Allah yang Memilih Pelayan-Nya: Kisah Para Rasul 1:24–25

Allah yang Memilih Pelayan-Nya: Kisah Para Rasul 1:24–25

Pendahuluan

Pemilihan Matthias sebagai pengganti Yudas Iskariot dalam Kisah Para Rasul 1:24–25 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah gereja mula-mula. Meskipun narasi ini singkat, pesan teologis yang dikandungnya sangat dalam, terutama mengenai doktrin pilihan ilahi, kepemimpinan rohani, dan kedaulatan Allah. Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana gereja mula-mula menyerahkan keputusan penting kepada Allah melalui doa, dan bagaimana Allah memilih para pelayan-Nya secara langsung.

Dalam teologi Reformed, doktrin tentang kedaulatan Allah dan pemilihan (election) memainkan peran sentral. Ayat-ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana para rasul memahami bahwa pelayanan dan jabatan dalam gereja bukanlah hasil demokrasi atau kebetulan, melainkan kehendak Allah yang dinyatakan melalui pimpinan Roh Kudus.

Kisah Para Rasul 1:24–25

24 Kemudian, mereka berdoa, “Engkau, Tuhan yang mengenal hati semua orang. Tunjukkan kepada kami siapa di antara kedua orang ini yang telah Engkau pilih,
25 untuk menerima bagian pelayanan ini dan jabatan rasul, dari Yudas yang telah menyimpang untuk pergi ke tempatnya sendiri.”

1. Konteks Historis dan Naratif

Setelah kenaikan Yesus, para murid kembali ke Yerusalem dan berkumpul dalam ruang atas untuk menantikan penggenapan janji Roh Kudus (Kis. 1:12-14). Pada saat inilah Petrus berdiri dan mengusulkan agar pengganti Yudas dipilih, untuk menggenapi nubuat dalam Mazmur dan mengembalikan jumlah dua belas rasul (ayat 15–20). Dua calon ditunjuk: Yusuf Barsabas (juga disebut Yustus) dan Matthias.

Kisah Para Rasul 1:24–25 adalah bagian dari proses pemilihan itu. Di sinilah para murid berdoa agar Tuhan sendiri yang memilih pengganti Yudas.

2. Eksposisi Kisah Para Rasul 1:24: Allah yang Mengenal Hati

“Engkau, Tuhan yang mengenal hati semua orang…”

a. Kedaulatan dan Pengetahuan Allah (Omniscience)

Ungkapan ini merupakan pengakuan eksplisit akan atribut Allah sebagai Mahatahu. Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan adalah kardiognōsta (καρδιογνῶστα), artinya “Pengenal hati”. Ini menegaskan bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, bahkan motivasi terdalam manusia.

John Calvin dalam komentarnya terhadap ayat ini menulis:

“Kita harus memperhatikan bahwa Tuhan, yang mengenal hati, bukan hanya sekadar menilai dari luar, tetapi juga menyelidiki hati dan pikiran terdalam. Maka dari itu, adalah sia-sia untuk manusia mencoba menyembunyikan motif mereka dari Allah.”

Calvin juga menekankan bahwa ini adalah pengakuan akan ketergantungan manusia dalam hal keputusan rohani. Manusia tidak dapat memilih pelayan Tuhan berdasarkan penilaian eksternal semata.

b. Berdoa Sebelum Bertindak

Dalam teologi Reformed, doa tidak dianggap sebagai upaya untuk mengubah kehendak Tuhan, tetapi sebagai sarana yang Allah tetapkan untuk menggenapi rencana-Nya. R.C. Sproul menyebut doa ini sebagai ekspresi dari soli Deo gloria—bahwa semua keputusan, termasuk yang bersifat institusional, harus tunduk pada kehendak Allah.

3. Eksposisi Kisah Para Rasul 1:24 (lanjutan): “Tunjukkan kepada kami siapa yang Engkau pilih”

a. Pemilihan Ilahi dalam Pelayanan

Frasa “siapa yang telah Engkau pilih” menekankan bahwa pemilihan bukan berasal dari manusia. Dalam teologi Reformed, ini sejajar dengan konsep predestinasi dalam konteks panggilan khusus—bahwa Allah tidak hanya memilih siapa yang diselamatkan, tetapi juga siapa yang akan melayani-Nya secara khusus.

Martyn Lloyd-Jones menegaskan bahwa “Pelayanan Kristen sejati tidak dapat diambil sendiri. Ini adalah panggilan. Ini adalah pilihan Allah.” Oleh karena itu, ketika gereja memilih pemimpin atau pelayan, mereka harus mencari kehendak Tuhan, bukan semata-mata kualifikasi eksternal.

b. Kontra terhadap Spirit Zaman Ini

Dalam banyak gereja modern, jabatan pelayanan sering kali didasarkan pada popularitas, kemampuan retorika, atau kecakapan administratif. Namun, teks ini mengajarkan bahwa pelayanan adalah hasil pilihan Tuhan, bukan pemungutan suara mayoritas.

4. Eksposisi Kisah Para Rasul 1:25: Jabatan Rasul dan Kehilangan Yudas

“Untuk menerima bagian pelayanan ini dan jabatan rasul, dari Yudas yang telah menyimpang...”

a. Kata “Pelayanan” dan “Jabatan”

Dalam bahasa Yunani, “pelayanan” diterjemahkan dari diakonia, dan “jabatan” dari apostolē—menunjuk kepada kerasulan itu sendiri. Jadi, yang diterima Matthias bukan hanya posisi administratif, melainkan bagian dalam misi ilahi yang diberikan Kristus kepada para rasul.

John Stott menyebut ini sebagai “pengangkatan sakral”, artinya tidak hanya administratif tetapi juga bersifat rohani dan teologis.

b. Tragedi Yudas: “Menyimpang” dan “Pergi ke Tempatnya Sendiri”

Frasa ini sarat makna. Yudas “menyimpang” dari jalan yang benar, menolak panggilan, dan memilih jalannya sendiri. Dalam teologi Reformed, ini sering dikaitkan dengan konsep apostasia—kemurtadan. Calvin menegaskan bahwa Yudas adalah contoh bahwa bukan semua yang dipanggil secara eksternal (outward call) benar-benar dipanggil secara efektif oleh Allah.

R.C. Sproul menyatakan bahwa “Yudas adalah pelajaran tragis bahwa keterlibatan dalam pelayanan tidak menjamin keselamatan, dan bahwa jabatan suci bisa disalahgunakan.”

5. Implikasi Teologis dalam Kerangka Reformed

a. Kedaulatan Allah dalam Memilih Pelayan-Nya

Gambaran doa dan pemilihan ini adalah ilustrasi kuat dari sola Deo voluntas—bahwa segala sesuatu berjalan menurut kehendak Allah. Dalam pelayanan gereja, kita tidak memilih berdasarkan keinginan atau pertimbangan pragmatis, tetapi mencari wajah Tuhan dalam doa.

b. Peran Gereja dalam Mengakui, Bukan Menentukan

Gereja bukan pencipta pemanggilan, tetapi pengaku atas pemanggilan Allah. Herman Bavinck menulis bahwa gereja “hanya menyaksikan dan mengakui bahwa seseorang telah dipanggil Allah, bukan menentukan siapa yang harus dipanggil.”

c. Bahaya Kemunafikan dan Kemurtadan

Kisah Yudas memperingatkan bahwa tidak semua yang berada di dalam gereja benar-benar milik Kristus. Teologi Reformed memegang dua kebenaran sekaligus: semua yang benar-benar dipilih tidak mungkin jatuh (perseverance of the saints), tetapi tidak semua yang tampak rohani benar-benar diselamatkan.

6. Relevansi Praktis bagi Gereja Masa Kini

a. Kepemimpinan yang Dipanggil, Bukan Dipilih Secara Duniawi

Gereja masa kini sering menghadapi tekanan untuk mengangkat pemimpin berdasarkan kecakapan duniawi. Namun, Kisah Para Rasul 1:24–25 mengajarkan bahwa kita perlu bergantung pada pimpinan Roh Kudus dalam memilih pelayan.

b. Doa Sebelum Keputusan

Ayat ini menekankan pentingnya doa dalam semua keputusan penting. Tidak cukup dengan musyawarah dan perencanaan; kita harus mencari Tuhan dalam doa yang sungguh-sungguh.

c. Peringatan tentang Yudas: Pelayanan Tanpa Iman

Yudas adalah pengingat bahwa seseorang bisa berada dalam pelayanan namun hatinya jauh dari Allah. Gereja harus selalu menekankan kehidupan rohani yang sejati dan ketekunan dalam iman, bukan hanya keberhasilan pelayanan.

7. Kesimpulan

Kisah Para Rasul 1:24–25 adalah contoh klasik bagaimana gereja mula-mula menyerahkan keputusan penting kepada kehendak Allah yang berdaulat. Melalui doa yang tulus dan pengakuan bahwa Allah mengenal hati, mereka mempercayakan pemilihan pelayan kepada Tuhan sendiri.

Dalam teologi Reformed, bagian ini mengokohkan prinsip bahwa pelayanan gerejawi adalah panggilan ilahi, bukan hasil usaha manusia. Allah yang memilih, Allah yang memanggil, dan Allah pula yang menopang.

Sebagai gereja masa kini, kita diajak untuk meneladani semangat ini: berdoa, mencari kehendak Tuhan, dan menyerahkan segala keputusan penting ke dalam tangan-Nya. Sebab hanya Allah yang mengenal hati manusia, dan hanya Dia yang layak memilih siapa yang akan melayani-Nya.

Next Post Previous Post