Renungan Pagi: Tetap Percaya, Janji Tuhan Pasti Digenapi (Bilangan 23:19)

Renungan Pagi: Tetap Percaya, Janji Tuhan Pasti Digenapi (Bilangan 23:19)

Bilangan 23:19
"Allah bukanlah manusia, Dia tidak akan berbohong. Allah bukan anak manusia; Dia tidak akan menyesal. Jika Dia berfirman, Dia melakukannya. Jika Dia berbicara, Dia menepatinya." (Bilangan 23:19, AYT)

Pendahuluan

Setiap pagi, ketika dunia perlahan beranjak dari keheningan malam, kita dihadapkan dengan satu kenyataan penting: janji manusia sering kali mengecewakan. Entah janji teman, pemimpin, bahkan janji kita sendiri kepada orang lain. Namun, hari ini, melalui Bilangan 23:19, Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa janji-Nya berbeda. Tidak ada kebohongan, tidak ada perubahan pikiran, tidak ada kegagalan dalam rencana-Nya. Sebagai umat tebusan-Nya, kita dipanggil untuk mempercayai janji-janji itu, terutama ketika situasi hidup membuat kita sulit untuk percaya.

Allah yang Tidak Berubah dan Tidak Berbohong

Teologi Reformed menekankan immutabilitas Allah—bahwa Allah tidak berubah (Mal. 3:6; Yakobus 1:17). Dalam Bilangan 23:19, kita diberi jaminan bahwa Allah bukanlah manusia yang bisa berbohong atau berubah-ubah.

Allah adalah sempurna dalam semua atribut-Nya, termasuk dalam kebenaran dan kesetiaan. Ketika Dia berjanji, itu bukan sekadar ekspresi keinginan, melainkan janji yang pasti terlaksana. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kesetiaan Allah adalah batu karang tempat kita berdiri.

Calvin berkata: "Faith is the principal work of the Holy Spirit, founded on the promises of God."
(Iman adalah karya utama Roh Kudus, yang berdiri di atas janji-janji Allah.)

Kita mempercayai janji Allah bukan karena situasi kita terlihat memungkinkan, tetapi karena karakter Allah tidak berubah.

Janji Allah Dalam Sejarah Penebusan

Teologi Reformed membaca Alkitab secara redemptive-historical (sejarah penebusan). Janji Allah telah dinyatakan sejak awal: dari janji kepada Abraham, pembebasan Israel dari Mesir, hingga puncaknya dalam Kristus.

  • Janji kepada Abraham (Kejadian 12:1-3)

  • Janji pembebasan (Keluaran 3:7-8)

  • Penggenapan dalam Kristus (2 Korintus 1:20): "Sebab di dalam Dia semua janji Allah adalah 'ya' dan 'amin'"

Setiap langkah sejarah ini menunjukkan satu hal: Allah setia. Bahkan ketika umat-Nya tidak setia, Allah tetap setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri (2 Timotius 2:13).

Dalam konteks Bilangan 23, Allah membalikkan kutuk yang direncanakan oleh Bileam menjadi berkat untuk Israel. Ini adalah gambaran kuat bahwa tidak ada kuasa manusia yang bisa menggagalkan rencana Allah.

Panggilan untuk Tetap Percaya

Sebagai orang percaya yang hidup di zaman perjanjian baru, kita tidak hanya mengenal janji Allah dari cerita masa lalu, tapi kita hidup di tengah penggenapan janji itu.

Namun, godaan untuk meragukan janji Tuhan tetap besar, terutama:

  • Ketika doa kita tampaknya belum dijawab

  • Ketika penderitaan panjang terjadi

  • Ketika dunia menawarkan janji-janji kosong

Iman sejati yang dikerjakan oleh Roh Kudus membuat kita terus berpegang pada janji Allah, bahkan ketika segala sesuatu di sekitar tampak bertentangan.

Reformasi mengajarkan:

  • Sola Scriptura → Kita mendasarkan iman kita hanya pada firman Allah, bukan perasaan atau situasi.

  • Sola Fide → Kita hidup oleh iman, bukan oleh penglihatan.

"Trusting God means believing His Word above all else."
(Mempercayai Allah berarti mempercayai Firman-Nya di atas segala sesuatu.)

Menanti dengan Sabar: Iman dan Ketekunan

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa proses penantian dalam iman adalah bagian dari karya penyucian (sanctification).
Ibrani 6:12 berkata, "Supaya kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapatkan janji-janji itu."

Contoh Alkitabiah:

  • Abraham menanti bertahun-tahun sebelum Ishak lahir.

  • Daud diurapi menjadi raja tetapi harus melewati tahun-tahun pelarian.

  • Yesus Kristus sendiri dengan sabar menanggung salib demi sukacita yang diletakkan di depan-Nya (Ibrani 12:2).

Penantian bukan berarti Allah lupa. Penantian adalah alat Allah untuk membentuk karakter Kristus dalam diri kita.

Bagaimana Kita Mempraktikkan Percaya pada Janji Tuhan

1. Merenungkan Firman Tuhan Setiap Hari

Firman adalah makanan iman kita. Tanpa merenungkannya, iman kita akan cepat layu.

2. Berdoa Meminta Roh Kudus Memberi Kekuatan

Doa bukan hanya meminta jawaban, tapi mempererat relasi kita dengan Tuhan yang setia.

3. Hidup Dalam Komunitas Orang Percaya

Komunitas membantu kita untuk saling mengingatkan tentang janji-janji Allah.

4. Mengingat Karya Kristus

Semua janji Allah diteguhkan dalam Yesus. Memandang kepada salib dan kebangkitan Yesus memperkuat iman kita.

Penutup

Saat pagi ini kita merenung, mari kita bertanya:
Apakah aku benar-benar percaya bahwa Allah setia menepati janji-Nya, meski aku tidak melihatnya saat ini?

Kita dipanggil untuk tetap percaya bukan karena situasi terlihat baik, tetapi karena Allah yang berjanji itu adalah Allah yang sempurna, tidak berbohong, dan tidak pernah gagal.

Mari kita bangun hari ini dengan keyakinan penuh:

  • Tuhan yang kita percayai adalah Allah yang setia.

  • Janji-Nya adalah ya dan amin.

  • Apa yang Dia firmankan, Dia pasti genapi.

Seperti dikatakan oleh Charles Spurgeon,
"God never makes a promise He does not intend to fulfill. His promises are true. His words are sure."
(Tuhan tidak pernah membuat janji yang tidak Ia maksudkan untuk genapi. Janji-janji-Nya benar. Firman-Nya pasti.)

Next Post Previous Post