Kecintaan Akan Kekayaan dan Bahayanya: 1 Timotius 6:9

Pendahuluan
Di tengah dunia yang semakin materialistis dan berorientasi pada kekayaan, peringatan keras dari Rasul Paulus kepada Timotius dalam 1 Timotius 6:9 menjadi sangat relevan. Ayat ini menyentuh isu mendalam dalam hati manusia: keinginan untuk menjadi kaya. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini tidak hanya berbicara tentang ekonomi atau kemiskinan, tetapi menyentuh kedalaman natur dosa manusia, godaan dunia, dan panggilan hidup dalam kekudusan.
Teks Alkitab (AYT) – 1 Timotius 6:9
“Orang yang ingin menjadi kaya jatuh ke dalam pencobaan dan jebakan, serta berbagai nafsu yang bodoh dan membahayakan yang akan menenggelamkan orang-orang ke dalam kehancuran dan kebinasaan.”
— 1 Timotius 6:9, AYT
Eksposisi Ayat: Frasa per Frasa
1. “Orang yang ingin menjadi kaya...”
Frasa ini tidak mengutuk kekayaan itu sendiri, tetapi keinginan kuat untuk menjadi kaya — keinginan yang mengakar dalam ketamakan dan ketidakpuasan.
Pandangan Reformed:
-
John Calvin menyatakan bahwa keinginan menjadi kaya adalah "penyakit spiritual" yang berasal dari hati yang tidak bersyukur. Dalam Commentaries on Timothy, Calvin menulis, "The desire to be rich is never satisfied and leads a man away from simplicity of faith."
-
R.C. Sproul menjelaskan bahwa dalam konteks pastoral, Paulus memperingatkan agar tidak menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama hidup karena itu akan menggantikan Tuhan sebagai pusat kehidupan.
Aplikasi: Dalam teologi Reformed, keinginan untuk kaya dapat menjadi bentuk berhala modern, karena mengalihkan ketergantungan kita dari Allah kepada mamon (uang).
2. “...jatuh ke dalam pencobaan dan jebakan...”
Paulus menggambarkan dampak langsung dari obsesi terhadap kekayaan: pencobaan (internal) dan jebakan (eksternal). Pencobaan mengacu pada daya tarik batin terhadap dosa, sedangkan jebakan adalah sistem duniawi yang menipu dan menjebak.
Pandangan Reformed:
-
Thomas Watson, seorang Puritan Reformed, berkata bahwa "Satan memiliki kail terbaiknya yang diberi umpan emas." Artinya, uang sering digunakan iblis untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa.
-
Jonathan Edwards melihat kekayaan sebagai salah satu ujian terbesar bagi iman. Ia menekankan pentingnya menjaga hati dari kesombongan dan keangkuhan yang datang dari keberlimpahan.
Aplikasi: Kekayaan membuka jalan bagi banyak kompromi. Dalam pelayanan, ini terlihat ketika pelayan Tuhan mulai menjadikan pelayanan sebagai profesi, bukan panggilan.
3. “...serta berbagai nafsu yang bodoh dan membahayakan...”
Kata “nafsu” (epithymiai) dalam bahasa Yunani merujuk pada keinginan kuat yang tidak terkontrol. Dalam hal ini, nafsu tersebut bersifat “bodoh” (tidak logis, tidak rohani) dan “membahayakan” (menghancurkan secara spiritual dan moral).
Pandangan Reformed:
-
John Owen, dalam bukunya The Mortification of Sin, menulis bahwa nafsu duniawi adalah “musuh dalam selimut” yang harus dibunuh setiap hari.
-
Herman Bavinck menekankan bahwa keinginan yang tidak diarahkan oleh Firman akan selalu menuju kehancuran, karena natur manusia yang telah jatuh cenderung mencintai dunia.
Aplikasi: Kekayaan sering menuntun pada gaya hidup hedonistik. Bahkan hamba Tuhan pun bisa terjebak dalam “nafsu yang bodoh” jika orientasi hidupnya bergeser dari Kristus kepada kenyamanan dunia.
4. “...yang akan menenggelamkan orang-orang ke dalam kehancuran dan kebinasaan.”
Dua kata terakhir ini — kehancuran (Greek: olethros) dan kebinasaan (Greek: apoleia) — digunakan untuk menggambarkan penghakiman ilahi. Paulus menyiratkan bahwa keinginan akan kekayaan dapat menuntun seseorang bukan hanya kepada kegagalan moral, tapi juga kebinasaan kekal.
Pandangan Reformed:
-
Louis Berkhof menafsirkan “kebinasaan” sebagai “kehilangan persekutuan dengan Allah secara kekal.” Ini adalah puncak dari kehidupan yang memilih dunia daripada Kristus.
-
Martyn Lloyd-Jones berkata, “Banyak orang mengira mereka memiliki Kristus dan dunia, padahal mereka justru kehilangan keduanya.”
Aplikasi: Bahaya terbesar dari kekayaan bukan hanya pada apa yang dilakukannya terhadap dompet kita, tetapi apa yang dilakukannya terhadap jiwa kita. Jika kekayaan menjadi tuan, maka Kristus bukan lagi Raja.
Perspektif Teologi Reformed Mengenai Kekayaan dan Kekudusan
1. Kekayaan sebagai Anugerah yang Harus Dikelola
Reformed tidak mengajarkan bahwa kekayaan itu dosa. Namun, kekayaan harus dipandang sebagai anugerah Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
“Segala sesuatu yang dimiliki manusia adalah pinjaman dari Allah.” – John Calvin
Karena itu, orang percaya dipanggil untuk hidup hemat, murah hati, dan tidak terikat oleh kekayaan duniawi.
2. Tuhan dan Mamon Tidak Bisa Disembah Bersama
Dalam Matius 6:24, Yesus berkata bahwa tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Teologi Reformed memahami ini sebagai konflik otoritas dalam hati manusia: apakah Allah yang menjadi pusat, ataukah kekayaan dunia?
“Iblis tidak perlu membuat Anda ateis. Ia hanya perlu menjadikan uang sebagai tuhan Anda.” – R.C. Sproul
3. Kekayaan Harus Mengarah pada Kemurahan Hati
Dalam 1 Timotius 6:17-19, Paulus memberikan nasihat kepada orang kaya untuk “berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, murah hati, dan suka memberi.”
“Kemurahan hati adalah tanda orang yang telah disentuh oleh kasih karunia.” – Jonathan Edwards
Bahaya Ajaran Kemakmuran Menurut Reformed
Ajaran kemakmuran (prosperity gospel) sangat ditentang dalam teologi Reformed karena:
-
Menempatkan manusia sebagai pusat, bukan Allah.
-
Menganggap berkat materi sebagai bukti iman, padahal dalam Alkitab, orang benar sering menderita.
-
Mengaburkan Injil sejati yang menekankan salib, pengorbanan, dan kekudusan.
“Teologi kemakmuran bukan hanya salah secara teologis, tetapi juga berbahaya secara rohani.” – John Piper
Contoh Tokoh Alkitab dan Kekayaan
a. Abraham
Diberkati secara materi, tetapi tidak terikat pada kekayaannya. Ia siap mengorbankan Ishak karena lebih mengasihi Allah.
b. Ayub
Kaya, kemudian miskin, lalu dipulihkan. Namun iman dan integritasnya tidak tergantung pada kekayaannya.
c. Yesus
Tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58). Yesus adalah teladan pengosongan diri demi kemuliaan Bapa.
Aplikasi Praktis Bagi Gereja dan Pelayan Tuhan
-
Waspada terhadap gaya hidup mewah dalam pelayanan. Kekayaan yang tidak dikendalikan bisa menjadi batu sandungan bagi jemaat dan kemuliaan Allah.
-
Beritakan Injil, bukan kemakmuran. Injil memanggil pada pertobatan, bukan hanya peningkatan hidup materi.
-
Latih pengelolaan keuangan yang bijak. Pelayan Tuhan dan jemaat harus hidup sederhana, tidak boros, dan bertanggung jawab secara finansial.
Penutup: Kekayaan dan Kekekalan
1 Timotius 6:9 adalah panggilan untuk mengevaluasi orientasi hati kita. Apakah kita hidup demi Kristus atau demi dunia? Apakah kita menggunakan kekayaan untuk kemuliaan Allah atau untuk membangun kerajaan sendiri?
“Jangan mengumpulkan harta di bumi... sebab di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:19-21)
Dalam terang teologi Reformed, hati manusia yang diperbaharui oleh Roh Kudus akan memiliki relasi yang sehat terhadap uang — sebagai alat, bukan tuan; sebagai sarana pelayanan, bukan identitas diri.