Markus 15:16–21: Yesus Dimahkotai Duri dan Dibawa Menuju Penyaliban

Pendahuluan
Peristiwa dalam Markus 15:16–21 merupakan bagian dari narasi penyaliban yang sangat penting dalam teologi Kristen. Dalam bagian ini, Yesus dipermalukan secara publik, dimahkotai dengan mahkota duri, dan akhirnya dibawa ke tempat penyaliban.
Namun, bagi teologi Reformed, narasi ini bukan sekadar catatan historis yang memilukan. Ini adalah penggenapan rencana keselamatan Allah, yang menunjukkan penderitaan Kristus sebagai Hamba yang Taat, Raja yang Direndahkan, dan Korban Pengganti bagi umat manusia.
Artikel ini akan mengeksplorasi ayat-ayat ini dengan pendekatan eksposisi mendalam berdasarkan pandangan John Calvin, R.C. Sproul, Sinclair Ferguson, Louis Berkhof, dan Herman Bavinck.
Teks Markus 15:16–21 (AYT)
(16) Para prajurit membawa Yesus masuk ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan mereka memanggil seluruh pasukan berkumpul.
(17) Lalu, mereka mengenakan kepada Yesus jubah ungu, dan setelah menganyamkan sebuah mahkota berduri, mereka memakaikannya pada Yesus.
(18) Kemudian, mereka mulai memberi salam kepada-Nya, “Salam, hai Raja orang Yahudi!”
(19) Lalu, mereka memukuli kepala-Nya dengan buluh dan meludahi-Nya, lalu sujud menyembah-Nya.
(20) Setelah mereka mengolok-olok Yesus, mereka melepaskan-Nya dari jubah ungu dan memakaikan pakaian-Nya sendiri. Lalu, mereka membawa Yesus keluar untuk menyalibkan Dia.
(21) Mereka memaksa orang yang sedang lewat, Simon orang Kirene, ayah dari Aleksander dan Rufus yang datang dari desa, untuk memikul salib-Nya.
Eksposisi Ayat demi Ayat
Markus 15:16: Penghinaan yang Terorganisir
“Para prajurit membawa Yesus masuk ke dalam istana... mereka memanggil seluruh pasukan berkumpul.”
John Calvin menunjukkan bahwa ini bukan hanya tindakan kejam individu, melainkan penghinaan sistematis dan terorganisir terhadap Anak Allah.
Mereka memperlakukan Yesus seperti tontonan – sebuah ironi besar bahwa Raja segala raja diolok dalam gedung pemerintahan manusia.
Teologi Reformed menegaskan bahwa semua ini terjadi dalam kendali Allah – bukan karena kelemahan Kristus, tetapi karena Dia memilih jalan penderitaan sebagai bagian dari karya penebusan-Nya.
Markus 15:17–18: Jubah Ungu dan Mahkota Duri
“Lalu, mereka mengenakan kepada Yesus jubah ungu... memakaikan mahkota berduri... memberi salam: ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’”
Jubah ungu melambangkan kekuasaan, mahkota duri adalah simbol ejekan terhadap raja, dan salam itu adalah tiruan sinis terhadap penghormatan kepada raja.
R.C. Sproul menyatakan bahwa mahkota duri adalah paradoks agung: lambang penderitaan yang dikenakan oleh Raja yang sejati. Ini menegaskan teologi salib dalam Reformed: Kristus meraja melalui penderitaan-Nya.
Herman Bavinck menambahkan bahwa ini menggenapi nubuat Yesaya 53:3 tentang Hamba yang dihina dan tidak dihargai.
Markus 15:19–20: Kekerasan Fisik dan Penghinaan
“Mereka memukuli kepala-Nya dengan buluh, meludahi-Nya, sujud menyembah-Nya... setelah mengolok-olok, mereka membawa-Nya keluar untuk disalibkan.”
Tindakan ini menggambarkan kedalaman penghinaan terhadap Yesus – bukan hanya secara verbal, tetapi juga secara fisik.
Louis Berkhof menyebut ini sebagai bagian dari “penderitaan aktif” Kristus: Ia dengan sadar menanggung kekerasan sebagai bagian dari penebusan. Ini bukan penderitaan kebetulan, tetapi penderitaan substitusi — Yesus menggantikan kita sebagai pendosa yang layak dihina.
Sinclair Ferguson menyoroti bahwa ejekan "menyembah-Nya" menunjukkan kebutaan spiritual dunia yang tidak mampu mengenali Mesias sejati.
Markus 15:21: Simon Kirene dan Beban Salib
“Mereka memaksa orang... Simon orang Kirene... untuk memikul salib-Nya.”
John Calvin menyatakan bahwa pemaksaan terhadap Simon menegaskan penderitaan fisik Yesus yang begitu hebat sehingga Ia tak sanggup memikul salib sendiri. Ini menyoroti kelemahan manusiawi Kristus yang sejati – sekaligus menunjukkan penggenapan nubuat tentang penderitaan Mesias.
Dalam teologi Reformed, Simon Kirene menjadi gambaran orang percaya: dipanggil untuk memikul salib dan mengikuti Kristus (Luk. 9:23). Salib bukan hanya beban Yesus, tetapi panggilan hidup setiap murid-Nya.
Tema Teologi Reformed dari Markus 15:16–21
1. Kristus sebagai Raja yang Dihina
Meskipun dunia menertawakan keilahian dan kerajaan-Nya, dalam teologi Reformed, Yesus tetap adalah Raja sejati. Penyaliban bukan kegagalan Mesias, tetapi cara Dia memerintah melalui pengorbanan.
2. Penebusan Melalui Penderitaan (Substitutionary Atonement)
Setiap pukulan, setiap ejekan, dan salib itu sendiri adalah bagian dari karya penebusan. Yesus menggantikan umat pilihan-Nya, menanggung kutuk dosa agar kita menerima berkat-Nya.
Galatia 3:13: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi kutuk bagi kita..."
3. Ketekunan Kristus sebagai Teladan Iman
Yesus tidak melawan, tidak menghina balik, dan tidak membela diri-Nya. Ia taat sampai mati – inilah teladan iman dan ketaatan sejati.
Dalam tradisi Reformed, ini terkait dengan ketaatan aktif Kristus – Ia bukan hanya mati bagi kita, tetapi hidup dalam ketaatan sempurna sepanjang hidup-Nya.
4. Kedaulatan Allah dalam Penderitaan
Meskipun terlihat seolah Yesus dikalahkan oleh sistem keadilan manusia, seluruh kejadian ini berjalan sesuai rencana Allah.
Kisah Para Rasul 2:23 menyatakan bahwa kematian Yesus terjadi "menurut rencana Allah yang telah ditentukan sebelumnya."
Aplikasi Praktis dari Markus 15:16–21
1. Jangan Heran Jika Dunia Mengolok Kebenaran
Yesus sendiri telah diolok, dihina, dan diperlakukan seperti penjahat. Ketika dunia menertawakan iman kita, kita tidak sendirian.
2. Menerima Penderitaan sebagai Bagian dari Kehidupan Kristen
“Ambillah salibmu dan ikutlah Aku” bukan sekadar metafora. Ini panggilan hidup yang radikal, seperti Simon Kirene yang dipaksa memikul salib.
3. Mengagumi Kerendahan Hati Kristus
Dalam dunia yang mementingkan citra, kekuasaan, dan pembalasan, Yesus menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan sempurna. Itulah jalan keselamatan dan jalan yang harus kita ikuti.
4. Bersyukur atas Penebusan yang Mahal
Setiap ejekan, setiap duri, dan setiap tetes darah Yesus adalah harga penebusan kita. Mengingat penderitaan-Nya harus mendorong kita kepada penyembahan yang tulus dan hidup yang kudus.
Kesimpulan
Markus 15:16–21 bukan hanya kisah tragis seorang guru yang disalibkan. Dalam terang teologi Reformed, ini adalah momen kemuliaan salib, di mana:
-
Raja sejati ditolak dunia namun menang melalui penderitaan.
-
Penebusan terjadi melalui penderitaan yang menggantikan kita.
-
Panggilan untuk memikul salib menjadi bagian dari kehidupan orang percaya.
-
Kedaulatan Allah bekerja bahkan dalam kekacauan dan penghinaan manusia.
Yesus dimahkotai duri bukan karena gagal sebagai Mesias, tetapi justru untuk menunjukkan bahwa kerajaan Allah adalah kerajaan salib, bukan kekuasaan duniawi.