Roma 7:12-14: Kudusnya Hukum dan Kedalaman Dosa

Kudusnya Hukum dan Kedalaman Dosa: Roma 7:12-14

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Roma dianggap sebagai puncak pemikiran teologisnya, dan pasal 7 menjadi salah satu bagian paling kompleks sekaligus kritis dalam diskusi tentang dosa, hukum Taurat, dan natur manusia yang telah jatuh. Dalam Roma 7:12-14, Paulus menyatakan:

“Jadi, Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu kudus, benar, dan baik.
Apakah yang baik itu malah mendatangkan kematian untukku? Sekali-kali tidak! Itu adalah dosa, yang menghasilkan maut di dalamku melalui apa yang baik supaya dosa ditunjukkan sebagai dosa, dan melalui perintah, dosa menjadi sepenuhnya dosa.
Sebab, kita tahu bahwa Hukum Taurat bersifat rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.” (Roma 7:12-14, AYT)

Ayat-ayat ini menjadi dasar bagi pemahaman Reformed tentang natur manusia yang berdosa total (total depravity) dan fungsi hukum Taurat dalam menunjukkan dosa. Mari kita kupas secara mendalam bagaimana ayat ini dibaca dan dipahami oleh para teolog Reformed, seperti John Calvin, R.C. Sproul, Martin Luther, dan lainnya.

I. Konteks Roma 7 dan Tantangan Hermeneutis

Roma 7 merupakan bagian dari argumentasi Paulus tentang relasi antara orang percaya dan hukum Taurat. Setelah menunjukkan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (pasal 3-5) dan dipersatukan dengan Kristus (pasal 6), Paulus menjelaskan bahwa hukum tidak salah, melainkan dosa dalam diri manusia yang menjadi masalah.

Beberapa interpretasi menilai Roma 7:14 dan seterusnya sebagai pengalaman Paulus sebelum pertobatannya, namun dalam teologi Reformed klasik (khususnya Calvinisme), bagian ini diyakini mencerminkan perjuangan internal orang percaya, yakni konflik antara hati nurani yang diperbarui dan kedagingan yang masih melekat.

II. Eksposisi Roma 7:12-14

A. Roma 7:12 – Hukum Taurat itu Kudus, Benar, dan Baik

Paulus membuka dengan penegasan positif tentang hukum:

“Jadi, Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu kudus, benar, dan baik.”

1. Karakter Ilahi Hukum

Dalam pandangan teologi Reformed, hukum Taurat adalah pencerminan karakter Allah. Karena Allah adalah kudus, hukum-Nya juga kudus.

John Calvin menulis dalam Commentary on Romans:

“Hukum Taurat bukanlah penyebab dosa, melainkan sarana untuk mengungkapkannya. Itu adalah cermin kemurnian Allah.”

2. Rehabilitasi Pandangan terhadap Hukum

Dalam konteks kontroversi dengan kaum Yudais, Paulus ingin menegaskan bahwa ia tidak menolak hukum Taurat, melainkan menolak kepercayaannya sebagai jalan keselamatan. Teologi Reformed memegang dua kebenaran bersamaan:

  • Hukum tidak menyelamatkan.

  • Tapi hukum tetap baik dan berguna.

R.C. Sproul berkata:

“Kesalahan bukan pada hukum, tetapi pada hati manusia yang tidak mau taat padanya.”

B. Roma 7:13 – Peran Hukum dalam Menyatakan Dosa

“Apakah yang baik itu malah mendatangkan kematian untukku? Sekali-kali tidak! Itu adalah dosa...”

1. Hukum Bukan Penyebab Maut

Paulus mengklarifikasi bahwa yang menyebabkan kematian rohani bukanlah hukum, tetapi dosa dalam diri manusia. Hukum hanyalah instrumen untuk menyingkapkannya.

“...melalui apa yang baik supaya dosa ditunjukkan sebagai dosa…”

Dalam doktrin Reformed, ini disebut sebagai fungsi pencerahan (pedagogical use) dari hukum Taurat: untuk memperlihatkan keberdosaan manusia dan kebutuhan akan Juruselamat.

Institutes of the Christian Religion (Calvin, Buku II) menyatakan:

“Hukum seperti cermin yang menunjukkan noda di wajah, tetapi tidak bisa membersihkannya.”

2. Supaya Dosa Menjadi “Sepenuhnya Dosa”

Frasa ini berarti dosa menjadi nyata, telanjang di hadapan hukum, tanpa topeng. Hukum menyoroti pemberontakan dan memperlihatkan betapa serius dan radikalnya dosa.

John Owen, teolog Puritan Reformed, menulis:

“Tanpa hukum, manusia mengira dirinya cukup benar. Dengan hukum, manusia terbangun untuk melihat betapa dalamnya ia telah jatuh.”

C. Roma 7:14 – Konflik Rohani: Hukum Itu Rohani, Aku Duniawi

“Sebab, kita tahu bahwa Hukum Taurat bersifat rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”

1. Hukum adalah Rohani

Artinya, hukum berasal dari Allah, ditujukan untuk mengatur hidup manusia dalam hubungan dengan Allah dan sesama. Ia tidak hanya menyentuh tindakan luar, tetapi juga motivasi hati (bdk. Matius 5:27-28).

Teologi Reformed memandang hukum sebagai sesuatu yang berasal dari Allah dan menuntut kesalehan total—sesuatu yang hanya dapat digenapi dalam Kristus.

2. Aku Bersifat Daging

Pernyataan Paulus “aku bersifat daging” mencerminkan konflik eksistensial orang percaya. Dalam pandangan Reformed, ini bukan pengakuan dari orang yang belum lahir baru, tetapi pengalaman orang percaya yang masih bergumul melawan dosa.

R.C. Sproul menjelaskan:

“Daging dalam ayat ini bukan berarti manusia tidak ditebus, tetapi bahwa aspek kemanusiaannya masih lemah, rentan terhadap dosa.”

3. “Terjual di bawah kuasa dosa”

Ini tidak berarti Paulus menjadi budak total dosa lagi, karena dalam Roma 6:18 ia menyatakan bahwa orang percaya telah dibebaskan dari dosa. Namun, ini mencerminkan realitas pertempuran: manusia yang telah dibenarkan tetap harus mematikan dosa setiap hari.

Martin Luther menyebut ini sebagai simul justus et peccator — “dibenarkan dan berdosa pada saat yang sama”.

III. Implikasi Teologis Menurut Pandangan Reformed

1. Doktrin Total Depravity (Kejatuhan Total)

Ayat ini memperkuat pemahaman bahwa seluruh aspek manusia telah terkontaminasi dosa, sehingga meskipun hukum itu rohani, tanpa pembaruan oleh Roh Kudus, manusia tidak bisa menaati hukum dengan benar.

2. Fungsi Hukum dalam Keselamatan

Dalam teologi Reformed, hukum memiliki tiga fungsi utama:

  • Menahan kejahatan dalam masyarakat (fungsi sipil)

  • Mengungkapkan dosa dan kebutuhan akan Injil (fungsi pedagogik)

  • Menjadi pedoman hidup bagi orang percaya (fungsi normatif)

Roma 7 menyoroti terutama fungsi kedua: hukum membawa manusia kepada kesadaran akan dosa, bukan kepada keselamatan itu sendiri.

3. Kehidupan Kristen Adalah Peperangan Rohani

Ayat 14 menggambarkan realitas pertempuran antara Roh dan daging, yang menjadi bagian dari kehidupan semua orang percaya. Paulus tidak mengagungkan kelemahan, tetapi menunjukkan bahwa kasih karunia tetap diperlukan setiap saat.

IV. Aplikasi Praktis untuk Orang Percaya

A. Jangan Salah Pahami Hukum Tuhan

Hukum bukan musuh Injil. Sebaliknya, hukum mengarahkan kita pada Injil. Ia menyingkapkan dosa, tapi tidak bisa menyelamatkan. Karena itu, kita membutuhkan Yesus—yang menggenapi hukum Taurat (Matius 5:17).

B. Kenali Bahaya Dosa yang Mengelabui

Dosa bisa menggunakan sesuatu yang baik (seperti hukum) untuk melawan kita. Kita harus selalu waspada terhadap kehalusan tipu daya dosa.

Jonathan Edwards menulis:

“Dosa sangat pandai menyamar, membuat kita merasa benar padahal kita sebenarnya memberontak.”

C. Terima Realitas Perjuangan Spiritual

Jika kamu bergumul melawan dosa, kamu tidak sendiri. Bahkan Paulus pun merasakannya. Yang penting adalah tidak menyerah, tetapi bergantung pada Roh Kudus setiap hari.

V. Relevansi bagi Gereja Masa Kini

1. Pengajaran Hukum dan Injil harus Seimbang

Gereja perlu menekankan pentingnya hukum Taurat bukan sebagai alat keselamatan, tapi sebagai penuntun menuju Kristus. Injil hanya bermakna ketika manusia sadar akan keberdosaannya.

2. Pemuridan Harus Memasukkan Konsep Pertobatan dan Penyangkalan Diri

Karena kehidupan Kristen adalah perjuangan melawan dosa, gereja perlu membimbing jemaat untuk hidup dalam pengudusan yang progresif.

Kesimpulan

Roma 7:12-14 memperlihatkan tiga kebenaran utama:

  1. Hukum Taurat berasal dari Allah, dan karena itu kudus, benar, dan baik.

  2. Masalah terletak bukan pada hukum, tetapi pada dosa yang bekerja di dalam natur manusia yang telah jatuh.

  3. Orang percaya sekalipun masih menghadapi perjuangan melawan dosa, namun mereka tidak tanpa pengharapan, karena Roh Kudus memberi kekuatan.

Teologi Reformed menegaskan bahwa hukum dan Injil tidak bertentangan, tetapi bekerja sama untuk membawa manusia kepada keselamatan dan kehidupan kudus. Kebenaran tentang dosa, hukum, dan kasih karunia membentuk dasar yang kokoh bagi kehidupan Kristen yang sejati.

Next Post Previous Post