Waspada dalam Zaman Akhir: Yudas 1:17–18

Waspada dalam Zaman Akhir: Yudas 1:17–18

Pendahuluan

Surat Yudas adalah salah satu tulisan paling tajam dan penuh peringatan dalam Perjanjian Baru. Surat singkat ini ditulis dengan intensitas tinggi untuk menanggapi ancaman serius dari para pengajar sesat yang telah menyusup ke dalam jemaat. Dalam Yudas 1:17–18, Yudas mengingatkan pembacanya akan nubuat para rasul tentang kedatangan para pencemooh di akhir zaman. Peringatan ini bukan sekadar retorika, melainkan fondasi penting dalam ajaran gereja mengenai ketekunan, discernment rohani, dan hidup kudus.

Dalam teologi Reformed, tema-tema seperti ketekunan orang kudus (perseverance of the saints), realitas pengajaran palsu, dan kedaulatan Allah dalam pemeliharaan gereja mendapat tempat yang sangat penting. Artikel ini akan mengulas Yudas 1:17–18 secara mendalam dalam terang doktrin Reformed dan aplikasi kontekstual masa kini.

Teks Alkitab (AYT)

Yudas 1:17–18

17 Saudara-saudara yang kukasihi, kamu harus mengingat apa yang telah dikatakan rasul-rasul Tuhan kita, Kristus Yesus.
18 Mereka telah berkata kepadamu, “Pada zaman akhir, akan ada para pencemooh yang hanya mengikuti nafsu mereka yang fasik.”

1. Konteks Historis dan Penulisan Surat Yudas

Surat Yudas ditulis oleh Yudas, saudara dari Yakobus (dan secara tradisional dianggap sebagai saudara tiri Yesus), untuk memperingatkan jemaat tentang penyusupan guru-guru palsu (Yud. 1:4). Yudas menekankan bahwa orang-orang ini merusak kasih karunia Allah dan menyangkal Tuhan.

Bagian ayat 17–18 merupakan klimaks peringatan Yudas, dengan mengarahkan perhatian para pembaca kepada pengajaran para rasul yang telah lebih dahulu memperingatkan tentang kemunculan pencemooh pada akhir zaman.

2. Eksposisi Yudas 1:17: “Kamu Harus Mengingat”

a. Pentingnya Pengingat Rohani

Yudas memulai bagian ini dengan seruan pastoral: “kamu harus mengingat”. Dalam bahasa Yunani, mnēsthēte adalah bentuk imperatif yang kuat, artinya ini adalah suatu perintah aktif. Teologi Reformed sangat menekankan pentingnya pengajaran yang didasarkan pada wahyu yang telah diberikan, bukan spekulasi baru.

John Calvin dalam komentarnya menyatakan:

“Iman yang sejati bukanlah iman yang diciptakan dari spekulasi baru, tetapi iman yang berakar dalam pengajaran yang sudah disampaikan oleh para rasul.”

Yudas mengarahkan pembaca kepada ajaran yang telah mapan—ajaran para rasul. Ini adalah bentuk regula fidei (aturan iman) yang tidak berubah, yang menjadi fondasi gereja sepanjang zaman.

b. Kepastian Firman Rasul

Referensi kepada “rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus” memperlihatkan otoritas rasuli yang bersumber dari Kristus sendiri. Dalam pandangan Reformed, Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi (sola Scriptura), dan tulisan para rasul menjadi fondasi doktrin gereja (Ef. 2:20).

R.C. Sproul menyebut ini sebagai “pengarahan kembali kepada sumber otoritas”, di mana setiap perdebatan rohani harus tunduk pada kesaksian Kitab Suci.

3. Eksposisi Yudas 1:18: Nubuat tentang Pencemooh

“Pada zaman akhir, akan ada para pencemooh yang hanya mengikuti nafsu mereka yang fasik.”

a. Zaman Akhir: Era antara Kedatangan Kristus

Dalam teologi Reformed, “zaman akhir” tidak dimaknai secara sempit hanya sebagai masa menjelang kiamat, tetapi dimulai sejak kenaikan Kristus hingga kedatangan-Nya kembali. Ini adalah masa di mana kerajaan Allah sudah datang namun belum digenapi sepenuhnya (already but not yet).

Sinclair Ferguson menyebut bahwa gereja sepanjang sejarah hidup dalam realitas eskatologis ini—selalu berjaga-jaga sambil menantikan kedatangan Tuhan.

b. Pencemooh dan Nafsu Fasik

Kata “pencemooh” (empaiktai) mengacu pada orang-orang yang menghina hal-hal rohani dan memutarbalikkan kebenaran demi kepentingan mereka. Mereka bukan hanya tidak percaya, tetapi juga mengolok-olok iman yang benar.

John MacArthur mengaitkan ini dengan gambaran dalam 2 Petrus 3:3, bahwa pencemooh muncul karena mereka ingin membenarkan gaya hidup berdosa. Mereka menolak otoritas Kristus karena ingin mengikuti “nafsu mereka yang fasik”.

Dalam kerangka teologi Reformed, hal ini berkaitan dengan doktrin tentang kerusakan total (total depravity). Dosa bukan sekadar tindakan lahiriah, tetapi keinginan hati yang rusak. Para pencemooh dalam ayat ini bukan hanya tidak tahu, tetapi secara sadar menolak Allah dan hidup dalam kenajisan.

4. Teologi Reformed tentang Penyimpangan dan Pemeliharaan

a. Pengajaran Palsu adalah Kenyataan Gereja Sepanjang Masa

Yudas mengafirmasi kenyataan yang telah dinubuatkan sebelumnya—akan selalu ada guru palsu. Gereja tidak boleh terkejut, tetapi harus siap secara rohani.

Calvin menulis:

“Tuhan menghendaki agar umat-Nya tetap waspada. Oleh karena itu, Dia tidak menutupi dari kita kenyataan bahwa akan ada musuh di dalam gereja.”

b. Pemeliharaan Allah atas Umat-Nya

Meskipun ada ancaman besar dari pengajaran palsu, Allah tetap memelihara gereja-Nya. Ini adalah bagian dari doktrin preservation of the saints—bahwa Allah akan menjaga umat-Nya agar tidak jatuh dari iman sejati.

Herman Bavinck menegaskan:

“Allah yang memanggil umat-Nya, juga adalah Allah yang akan menyucikan dan memelihara mereka sampai pada akhir.”

5. Aplikasi Praktis dari Yudas 1:17–18

a. Pentingnya Ketaatan kepada Firman Rasul

Gereja harus terus kembali kepada ajaran asli para rasul. Khotbah, pengajaran, dan pelayanan harus berdasar pada Kitab Suci. Ini adalah landasan satu-satunya yang kokoh.

b. Pendidikan Teologis dan Disiplin Rohani

Untuk mengenali dan menolak pengajar palsu, jemaat perlu dibekali secara teologis. Teologi Reformed menekankan bahwa setiap orang percaya harus belajar firman secara mendalam, bukan hanya menerima secara pasif.

c. Waspada terhadap Kompromi Moral

Para pencemooh disebut “mengikuti nafsu fasik”. Ini menunjukkan hubungan erat antara ajaran palsu dan gaya hidup amoral. Gereja perlu menjaga kekudusan dengan menolak gaya hidup yang bertentangan dengan Injil.

d. Berpegang Teguh dalam Era Relativisme

Kita hidup dalam masa di mana kebenaran dianggap relatif, dan pencemoohan terhadap iman Kristen semakin meningkat. Yudas 1:17–18 mengingatkan kita untuk tetap teguh dan tidak terkejut oleh perlawanan dunia.

6. Relevansi Eskatologis: Menanti dengan Ketekunan

Yudas tidak hanya menunjukkan apa yang terjadi, tetapi mempersiapkan umat Tuhan untuk tetap setia dalam penantian. Dalam terang eskatologi Reformed, masa sekarang adalah masa kesetiaan di tengah-tengah penderitaan dan penyesatan.

R.C. Sproul menyebut bahwa hidup Kristen adalah seperti hidup dalam “masa penantian aktif”—bukan pasif menunggu, tetapi aktif berjaga-jaga, menguji segala roh, dan tetap setia pada Injil.

7. Kesimpulan

Yudas 1:17–18 adalah panggilan yang kuat bagi gereja untuk tetap waspada, berpegang pada kebenaran, dan menolak segala bentuk ajaran palsu. Yudas tidak memberikan teori abstrak, tetapi peringatan yang sangat praktis dan kontekstual—yang tetap relevan hingga hari ini.

Dalam terang teologi Reformed, ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa:

  • Allah sudah memperingatkan kita melalui rasul-rasul-Nya.

  • Akan selalu ada musuh dari dalam yang menyusup ke dalam gereja.

  • Kita dipanggil untuk bertahan, bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi karena Allah yang memelihara kita.

  • Hanya firman Tuhan yang menjadi pedoman mutlak dalam membedakan kebenaran dari kesesatan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengingat, mengenali, dan melawan pengaruh para pencemooh dengan kebenaran Injil. Sebab masa kini adalah bagian dari “zaman akhir” yang ditandai oleh pencobaan rohani yang nyata, tetapi juga oleh janji bahwa mereka yang bertahan akan menerima mahkota kehidupan.

Next Post Previous Post