Kesalehan dan Rasa Cukup: 1 Timotius 6:6

Kesalehan dan Rasa Cukup: 1 Timotius 6:6

Akan tetapi, kesalehan yang disertai rasa cukup akan memberikan manfaat yang besar.”(1 Timotius 6:6, AYT)

Pendahuluan

Di tengah dunia yang dipenuhi ambisi, materialisme, dan pencarian kekayaan, ayat ini memberikan teguran keras sekaligus penghiburan mendalam bagi orang percaya. Rasul Paulus, dalam surat penggembalaannya kepada Timotius, menekankan sebuah prinsip hidup rohani yang revolusioner: kesalehan + rasa cukup = keuntungan besar.

Dalam kerangka teologi Reformed, 1 Timotius 6:6 merupakan fondasi penting bagi pembahasan tentang kepuasan dalam Allah, doktrin providensia, dan kehidupan rohani yang sejati. Artikel ini akan mengurai makna ayat ini berdasarkan:

  1. Latar belakang dan konteks pasal

  2. Penjelasan kata dan struktur ayat

  3. Pandangan para teolog Reformed klasik dan kontemporer

  4. Aplikasi praktis bagi gereja masa kini

  5. Relevansi dalam dunia yang konsumtif

1. Latar Belakang Konteks Surat 1 Timotius

Surat 1 Timotius adalah salah satu dari tiga “Surat Penggembalaan” (bersama 2 Timotius dan Titus) yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, yang melayani di Efesus. Dalam pasal 6, Paulus memperingatkan akan guru-guru palsu yang memanfaatkan ajaran rohani demi keuntungan materi.

1 Timotius 6:5–10 sebagai unit

Ayat 6 muncul sebagai koreksi terhadap sikap salah terhadap kesalehan. Sebagian orang menganggap kesalehan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan finansial. Paulus langsung membalikkan logika itu: kesalehan yang benar justru memuaskan, bukan mengejar kekayaan.

2. Eksposisi Kata demi Kata: Makna Teologis 1 Timotius 6:6

Kesalehan (Yunani: εὐσέβεια - eusebeia)

Kata ini merujuk pada hidup yang saleh, takut akan Tuhan, dan mencerminkan ibadah sejati. Dalam Reformed theology, ini bukan sekadar moralitas, melainkan buah dari anugerah Allah dan relasi yang benar dengan-Nya.

John Calvin:
Kesalehan adalah dasar dari hidup Kristen yang benar. Ia lahir dari pemahaman yang benar akan Allah dan membawa pada ketaatan yang tulus.”

Rasa cukup (Yunani: αὐτάρκεια - autarkeia)

Autarkeia berarti kecukupan yang berasal dari dalam, bukan dari keadaan eksternal. Ini adalah kebajikan Kristen yang berakar pada kepuasan dalam Allah.

B.B. Warfield:
Autarkeia bukan berarti pasrah buta, tetapi pengakuan aktif bahwa Allah mencukupkan dan bahwa kita tidak kekurangan apa pun yang benar-benar penting.”

Dalam dunia yang haus akan kepemilikan dan status, autarkeia adalah pernyataan iman.

Manfaat besar (Yunani: μέγας πορισμός - megas porismos)

Kata porismos berarti keuntungan atau hasilkata ini biasanya digunakan dalam konteks ekonomi. Paulus dengan sengaja menggunakan bahasa “keuntungan” untuk mengontraskan dua jenis keuntungan:

  • Duniawi (uang)

  • Rohani (kepuasan, damai sejahtera)

3. Tafsiran Reformed atas 1 Timotius 6:6

John Calvin

Dalam komentarnya, Calvin mengecam keras mereka yang menyamakan kesalehan dengan cara untuk memperoleh kekayaan. Menurutnya:

Kesalehan sejati bukan alat untuk keuntungan materi, tetapi adalah keuntungan itu sendiri karena membawa kita kepada Allah.”

Calvin menekankan bahwa rasa cukup adalah ekspresi iman. Ia menyebut ini sebagai "sukacita dalam penyangkalan diri dan penyembahan kepada Allah."

Matthew Henry (Teolog Puritan Reformed)

Kesalehan dengan rasa cukup bukan hanya kebajikan, melainkan sumber kekayaan rohani yang jauh lebih besar daripada harta dunia.”

Henry melihat rasa cukup sebagai buah dari hati yang telah puas di dalam kasih karunia Allah. Ia juga mengaitkan ayat ini dengan prinsip syukur dan ketergantungan pada Allah.

R.C. Sproul

Dalam pembahasannya tentang kekayaan dan kesalehan, Sproul mengingatkan bahwa godaan terbesar orang Kristen bukanlah ketidakpercayaan, tetapi keserakahan yang dibungkus dengan agama.

Ketika kita menjadikan Allah sebagai alat untuk kesuksesan finansial, kita sedang menyembah berhala dengan nama yang kudus.”

Bagi Sproul, 1 Timotius 6:6 adalah koreksi terhadap teologi kemakmuran, dan peneguhan akan doa Yesus: 'berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.'

4. Teologi Reformed: Kesalehan dan Providensia

Teologi Reformed sangat menekankan pengakuan akan pemeliharaan Allah (providensia). Hidup yang puas bukan karena kondisi, tetapi karena iman bahwa Allah memelihara dengan cukup.

Heidelberg Catechism Q.27:
Pemeliharaan Allah adalah kuasa Allah yang maha kuasa dan senantiasa hadir, dengan mana Ia memelihara dan mengatur segala sesuatu.”

Oleh sebab itu, orang percaya tidak mencari lebih dari apa yang Allah izinkan, dan puas karena tahu bahwa Allah tahu yang terbaik.

5. Aplikasi Praktis: Hidup Saleh dan Puas di Dunia Modern

1. Melawan Teologi Kemakmuran

Banyak gereja masa kini jatuh dalam pencobaan melihat kesuksesan materi sebagai tanda berkat rohani. Ayat ini membongkar kebohongan tersebut dan memanggil umat Tuhan untuk kembali ke nilai-nilai kerajaan Allah.

2. Menumbuhkan Rasa Syukur

Rasa cukup hanya mungkin tumbuh jika kita menghargai apa yang sudah kita miliki. Gereja harus mengajar umat bukan untuk mengeluh, tetapi untuk melihat kebaikan Allah dalam setiap keadaan.

3. Mendidik Generasi untuk Hidup Seimbang

Ayat ini sangat relevan untuk generasi muda yang dibombardir oleh gaya hidup konsumtif. Kesalehan yang sehat harus dibarengi dengan pengajaran praktis tentang kepuasan dan pengelolaan keuangan yang bijak.

4. Mendorong Ibadah yang Sederhana dan Murni

Kesalehan sejati bukan dalam bentuk kemewahan, tetapi dalam ketaatan, kesederhanaan, dan kedalaman relasi dengan Allah.

6. Kontras dengan Dunia: Kekuatan Kesalehan dan Kecukupan

Dalam dunia yang mengukur nilai seseorang berdasarkan kekayaan, jabatan, dan prestasi, Alkitab menawarkan ukuran berbeda:

  • Dunia berkata: "Kamu cukup jika kamu punya lebih."

  • Firman berkata: "Kamu cukup jika kamu punya Allah."

Yesus berkata:

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)

7. Kristus: Puncak Kesalehan dan Sumber Kecukupan

Yesus Kristus adalah teladan tertinggi dari kesalehan yang disertai rasa cukup:

  • Ia hidup tanpa tempat bernaung (Matius 8:20)

  • Ia menolak tawaran duniawi dari Iblis (Matius 4:1–11)

  • Ia puas melakukan kehendak Bapa (Yohanes 4:34)

Dia, yang walaupun kaya, menjadi miskin karena kamu, supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya.” (2 Kor. 8:9)

Kesalehan Kristus dan kepuasan-Nya dalam kehendak Bapa menjadi dasar dan teladan bagi kita semua.

Penutup: Menjadi Kaya dalam Kesalehan

1 Timotius 6:6 adalah seruan untuk hidup yang radikalbukan dalam pengertian demonstratif, melainkan radikal dalam hati yang mengakar dalam Kristus.

Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menantang gereja dan individu Kristen untuk:

  • Menolak penyalahgunaan agama demi keuntungan materi

  • Membangun hidup yang berpusat pada Allah, bukan pada kekayaan

  • Menemukan kepuasan terdalam dalam relasi dengan Tuhan

Kesalehan yang disertai rasa cukup bukan hanya menghasilkan manfaat besar — ia adalah manfaat besar itu sendiri.

Next Post Previous Post