Yohanes 16:17-18: Ketidakpahaman Murid dan Janji Kehadiran Kristus

Pendahuluan
Yohanes 16:17-18 mencatat pergumulan batin para murid Yesus dalam menghadapi perkataan-Nya tentang "tinggal sesaat saja". Mereka mengalami kebingungan, kegelisahan, dan ketidakpahaman tentang apa yang sedang Yesus sampaikan.
Perikop ini bukan hanya menunjukkan sisi manusiawi murid-murid, tetapi juga membuka pemahaman teologis mendalam tentang cara Allah bekerja dalam sejarah penebusan. Dalam tradisi teologi Reformed, bagian ini sangat berhubungan dengan tema kedaulatan Allah, penghiburan dari Roh Kudus, dan janji Kristus tentang kebangkitan dan kehadiran-Nya yang kekal.
Artikel ini akan membahas eksposisi Yohanes 16:17-18 berdasarkan pandangan teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Ridderbos, dan D.A. Carson.
Teks Yohanes 16:17-18 (AYT)
17 Beberapa murid Yesus saling bertanya, “Apa maksud-Nya Dia berkata kepada kita, ‘Tinggal sesaat saja, dan kamu tidak akan melihat Aku lagi; dan sekali lagi, tinggal sesaat saja, dan kamu akan melihat Aku?’ dan ‘karena Aku akan pergi kepada Bapa’?”
18 Jadi, mereka bertanya, “Apa yang Dia maksudkan dengan, ‘tinggal sesaat saja’? Kita tidak tahu apa yang Dia bicarakan.”
Konteks Yohanes 16
Yohanes pasal 13-17 merupakan bagian dari "Amanat Perpisahan" (Farewell Discourse) Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum penangkapan dan penyaliban. Yesus sedang mempersiapkan mereka untuk menghadapi penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Di Yohanes 16:16, Yesus berkata tentang "tinggal sesaat saja", merujuk pada kematian-Nya yang akan datang dan kebangkitan-Nya yang segera menyusul.
Namun, para murid gagal memahami pesan ini karena keterbatasan pemahaman mereka akan rencana Allah yang kekal.
Eksposisi Yohanes 16:17-18
1. Ketidakpahaman Murid dan Kondisi Manusia Berdosa
John Calvin dalam Commentary on John menegaskan bahwa kebingungan murid-murid menunjukkan kondisi manusia yang terbatas dan gelap akibat dosa.
Bahkan setelah tiga tahun hidup bersama Yesus, murid-murid masih gagal memahami maksud perkataan Yesus karena mereka belum sepenuhnya dicerahkan oleh Roh Kudus.
Dalam teologi Reformed, ini berkaitan dengan doktrin total depravity — bahwa manusia secara alami tidak mampu memahami kebenaran rohani tanpa pertolongan Allah (1 Korintus 2:14).
2. "Tinggal Sesaat Saja" — Dimensi Waktu dalam Rencana Allah
Herman Ridderbos dalam The Gospel of John: A Theological Commentary menjelaskan bahwa frasa "tinggal sesaat saja" (Yunani: mikron) mengandung makna penggenapan waktu dalam rencana penebusan.
Bagi murid-murid, "sesaat" terasa seperti ketidakpastian. Tetapi dalam perspektif Allah, waktu bekerja untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.
Teologi Reformed menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan atas waktu — semua peristiwa dalam sejarah berjalan sesuai kehendak-Nya yang kekal (providence).
3. Ketegangan antara Ketidakhadiran dan Kehadiran Kristus
R.C. Sproul dalam The Mystery of the Holy Spirit menegaskan bahwa Yesus berbicara tentang ketidakhadiran-Nya secara fisik akibat kematian, tetapi akan diikuti dengan kehadiran yang baru melalui kebangkitan dan pengutusan Roh Kudus.
Murid-murid akan mengalami "tidak melihat" Yesus (karena kematian), tetapi kemudian "melihat" Yesus kembali (dalam kebangkitan dan melalui karya Roh Kudus).
Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa ketidakhadiran Yesus bukan akhir dari relasi dengan Allah, tetapi transisi menuju kehadiran yang lebih mendalam secara rohani.
4. Ketidakpahaman Manusia Dibandingkan dengan Hikmat Allah
Para murid bertanya, "Kita tidak tahu apa yang Dia bicarakan" (Yohanes 16:18). Ini menggambarkan keterbatasan hikmat manusia.
John Calvin menegaskan bahwa Allah seringkali menyatakan kebenaran secara bertahap sesuai dengan kesiapan umat-Nya.
Hal ini sejalan dengan doktrin progressive revelation — bahwa Allah menyatakan diri-Nya secara bertahap dalam sejarah sampai kepada penggenapannya di dalam Kristus.
Tema Teologi Reformed dalam Yohanes 16:17-18
1. Kedaulatan Allah atas Sejarah
Segala peristiwa — termasuk kematian dan kebangkitan Kristus — berjalan sesuai rencana kekal Allah (Ephesians 1:11).
2. Ketidakberdayaan Manusia Memahami Kebenaran Tanpa Roh Kudus
Tanpa pencerahan Roh Kudus, manusia tidak mungkin memahami kebenaran Injil.
3. Kehadiran Kristus Melalui Roh Kudus
Ketidakhadiran fisik Yesus tidak berarti ketiadaan Allah. Roh Kudus diutus untuk menyertai dan menghibur umat Allah.
4. Janji Pengharapan di Tengah Ketidakpastian
Meskipun murid-murid sedang bingung dan takut, janji Kristus tentang kehadiran-Nya menjadi dasar pengharapan yang pasti.
Aplikasi Praktis Yohanes 16:17-18 bagi Kehidupan Kristen
1. Mengandalkan Firman Allah dalam Ketidakpastian
Seperti murid-murid, kita mungkin tidak selalu memahami rencana Allah dalam hidup kita. Namun, kita dipanggil untuk percaya kepada Firman-Nya.
2. Berdoa untuk Pencerahan Roh Kudus
Dalam menghadapi kebingungan rohani, kita harus memohon kepada Roh Kudus untuk membuka pikiran dan hati kita akan kebenaran-Nya.
3. Hidup dalam Pengharapan Kebangkitan
Meskipun kita hidup di dunia yang penuh penderitaan dan ketidakhadiran fisik Kristus, kita memiliki pengharapan akan hidup kekal bersama-Nya.
4. Menantikan Janji Allah Digenapi
Frasa "tinggal sesaat saja" mengajarkan kita untuk bersabar dan menanti penggenapan janji Allah dalam waktu-Nya.
Kesimpulan
Yohanes 16:17-18 memperlihatkan:
-
Kondisi manusia yang terbatas dalam memahami rencana Allah.
-
Kedaulatan Allah dalam mengatur waktu dan peristiwa sejarah.
-
Janji kehadiran Kristus melalui kebangkitan dan Roh Kudus.
-
Pengharapan bagi umat percaya di tengah ketidakpastian hidup.
Teologi Reformed menegaskan bahwa dalam semua situasi, orang percaya dipanggil untuk bersandar pada Allah yang berdaulat, percaya kepada janji-Nya, dan menantikan penggenapan rencana-Nya yang kekal.