteks Modern

Permata Langka dari Kepuasan Kristen: Dibaca Ulang dalam Konteks Modern

Pendahuluan: Apa Itu Kepuasan Kristen?

Dalam dunia yang penuh ketidakpuasan, kegelisahan, dan kehausan akan hal-hal material, konsep kepuasan Kristen menjadi sangat kontras dan radikal. Buku klasik karya Jeremiah Burroughs berjudul The Rare Jewel of Christian Contentment adalah salah satu warisan teologi Puritan dan Reformed yang paling berharga mengenai topik ini. Burroughs menulis:

“Kepuasan Kristen adalah jiwa yang tenang dan manis, yang dengan bebas tunduk kepada kehendak Allah, dalam setiap kondisi apa pun yang Allah tetapkan bagi kita.”

Namun, bagaimana kita membaca ulang permata langka ini dalam konteks modern, di mana kecepatan, ambisi, dan keluhan menjadi norma budaya?

Dalam artikel ini, kita akan membahas pemahaman para pakar teologi Reformed seperti Jeremiah Burroughs, John Owen, Thomas Watson, hingga tokoh modern seperti Sinclair Ferguson, John Piper, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana kepuasan Kristen bukan sekadar perasaan, tetapi disiplin rohani yang dalam dan buah dari pengenalan akan Allah yang benar.

I. Kepuasan Kristen dalam Perspektif Reformed

1. Definisi yang Dalam

Dalam pemikiran Reformed, kepuasan bukan sekadar pasrah atau tidak mengeluh, melainkan keadaan jiwa yang percaya penuh pada kedaulatan Allah, sehingga tidak digoyahkan oleh perubahan situasi.

Thomas Watson dalam The Art of Divine Contentment menulis:

“Kepuasan bukanlah karena dunia tidak berubah, melainkan karena hati tetap di dalam Tuhan yang tidak berubah.”

Kepuasan Kristen adalah hasil dari iman yang percaya bahwa segala sesuatu bekerja untuk kebaikan (Roma 8:28) dan bahwa Allah memerintah segala situasi dengan bijaksana.

2. Buah dari Doktrin Kedaulatan Allah

Teologi Reformed menekankan kedaulatan Allah dalam segala sesuatu. Kepuasan sejati lahir ketika kita tidak hanya percaya bahwa Allah berdaulat, tetapi juga bahwa Ia baik dan setia dalam semua kehendak-Nya, termasuk penderitaan.

John Calvin berkata:

“Kepuasan berasal dari kesadaran bahwa kita tidak berada di bawah nasib atau keberuntungan, tetapi di bawah tangan Bapa surgawi yang penuh kasih.”

II. Ciri-ciri Kepuasan Kristen Sejati

1. Tidak Tergantung pada Keadaan

Jeremiah Burroughs menjelaskan bahwa kepuasan bukanlah hasil dari keadaan yang baik, tetapi kemampuan untuk tetap bersyukur dan tenang meski dalam penderitaan.

Filipi 4:11-13 menjadi ayat kunci:

“Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan... Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

2. Lahir dari Penundukan Diri kepada Allah

Kepuasan Kristen terjadi ketika seseorang menundukkan kehendaknya kepada Allah tanpa syarat. Ini bukan pasif, melainkan aktif percaya.

Burroughs menyebut ini sebagai:

“Kondisi hati yang manis dan damai, yang aktif menyerahkan diri kepada ketetapan Allah.”

3. Disertai dengan Rasa Syukur

Rasa syukur bukan akibat kepuasan, melainkan bagian darinya. Orang yang puas akan selalu menemukan alasan untuk bersyukur, bahkan dalam kesempitan.

Sinclair Ferguson mengingatkan:

“Hati yang bersyukur adalah hati yang puas, dan hati yang puas akan menjadi tanah yang subur bagi kekudusan.”

III. Tantangan Kepuasan dalam Budaya Modern

1. Budaya Konsumerisme

Di era digital dan kapitalisme, kita dijejali dengan iklan dan hasrat untuk memiliki lebih. Budaya ini meracuni jiwa kita dan membuat kita merasa tidak pernah cukup.

John Piper dalam Desiring God menyebut ini sebagai "idolatry of things" — pencarian akan sukacita dalam ciptaan, bukan dalam Sang Pencipta.

2. Perbandingan Sosial

Media sosial memperparah ketidakpuasan. Kita melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih berhasil dan mulai mempertanyakan hidup kita sendiri.

R.C. Sproul berkata:

“Saat kita lupa akan siapa Allah dan siapa kita di hadapan-Nya, kita menjadi budak dari pengharapan duniawi.”

3. Gaya Hidup yang Terburu-buru

Kepuasan memerlukan keheningan dan refleksi. Namun, budaya yang cepat dan penuh tuntutan sering kali membunuh kemampuan kita untuk menikmati hadirat Tuhan.

IV. Cara Memupuk Kepuasan Kristen: Aplikasi Praktis

1. Membangun Teologi yang Dalam

Kepuasan bukan dibangun dari motivasi dangkal, tapi dari teologi yang benar tentang Allah, dosa, dan kasih karunia.

Burroughs berkata:

“Kepuasan bukan hasil dari berpikir positif, tapi dari mengenal Allah yang benar.”

Studi Alkitab secara konsisten, memahami doktrin Reformed, dan mengenal karakter Allah akan memperkuat fondasi kepuasan.

2. Latihan Rohani: Doa, Puasa, dan Syukur

Kepuasan tidak datang otomatis. Ia adalah buah dari latihan rohani yang konsisten:

  • Doa yang berserah — menyerahkan beban dan keinginan kepada Tuhan.

  • Puasa — melatih diri menolak keinginan agar hati belajar puas hanya dengan Allah.

  • Ucapan syukur harian — kebiasaan mencatat dan mengingat berkat kecil dalam hidup.

3. Komunitas yang Meneguhkan

Kita memerlukan komunitas Kristen yang meneguhkan nilai-nilai kekekalan, bukan dunia. Gereja yang berpusat pada Injil akan menolong kita memelihara kepuasan Kristen.

V. Kepuasan sebagai Kesaksian Injil

Kepuasan Kristen bukan hanya untuk kenyamanan pribadi, tapi menjadi kesaksian hidup kepada dunia.

1 Petrus 3:15:

“...siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu...”

Ketika orang Kristen hidup dalam kepuasan di tengah penderitaan, dunia akan bertanya: "Apa yang kamu punya yang membuatmu tetap bersukacita?" Jawaban kita: Kristus.

VI. Kepuasan dan Salib Kristus

1. Kristus sebagai Contoh Tertinggi

Yesus tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, namun Ia penuh sukacita dan ketaatan kepada Bapa. Ia puas dalam kehendak Allah, bahkan di Getsemani.

Ibrani 12:2:

“...yang karena sukacita yang disediakan bagi-Nya, telah menanggung salib, dengan mengabaikan kehinaan...”

2. Salib Menghancurkan Keserakahan

Di salib, kita melihat nilai sejati — bahwa Kristus cukup bagi kita. Salib adalah pengingat bahwa kita tidak layak menerima apa-apa, tetapi telah diberikan segalanya di dalam Kristus.

Thomas Brooks berkata:

“Dia yang memiliki Kristus, memiliki segalanya yang dibutuhkan untuk bahagia dalam waktu dan kekekalan.”

VII. Penutup: Mencari Permata Langka di Abad 21

Jeremiah Burroughs menyebut kepuasan sebagai "permata langka" karena:

  • Tidak semua orang memilikinya,

  • Tidak mudah ditemukan,

  • Dan sangat berharga di mata Allah.

Dalam dunia modern yang lapar akan validasi dan kemewahan, orang Kristen dipanggil untuk berjalan berlawanan arus, menunjukkan bahwa Kristus cukup.

Bukan berarti kita tidak boleh memiliki aspirasi, tetapi bahwa aspirasi kita tidak boleh mencuri damai dan pengharapan kita di dalam Allah.

“Hanya orang yang puas dalam Kristus yang bisa benar-benar bebas.” – John Piper

Catatan Akhir

Kepuasan Kristen bukan ilusi, melainkan panggilan yang nyata dan mungkin — karena kita memiliki Allah yang hidup. Mari terus belajar mempercayakan hidup kepada-Nya, dalam segala musim kehidupan.

Next Post Previous Post