Roma 4:22–25: Iman yang Diperhitungkan sebagai Kebenaran

Roma 4:22–25: Iman yang Diperhitungkan sebagai Kebenaran

Ayat Inti: Roma 4:22–25 (AYT)

“Itu sebabnya, imannya ‘diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.’ Namun, kata-kata itu diperhitungkan kepadanya tidak ditulis untuk kepentingan Abraham saja, tetapi juga bagi kita. Hal itu akan diperhitungkan kepada kita yang percaya kepada Dia, yang membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yang diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita, dan yang dibangkitkan demi pembenaran kita.”

Pendahuluan: Iman dan Kebenaran dalam Kacamata Reformed

Dalam dunia yang dipenuhi oleh sistem meritokrasi—di mana segalanya harus diperoleh melalui kerja keras—pengajaran bahwa iman diperhitungkan sebagai kebenaran terdengar sangat radikal. Namun inilah inti dari Injil: manusia dibenarkan bukan karena usaha, tetapi karena iman kepada karya Kristus. Roma 4:22–25 bukan hanya kesimpulan dari pembahasan Paulus mengenai Abraham, tetapi juga fondasi pembenaran dalam teologi Reformed.

Konteks Roma Pasal 4

Roma pasal 4 adalah puncak argumen Paulus tentang pembenaran oleh iman, dimulai sejak pasal 3. Di sini, Paulus menggunakan tokoh Abraham sebagai bukti bahwa pembenaran telah berlaku sejak Perjanjian Lama dan bukan hasil perbuatan manusia, melainkan anugerah Allah.

John Calvin mengatakan dalam komentarnya:

“Paulus menggunakan Abraham agar tidak ada satu pun orang Yahudi yang dapat menyangkal bahwa pembenaran sejak semula adalah oleh iman dan bukan oleh hukum Taurat.”

Eksposisi Roma 4:22–25

1. Roma 4:22 – “Imannya diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran”

Pernyataan ini mengutip Kejadian 15:6, dan menjadi dasar argumen Paulus. Kata “diperhitungkan” (Yunani: logizomai) adalah istilah akuntansi, yang berarti sesuatu yang diatribusikan atau ditransfer ke dalam akun seseorang. Dalam konteks ini, iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran, bukan karena nilai iman itu sendiri, tetapi karena objek dari iman itu—Allah yang setia.

R.C. Sproul menyebut hal ini sebagai:

“Imputasi kebenaran Allah kepada orang berdosa, bukan oleh jasa, melainkan oleh anugerah.”

Dalam pengertian Reformed, ini mengacu pada doktrin pembenaran (justification), di mana kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita, dan dosa kita ditimpakan kepada Kristus.

2. Roma 4:23–24 – “Tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi juga untuk kita”

Paulus mengarahkan pembaca kepada aplikasi universal dari prinsip pembenaran oleh iman. Ini bukan sekadar sejarah, tetapi pengajaran yang bersifat kekal dan lintas generasi.

John Stott menjelaskan bahwa ini adalah momen ketika “Abraham menjadi bapak semua orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi.” Kita menjadi penerima kebenaran yang sama, jika kita percaya kepada Allah yang membangkitkan Yesus dari kematian.

Kunci di sini adalah: iman kepada Allah yang berkuasa atas kehidupan dan kematian. Ini bukan sekadar percaya bahwa Yesus hidup, tetapi percaya bahwa kematian-Nya menebus, dan kebangkitan-Nya membenarkan.

3. Roma 4:25 – “Diserahkan karena pelanggaran kita, dan dibangkitkan demi pembenaran kita”

Ini adalah salah satu ayat paling penting dalam kristologi dan soteriologi Reformed. Dua aspek besar ditegaskan:

  • Penyerahan Kristus (kematian-Nya): merupakan pembayaran untuk pelanggaran-pelanggaran kita.

  • Kebangkitan Kristus: adalah bukti dan sarana bahwa pembenaran itu telah diberlakukan secara efektif.

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyatakan:

“Tanpa kebangkitan, tidak ada konfirmasi dari Allah bahwa karya Kristus diterima. Pembenaran terjadi karena Allah membangkitkan Dia sebagai tanda bahwa karya penebusan sudah selesai.”

Ajaran Reformed: Pembenaran oleh Iman

a. Pembenaran adalah Tindakan Forensik, Bukan Proses

Reformed menekankan bahwa pembenaran adalah deklarasi Allah, bukan perubahan batiniah. Ini bukan transformasi moral (itu adalah pengudusan), tetapi pernyataan bahwa orang berdosa telah dibenarkan karena Kristus.

Louis Berkhof berkata:

“Justifikasi adalah tindakan yudisial Allah, di mana Ia menyatakan seorang berdosa benar karena karya Kristus, bukan karena jasa apapun dalam dirinya.”

b. Iman adalah Instrumen, Bukan Dasar Pembenaran

Iman adalah sarana (instrumentum), bukan sebab (causa). Artinya, kita diselamatkan oleh iman, tetapi bukan karena iman itu layak. Iman hanya menjadi tangan yang menerima hadiah keselamatan yang diberikan secara cuma-cuma.

Abraham sebagai Pola: Teologi Perjanjian dalam Roma 4

Paulus menggunakan Abraham bukan hanya sebagai contoh iman, tapi sebagai pola dalam hubungan perjanjian (covenantal). Dalam kerangka teologi perjanjian Reformed, Abraham adalah figur penting karena:

  • Ia menerima janji sebelum disunat (Roma 4:10)

  • Ia dibenarkan sebelum hukum Taurat diberikan (Roma 4:13)

  • Ia adalah “bapak orang percaya” (Roma 4:11)

O. Palmer Robertson, dalam The Christ of the Covenants, menyebut Abraham sebagai:

“The prototype of covenantal faith and righteousness.”

Kebangkitan dan Pembenaran: Roma 4:25 dalam Fokus Reformed

Roma 4:25 secara eksplisit menyambungkan kematian dan kebangkitan Kristus dengan fungsi penebusan dan pembenaran. Ini memberikan dasar bagi dua doktrin penting:

a. Substitusi Penal (Penal Substitution)

Yesus “diserahkan karena pelanggaran kita” menunjukkan bahwa kematian-Nya adalah pengganti hukuman dosa kita. Ini adalah inti dari doktrin penggantian penal, yang menyatakan bahwa Yesus menerima murka Allah sebagai ganti kita.

b. Kebangkitan sebagai Konfirmasi Ilahi

Yesus “dibangkitkan demi pembenaran kita” menunjukkan bahwa kebangkitan adalah meterai Allah, menyatakan bahwa pengorbanan Kristus telah diterima, dan akibatnya kita dibebaskan dari hukuman dosa.

Aplikasi Teologis dan Praktis

1. Keyakinan dalam Pembenaran

Orang percaya tidak lagi hidup dalam ketakutan atau usaha mencapai pembenaran melalui perbuatan baik. Kita dibenarkan karena iman kepada Kristus yang sudah menyelesaikan semuanya.

2. Jaminan Keselamatan

Kebangkitan Kristus memberi jaminan bahwa kita yang dibenarkan akan dibangkitkan pula. Tanpa kebangkitan, iman kita sia-sia (1 Kor. 15:17).

3. Identitas dalam Kristus

Karena pembenaran bukan karena usaha, kita memiliki identitas baru sebagai anak Allah—dibenarkan, dikasihi, dan diterima sepenuhnya dalam Kristus.

Pandangan Para Teolog Reformed

John Calvin

Dalam komentarnya terhadap Roma, Calvin menyebut Roma 4:25 sebagai:

“Dasar penghiburan terbesar umat Kristen. Kita tahu bahwa kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa semua hutang telah lunas.”

R.C. Sproul

Sproul menekankan hubungan erat antara faith and forensic justification:

“Kebangkitan Kristus tidak hanya menaklukkan kematian, tapi mengesahkan bahwa semua yang percaya kepada-Nya telah dibenarkan.”

Michael Horton

Dalam The Christian Faith, Horton menekankan bahwa pembenaran adalah anugerah murni:

“Kita tidak membawa apa pun ke dalam proses pembenaran, kecuali dosa yang membuatnya perlu.”

Kesimpulan

Roma 4:22–25 adalah inti dari Injil dan pilar utama teologi Reformed. Di dalamnya kita menemukan bahwa:

  • Pembenaran adalah tindakan Allah, bukan hasil usaha manusia.

  • Iman adalah sarana, bukan jasa.

  • Kematian dan kebangkitan Kristus adalah dasar keselamatan dan jaminan kekal kita.

  • Abraham menjadi teladan iman, bukan karena ia sempurna, tetapi karena ia percaya kepada Allah yang setia.

Sebagaimana Abraham dibenarkan karena iman, demikian pula kita hari ini. Dalam Kristus, kita dibenarkan, diterima, dan dijamin oleh kasih Allah yang tidak berubah.

FAQ (Pertanyaan Umum)

1. Apakah pembenaran berarti kita tidak perlu berbuat baik?
Tidak. Pembenaran adalah dasar dari kehidupan baru. Perbuatan baik adalah buah dari iman, bukan sebab keselamatan.

2. Mengapa kebangkitan penting dalam pembenaran?
Karena kebangkitan adalah tanda bahwa Allah menerima korban Kristus. Tanpa kebangkitan, tidak ada konfirmasi bahwa dosa kita telah diampuni.

3. Apakah semua orang otomatis dibenarkan?
Tidak. Hanya mereka yang percaya kepada Kristus yang menerima pembenaran (Roma 3:26; Roma 5:1).

Next Post Previous Post