Ibrani 9:4: Tabut Perjanjian dan Makna Kristologisnya
Pendahuluan
Surat kepada orang Ibrani merupakan salah satu karya teologis paling dalam dalam Perjanjian Baru. Penulisnya menyampaikan pesan sentral: Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung yang melampaui semua sistem imamat dan korban dalam Perjanjian Lama. Dalam pasal 9, penulis membandingkan tata ibadah dalam Kemah Suci zaman Musa dengan pelayanan Kristus dalam Bait Surgawi. Ayat keempat menjadi titik fokus penting karena menggambarkan isi dari ruang Maha Kudus yang menyimbolkan kehadiran Allah dan pusat perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
"Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dan tabut perjanjian yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut itu terdapat buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang berisi perjanjian." — Ibrani 9:4
Ayat ini tampak seperti hanya deskriptif, namun memiliki makna simbolis dan teologis yang dalam. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini menurut teolog-teolog Reformed, serta menggali aplikasinya dalam hidup orang percaya masa kini.
1. Konteks Historis dan Liturgis Ibrani 9:4
Dalam Ibrani 9:1-5, penulis menggambarkan dua ruangan dalam Kemah Suci:
-
Tempat Kudus, berisi kaki dian, meja, dan roti sajian.
-
Tempat Maha Kudus, yang hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar sekali setahun pada Hari Pendamaian (Yom Kippur), berisi tabut perjanjian.
Ayat 4 berbicara mengenai isi dari tempat Maha Kudus, secara khusus:
-
Mezbah pembakaran ukupan
-
Tabut Perjanjian
-
Buli-buli emas berisi manna
-
Tongkat Harun
-
Loh batu perjanjian
Beberapa perdebatan muncul mengenai letak mezbah ukupan (karena di Imamat disebut ada di ruang Kudus). Namun teolog Reformed seperti John Owen menyatakan bahwa yang dimaksud di sini adalah fungsinya, bukan letaknya secara fisik. Mezbah ini berhubungan langsung dengan pelayanan Imam Besar pada Hari Pendamaian, ketika ia membawa ukupan masuk ke ruang Maha Kudus (lih. Imamat 16).
2. Simbolisme Tabut dan Isinya
a. Tabut Perjanjian
Tabut ini adalah simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Dilapisi emas, ditempatkan di ruang Maha Kudus, dan ditutupi oleh tutup pendamaian (hilasterion) yang disiram darah korban pendamaian.
Teolog Reformed seperti Louis Berkhof menyatakan bahwa tabut itu menunjuk pada Kristus sebagai tempat pertemuan antara manusia berdosa dan Allah yang kudus. Ia adalah “tabut sejati” di mana hukum Allah ditegakkan dan kasih karunia Allah dicurahkan melalui darah-Nya.
b. Buli-buli Emas Berisi Manna
Manna melambangkan pemeliharaan Allah selama Israel di padang gurun (Kel. 16). Dalam Yohanes 6, Yesus menyatakan bahwa Ia adalah roti hidup dari surga yang memberi hidup kekal. Maka, dalam tafsiran Reformed, manna menunjuk kepada Kristus sebagai sumber kehidupan rohani, bukan hanya kebutuhan jasmani.
John Calvin menulis bahwa “manna dalam tabut adalah bayangan Kristus yang memuaskan kelaparan rohani kita. Hanya dalam Dia jiwa menemukan kenyang.”
c. Tongkat Harun yang Bertunas
Tongkat ini adalah simbol otoritas imamat yang sah dari Harun (Bilangan 17). Ketika tongkat Harun bertunas, itu adalah bukti pemilihan Allah atas suku Lewi sebagai pelayan di Kemah Suci.
Dalam tipologi Reformed, tongkat yang mati namun bertunas menunjuk kepada kebangkitan Kristus dan otoritas imamat-Nya yang kekal (Ibr. 7:17). Kristus tidak hanya Imam yang sah, tetapi juga yang bangkit dari kematian sebagai bukti keabsahan pelayanan-Nya.
d. Loh Batu Perjanjian
Loh batu adalah Hukum Taurat yang diberikan langsung oleh Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Diletakkan di dalam tabut, hal ini menunjukkan bahwa perjanjian antara Allah dan umat-Nya berpusat pada ketaatan kepada firman-Nya.
Namun karena manusia gagal menaati hukum itu, penulis Ibrani mengangkat tema Perjanjian Baru di mana hukum Allah ditulis dalam hati, bukan di batu (Ibrani 8:10). Di dalam Kristus, hukum itu digenapi, dan kita diberi hati yang baru untuk menaati-Nya.
3. Eksposisi Teolog Reformed
John Owen
Dalam komentarnya yang monumental atas Ibrani, John Owen menekankan bahwa segala hal dalam Kemah Suci menunjuk kepada Kristus. Mengenai Ibrani 9:4, ia menyatakan bahwa isi tabut mewakili tiga aspek utama pelayanan Kristus:
-
Sebagai pemberi kehidupan (manna)
-
Sebagai Imam Kekal (tongkat Harun)
-
Sebagai Penggenap Hukum Allah (loh batu)
Owen juga menekankan bahwa kekudusan tempat Maha Kudus mencerminkan akses terbatas kepada Allah sebelum pekerjaan Kristus sempurna.
Louis Berkhof
Dalam Systematic Theology, Berkhof menjelaskan bahwa Tabut Perjanjian adalah simbol dari kehadiran ilahi dan perjanjian anugerah. Ia mencatat bahwa Ibrani 9 menunjukkan perbedaan esensial antara perjanjian lama yang bersifat simbolik dan perjanjian baru yang bersifat realitas rohani di dalam Kristus.
R.C. Sproul
Dalam tulisannya, Sproul menekankan pentingnya kesakralan ruang Maha Kudus sebagai tempat pertemuan manusia dengan Allah yang kudus. Ia menyatakan bahwa semua komponen dalam tabut itu adalah bayangan dari kemuliaan dan karya keselamatan Kristus, dan bahwa dalam Ibrani, kita melihat kontras antara bayangan dan kenyataan.
4. Aplikasi Rohani Bagi Gereja Masa Kini
a. Kristus sebagai Tabut Sejati
Kita tidak lagi memerlukan tempat kudus fisik seperti dalam Perjanjian Lama, karena Kristus adalah tempat kudus yang sejati. Melalui Dia, kita memiliki akses penuh kepada Allah.
b. Hidup dalam Perjanjian Baru
Loh hukum tidak lagi hanya sebagai perintah eksternal, tetapi kini ditulis dalam hati melalui Roh Kudus. Ini berarti kehidupan kita harus mencerminkan ketaatan yang lahir dari hati, bukan dari legalisme.
c. Pemeliharaan dan Kehidupan Rohani
Manna dalam tabut mengingatkan kita bahwa Allah memelihara kita secara jasmani dan rohani. Namun, pemeliharaan terbesar adalah diri Kristus sendiri, yang menjadi roti hidup.
d. Imamat Kristus adalah Pengharapan Kita
Tongkat Harun mengajarkan bahwa Allah-lah yang memilih Imam-Nya, dan dalam Kristus kita memiliki Imam Besar yang tidak berubah, yang selalu hidup untuk menjadi pengantara kita.
5. Penutup: Dari Bayangan ke Realitas
Ibrani 9:4 bukan sekadar inventarisasi benda-benda suci, tetapi penuh dengan simbolisme yang menunjuk kepada Kristus. Dalam tradisi Reformed, semua ini dipahami dalam kerangka tipologi, di mana Perjanjian Lama adalah bayangan dari kenyataan yang dinyatakan dalam Yesus Kristus.
Dengan demikian, pemahaman akan isi tabut perjanjian tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah ibadah Israel, tetapi juga memperdalam pengertian kita tentang kemuliaan Injil. Kita diundang, bukan untuk tinggal di bayangan, tetapi masuk ke dalam realitas penyembahan sejati melalui Yesus Kristus, Tabut Perjanjian yang hidup.