The Crook in the Lot: Menemukan Tujuan Ilahi dalam Penderitaan dan Keadaan Sulit

Pendahuluan: Apa itu "The Crook in the Lot"?
"The Crook in the Lot" adalah karya klasik dari teolog Puritan Thomas Boston (1676–1732), yang membahas bagaimana orang percaya harus memahami dan merespons penderitaan, keterbatasan, dan bagian-bagian "bengkok" dalam kehidupan mereka—yang tidak sesuai harapan atau rencana pribadi. Judulnya sendiri mengandung makna metaforis: “Crook” adalah bengkokan atau belokan tajam dalam "lot" atau bagian hidup yang telah ditentukan Allah.
Artikel ini memodernisasi pemikiran tersebut untuk konteks masa kini, serta mengeksplorasi bagaimana teolog Reformed modern melihat penderitaan sebagai bagian dari rencana Allah yang kudus dan bijaksana.
1. Kehidupan Tidak Lurus: Realitas "Crook" dalam Hidup Setiap Orang
Hidup Tidak Sesuai Rencana? Anda Tidak Sendiri
Dalam dunia yang mendorong kita untuk meraih kesuksesan, kebebasan, dan kendali penuh atas masa depan, kehadiran penderitaan atau "bengkokan hidup" terasa seperti gangguan yang mengganggu tujuan. Kita bisa menyebutnya:
-
Penyakit kronis.
-
Putus cinta atau pernikahan yang gagal.
-
Kegagalan finansial.
-
Kerugian atau kehilangan orang yang dicintai.
-
Keterbatasan fisik atau mental yang menetap.
Thomas Boston menyebut semua ini sebagai “crook”—sesuatu yang Allah izinkan untuk membengkokkan jalur hidup kita, agar kita berjalan dalam kebijaksanaan-Nya, bukan kehendak kita.
2. Pandangan Thomas Boston: Allah Berdaulat atas Bagian Hidup Kita
Allah Mengatur "Lot" Kita
Boston menulis bahwa setiap orang memiliki “lot” atau bagian hidup yang ditentukan Allah. Baik kita miskin atau kaya, sehat atau sakit, sukses atau gagal—semuanya berada dalam tangan Tuhan.
“Apa pun bagian kita dalam hidup, itu bukan hasil kebetulan, tetapi telah ditentukan oleh Allah.” – Thomas Boston
Bengkokan Itu Datang dari Tangan Tuhan
Poin utama dari Boston adalah ini: Penderitaan dalam hidup Anda berasal dari tangan Allah yang bijaksana dan penuh kasih. Dia tidak membiarkannya tanpa tujuan.
3. John Piper: Menderita untuk Kemuliaan Tuhan
Penderitaan Membentuk Ketergantungan
Menurut John Piper, penderitaan bukan sekadar ujian, melainkan alat ilahi untuk membawa kita kepada Allah. Dalam khotbah dan bukunya seperti Desiring God dan Don't Waste Your Life, Piper menekankan bahwa penderitaan membuat manusia sadar akan keterbatasan dan mengarahkan hati kepada sukacita sejati dalam Tuhan.
“Tuhan paling dimuliakan dalam kita ketika kita paling puas dalam Dia, bahkan di dalam penderitaan.” – John Piper
Penderitaan Tidak Sia-sia
Piper menekankan bahwa "crook" dalam hidup bukan kesalahan atau kecelakaan, tetapi jalan Allah agar kita semakin menyerupai Kristus. (Roma 8:28-29)
4. Tim Keller: Penderitaan Membentuk Identitas Kekal
Penderitaan dan Arsitektur Jiwa
Dalam bukunya Walking with God through Pain and Suffering, Tim Keller menggarisbawahi bahwa penderitaan adalah proses transformasi spiritual. Dalam budaya modern, penderitaan dianggap sebagai hal yang harus dihindari, tapi dalam Injil, penderitaan adalah alat pembentukan identitas kekal.
“Penderitaan memiliki kekuatan untuk mengungkapkan siapa kita sebenarnya dan memperlihatkan siapa Allah itu.” – Tim Keller
Penderitaan Menjadikan Kita Pribadi yang Lebih Dalam
Menurut Keller, ketika kita menyerahkan penderitaan kita kepada Allah, maka "crook" itu bukan menghancurkan, melainkan memurnikan.
5. Sinclair Ferguson: Anugerah dalam Penderitaan
Tujuan Ilahi dalam Setiap Kesakitan
Sinclair Ferguson, dalam banyak pengajarannya, menekankan bahwa anugerah Allah menyertai umat-Nya bukan hanya dalam kemudahan, tetapi terutama dalam penderitaan. Ia mengutip Ayub sebagai contoh bahwa iman sejati terbukti justru di saat semua hilang.
“Ketika jalan kita bengkok, kasih Tuhan tetap lurus.” – Sinclair Ferguson
Ferguson juga mengingatkan bahwa "crook" sering kali menjadi titik balik di mana kita melihat kebaikan Allah secara lebih jelas dan dalam.
6. Perspektif Alkitab: Mengapa Ada "Crook"?
Roma 8:28-29 – Segala Sesuatu Bekerja untuk Kebaikan
“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia...” (Roma 8:28, AYT)
Ayat ini adalah dasar teologis bahwa tidak ada penderitaan yang sia-sia. Bahkan bengkokan hidup kita adalah alat dalam tangan Penjunan yang agung.
2 Korintus 4:17 – Penderitaan Kita Ringan dan Sementara
“Penderitaan ringan yang sekarang ini, sedang mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang jauh lebih besar.”
7. Respon Reformed terhadap "Crook": Berserah, Bukan Mengeluh
a. Berserah kepada Kedaulatan Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk penderitaan. Menyerah bukan berarti pasrah, tapi percaya bahwa Allah sedang bekerja dengan tujuan mulia.
b. Bertumbuh dalam Kekudusan
"Crook" bukan untuk membuat kita pahit, tetapi untuk mengikis kesombongan dan membentuk kekudusan.
c. Bersyukur dalam Keadaan Apa Pun
“Dalam segala hal, ucapkanlah syukur, sebab itulah kehendak Allah bagimu...” (1 Tesalonika 5:18)
8. Aplikasi Praktis: Bagaimana Menanggapi "Crook" dalam Hidup?
1. Renungkan Firman Setiap Hari
Renungan dan meditasi atas janji-janji Allah memperkuat hati saat hidup tidak berjalan sesuai harapan.
2. Doa yang Jujur
Ikuti teladan Daud dalam Mazmur: jujur mengakui kesakitan, namun tetap percaya pada pemeliharaan Tuhan.
3. Komunitas yang Mendukung
Gereja lokal adalah tempat di mana kita bisa saling menguatkan dalam masa “bengkok”. Jangan jalan sendiri.
4. Fokus pada Kristus
Kristus mengalami "crook" terbesar—salib—agar kita menerima kemuliaan kekal. Fokus pada pengorbanan-Nya memberi kita kekuatan.
9. Kisah Nyata: Saat "Crook" Mengubah Hidup
a. Johnny Erickson Tada
Lumpuh total sejak remaja, Johnny menjadi saksi hidup bagaimana “crook” dalam hidupnya dipakai Tuhan untuk menjangkau jutaan orang dengan Injil dan pengharapan sejati.
b. Charles Spurgeon
Meskipun dikenal sebagai "Pangeran Pengkhotbah", Spurgeon hidup dengan depresi dan penyakit kronis. Ia berkata:
“Saya telah belajar untuk mencium gelombang yang membanting saya ke dalam dada Kristus.”
Kesimpulan: "Crook" adalah Bagian dari Rencana Keselamatan
"The Crook in the Lot" bukan sekadar buku tua yang usang, tetapi tetap relevan bagi kita di era modern. Baik Thomas Boston di abad ke-18 maupun para teolog Reformed modern seperti Piper, Keller, dan Ferguson, semuanya menunjuk kepada satu kebenaran:
“Allah mengizinkan bengkokan dalam hidup kita agar Dia bisa meluruskan hati kita kepada-Nya.”
Saat Anda melihat hidup Anda dan berkata, "Ini bukan yang saya harapkan," ingatlah bahwa mungkin justru itulah yang Allah sedang rancang untuk membawa Anda lebih dekat kepada-Nya.