Yohanes 16:19–22: Dari Dukacita Menjadi Sukacita Kekal

Pendahuluan
Dalam Yohanes 16:19–22, Yesus berbicara kepada para murid-Nya dalam suasana yang penuh tekanan menjelang salib. Bagian ini merupakan bagian dari “Amanat Perpisahan” Yesus (Yohanes 13–17), di mana Dia mempersiapkan murid-murid untuk menghadapi penderitaan, kematian, dan akhirnya kebangkitan-Nya.
“Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya ingin bertanya kepada-Nya, maka Dia berkata kepada mereka, ‘Apakah kamu bertanya di antara kamu sendiri mengenai hal yang Aku maksud ketika Aku berkata, ‘Tinggal sesaat saja dan kamu tidak akan melihat Aku lagi; dan sekali lagi, tinggal sesaat saja, dan kamu akan melihat Aku’?”
(Yohanes 16:19, AYT)
Ayat-ayat ini mencerminkan ketegangan spiritual antara dukacita sementara dan sukacita kekal. Teologi Reformed melihat bagian ini sebagai kontras antara penderitaan dunia yang fana dan kemenangan kekal dalam Kristus melalui kebangkitan dan karya Roh Kudus.
Artikel ini akan menggali eksposisi mendalam ayat Yohanes 16:19–22 berdasarkan pandangan dari John Calvin, R.C. Sproul, Sinclair Ferguson, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof.
Teks Yohanes 16:19–22 (AYT)
(19) Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya ingin bertanya kepada-Nya, maka Dia berkata kepada mereka, “Apakah kamu bertanya di antara kamu sendiri mengenai hal yang Aku maksud ketika Aku berkata, ‘Tinggal sesaat saja dan kamu tidak akan melihat Aku lagi; dan sekali lagi, tinggal sesaat saja, dan kamu akan melihat Aku’?"
(20) “Dengan sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berduka, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita."
(21) “Ketika seorang perempuan melahirkan, dia menderita karena waktunya untuk melahirkan sudah tiba; tetapi sesudah anaknya lahir, dia lupa akan penderitaannya yang berat karena sukacita bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.”
(22) “Demikianlah kamu juga mengalami penderitaan saat ini, tetapi Aku akan menemuimu lagi dan hatimu akan bersukacita, dan tidak ada seorang pun yang akan mengambil sukacitamu darimu.”
Eksposisi Ayat per Ayat
Yohanes 16:19 – Kebingungan Para Murid dan Pemahaman Kristus
Yesus mengetahui isi hati murid-murid-Nya. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan keilahian Kristus – pengetahuan-Nya akan hati manusia (bdk. Yohanes 2:24-25).
John Calvin menyatakan bahwa kebingungan murid-murid ini berasal dari kurangnya pemahaman mereka tentang misi Mesianik yang mencakup kematian dan kebangkitan. Mereka mengharapkan Mesias politik, bukan Penebus yang menderita dan bangkit.
Yesus menanggapi kebingungan mereka bukan dengan teguran keras, tetapi dengan penjelasan yang penuh kasih, yang mencerminkan gaya pengajaran pastoral-Nya.
Yohanes 16:20 – Kontras Dunia dan Murid: Dukacita vs Sukacita
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa murid-murid akan meratap dan menangis, sedangkan dunia akan bergembira. Dunia di sini merujuk pada sistem yang menolak Allah dan merayakan kematian Kristus.
R.C. Sproul menekankan bahwa penderitaan orang percaya adalah bagian dari rencana Allah, bukan karena Allah tidak peduli, tetapi karena penderitaan itu akan menghasilkan sukacita kekal melalui kemenangan Kristus.
Frasa “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita” bukan hanya sekadar penghiburan psikologis, tetapi realitas eskatologis: penderitaan sekarang akan digantikan dengan sukacita melalui kebangkitan dan kehadiran Roh Kudus.
Yohanes 16:21 – Ilustrasi Persalinan: Rasa Sakit yang Melahirkan Sukacita
Yesus menggunakan ilustrasi seorang perempuan yang melahirkan untuk menggambarkan penderitaan yang menghasilkan hidup baru. Ini adalah metafora yang kuat secara teologis dan emosional.
Sinclair Ferguson menjelaskan bahwa penderitaan Kristen bukanlah penderitaan sia-sia, tetapi seperti rasa sakit persalinan: ada maksud, hasil, dan sukacita yang besar di baliknya.
Dalam tradisi Reformed, ilustrasi ini juga menggambarkan dinamika salib dan kebangkitan: salib adalah rasa sakit, tetapi kebangkitan adalah kelahiran manusia baru — ciptaan baru dalam Kristus.
Yohanes 16:22 – Sukacita Tak Terambil oleh Dunia
“Aku akan menemuimu lagi...” merujuk pada penampakan Yesus setelah kebangkitan-Nya, tetapi juga secara teologis dapat ditafsirkan sebagai janji kehadiran Kristus oleh Roh Kudus dan dalam kedatangan-Nya yang kedua.
Herman Bavinck melihat ini sebagai janji berlapis:
-
Kristus hadir kembali setelah kebangkitan.
-
Kristus hadir melalui Roh Kudus (Yohanes 14:16–18).
-
Kristus akan datang kembali secara penuh dalam kemuliaan.
“Dan tidak ada seorang pun yang akan mengambil sukacitamu darimu.”
Inilah sukacita Injil — bukan bersifat duniawi, sementara, atau tergantung pada situasi. Ini adalah sukacita rohani yang ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati orang percaya.
Tema Teologi Reformed dalam Yohanes 16:19–22
1. Kedaulatan Kristus dalam Penderitaan dan Sukacita
Yesus tidak hanya menubuatkan penderitaan dan sukacita murid-murid-Nya, tetapi Ia juga mengendalikan semuanya. Dalam teologi Reformed, ini menekankan kedaulatan Allah atas seluruh sejarah keselamatan.
John Calvin: “Tidak ada penderitaan yang terjadi di luar pengetahuan dan kehendak Allah. Bahkan tangisan orang kudus pun ada di bawah kedaulatan-Nya.”
2. Kesatuan dengan Kristus Melalui Salib dan Kebangkitan
Murid-murid tidak hanya menyaksikan kematian dan kebangkitan Kristus, tetapi juga dipersatukan dengan Dia dalam penderitaan dan kemuliaan.
Louis Berkhof menyebut hal ini sebagai bagian dari doktrin union with Christ: dalam penderitaan-Nya, kita turut menderita; dalam kebangkitan-Nya, kita menerima hidup baru dan sukacita sejati.
3. Roh Kudus sebagai Pemberi Sukacita yang Tak Terambil
Sukacita Kristen tidak tergantung pada dunia atau kondisi eksternal, karena sumbernya adalah Roh Kudus (bdk. Galatia 5:22).
Sinclair Ferguson menekankan bahwa dalam karya Roh Kudus, sukacita itu adalah cerminan dari Kristus yang tinggal di dalam kita, dan tidak bisa dirampas oleh penderitaan, kegagalan, atau dunia.
Aplikasi Praktis Yohanes 16:19–22
1. Penderitaan Adalah Bagian dari Hidup Kristen
Jangan kaget saat menghadapi penderitaan. Yesus telah menjanjikannya, tetapi juga menjanjikan bahwa penderitaan itu akan berbuah dalam sukacita kekal.
2. Carilah Sukacita dalam Kristus, Bukan Dunia
Dunia bisa merayakan hal-hal yang salah, tetapi murid Kristus harus menemukan sukacita sejati dalam hubungan dengan Tuhan yang hidup.
3. Jangan Hilang Harapan di Tengah Proses
Seperti seorang ibu yang melahirkan, proses itu menyakitkan tetapi akan digantikan dengan sukacita besar. Kristus akan hadir — baik dalam kehadiran Roh Kudus, maupun di masa depan ketika Dia datang kembali.
4. Pegang Janji Kristus tentang Sukacita Kekal
Sukacita yang diberikan oleh Kristus tidak bisa diambil oleh siapa pun. Ini adalah warisan kekal bagi semua orang percaya. Inilah kekuatan yang membuat orang Kristen tetap teguh di tengah kesulitan.
Kesimpulan
Yohanes 16:19–22 adalah teks yang mempertemukan penderitaan, pengharapan, dan kemenangan dalam satu pesan kuat: dukacita kita akan berubah menjadi sukacita, karena Kristus telah menang atas maut dan hadir dalam hidup kita melalui Roh Kudus.
Dalam terang teologi Reformed, kita melihat bahwa:
-
Kristus berdaulat atas sejarah dan penderitaan kita.
-
Roh Kudus menghibur dan memberi sukacita yang tidak tergantung keadaan.
-
Sukacita Injil adalah kekal, tak bisa diambil oleh siapa pun.