Menjaga Diri dalam Kasih Allah: Yudas 1:20–25
.jpg)
Pendahuluan
Surat Yudas, meskipun hanya terdiri dari satu pasal, merupakan salah satu tulisan yang padat, tajam, dan penuh dengan peringatan serius bagi jemaat. Setelah menggambarkan kondisi dunia yang penuh penyesatan dan pengajar palsu, penulis menutup suratnya dengan seruan mendesak dan pujian yang agung kepada Allah.
Ayat Yudas 1:20–25 adalah seruan final kepada orang percaya untuk tetap teguh dalam iman dan kasih karunia, serta pujian besar terhadap kemuliaan Allah yang berdaulat. Ini menjadi salah satu penggalan paling menggugah dalam seluruh Perjanjian Baru.
1. Latar Belakang Konteks
Surat ini ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus dan saudara tiri dari Yesus (bdk. Mat. 13:55). Tujuannya adalah untuk memperingatkan gereja terhadap pengajar palsu yang menyusup ke dalam persekutuan dan mengajarkan kebebasan yang menyimpang dari anugerah.
Setelah menggambarkan kerasnya bahaya itu, ayat 20–25 menyajikan langkah perlindungan rohani bagi umat Tuhan: bertumbuh dalam iman, berdoa, tinggal dalam kasih Allah, serta penginjilan dengan belas kasihan. Dan semuanya ditutup dengan doksologi, pujian kepada Allah yang berkuasa menjaga umat-Nya hingga akhir.
2. Eksposisi Ayat per Ayat
Yudas 1:20–21: Tumbuh dalam Iman dan Kasih
“Bangunlah dirimu sendiri di atas imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus...”
John Calvin:
Calvin melihat ini sebagai ajakan untuk tidak puas dalam status iman yang stagnan. Kita harus aktif membangun kehidupan rohani kita di atas fondasi Injil yang sejati.
“Iman adalah anugerah, tetapi harus dijaga dan ditumbuhkan melalui sarana yang Allah sediakan: Firman, doa, dan komunitas.”
Reformasi dan Roh Kudus:
Tradisi Reformed memandang doa dalam Roh Kudus sebagai bagian dari hidup yang dipimpin oleh Roh, bukan pengalaman mistik, melainkan komunikasi sejati dengan Allah berdasarkan firman-Nya.
Kasih Allah:
"Peliharalah dirimu dalam kasih Allah" bukan berarti menjaga Allah tetap mengasihi kita, tetapi tetap hidup dalam kesadaran dan ketaatan terhadap kasih itu, sambil menantikan "rahmat Yesus"—pengharapan eskatologis.
Yudas 1:22–23: Kasih yang Aktif dalam Menyelamatkan
“Milikilah kemurahan hati bagi mereka yang ragu-ragu...”
Penulis Yudas menekankan respons iman yang penuh belas kasih terhadap mereka yang lemah dan tersesat. Ini membagi respon menjadi tiga jenis:
-
Ragu-ragu – Mereka yang belum pasti, butuh penguatan dan kepekaan pastoral.
-
Yang hampir terbakar – Perlu penyelamatan segera dan tegas.
-
Yang dicemari oleh dosa – Didekati dengan hati-hati, dengan kebencian terhadap dosa tetapi belas kasih terhadap pelaku.
John Owen:
Owen menegaskan bahwa keselamatan bukan hanya bersifat doktrinal tetapi juga pastoral. Kasih Kristen diwujudkan dalam pelayanan terhadap sesama yang sedang berada dalam krisis rohani.
R.C. Sproul:
Sproul menekankan perlunya kehati-hatian. Menyelamatkan jiwa bukan berarti meremehkan dosa. Kasih harus disertai dengan “takut akan Tuhan,” bukan toleransi terhadap ketidakbenaran.
3. Yudas 1:24–25: Doksologi Penuh Kemuliaan
Yudas 1:24
“Bagi Dia yang berkuasa menjagamu tidak jatuh…”
Ini adalah janji utama penghiburan. Di tengah dunia yang berbahaya, Allah mampu menjaga umat-Nya dari kejatuhan. Dalam teologi Reformed, ini dikenal sebagai doktrin ketekunan orang kudus (perseverance of the saints).
Louis Berkhof:
“Allah bukan hanya menyelamatkan, tetapi juga memelihara umat-Nya dalam keselamatan sampai akhir.”
Janji bahwa Allah akan “menghadirkan kita tanpa cacat” menyatakan bukan hanya pengampunan tetapi pembenaran total dan kemuliaan akhir. Ini menunjukkan tujuan akhir dari penebusan: sukacita di hadapan kemuliaan Allah.
Yudas 1:25
“Bagi satu-satunya Allah… melalui Kristus Yesus… kemuliaan… selama-lamanya.”
John MacArthur (meski bukan teolog Reformed klasik, tetapi konservatif dalam eksposisi):
“Doksologi ini adalah pengakuan bahwa seluruh kehidupan Kristen, mulai dari awal hingga akhir, adalah karena Allah, melalui Kristus, oleh kuasa-Nya.”
Teologi Reformed menekankan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah. Lima sola Reformasi ditutup dengan: Soli Deo Gloria — hanya bagi Allah kemuliaan.
4. Tema Teologis Utama
a. Ketekunan Orang Kudus
Yudas menekankan bahwa tanggung jawab manusia dan pemeliharaan Allah berjalan bersama. Orang percaya dipanggil untuk membangun diri dalam iman, dan Allah yang berkuasa menjaga agar kita tidak jatuh. Ini adalah kombinasi doktrin dan disiplin rohani.
b. Kasih Karunia yang Aktif
Kasih bukan pasif. Orang percaya dipanggil untuk menunjukkan belas kasihan, menyelamatkan sesama, dan membenci dosa sambil tetap mengasihi jiwa mereka.
c. Eskatologi dan Pengharapan
“Rahmat Kristus yang menuntun kepada hidup kekal” adalah pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Bagi teologi Reformed, ini memperkuat bahwa hidup Kristen bukan hanya kini, tetapi mengarah ke kemuliaan kekal.
5. Aplikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini
1. Bangun Diri di Atas Iman Sejati
-
Gereja tidak boleh mengandalkan pengalaman lama.
-
Harus terus menumbuhkan iman melalui Firman dan pengajaran yang benar.
2. Berdoa dalam Roh Kudus
-
Doa bukan rutinitas, melainkan keterlibatan hati yang dipimpin Roh.
-
Gereja harus menghidupi kehidupan doa yang sejati, tidak dangkal atau ritualistik.
3. Tinggal dalam Kasih Allah
-
Kasih Allah bukan teori, tetapi hidup dalam relasi dengan Dia.
-
Ini juga berarti menjaga kekudusan hidup.
4. Menjangkau Mereka yang Ragu dan Tersesat
-
Gereja Reformed perlu lebih pastoral.
-
Harus ada ruang untuk mereka yang jatuh dan ragu.
5. Memuji Allah yang Menjaga
-
Ibadah kita harus doksologis: mengarah kepada kemuliaan Allah.
-
Doksologi bukan penutup ibadah, melainkan inti kehidupan Kristen.
Penutup
Yudas 1:20–25 adalah peringatan sekaligus penghiburan. Di tengah dunia yang semakin kacau, penulis Yudas tidak menawarkan pelarian, tetapi panggilan untuk berdiri teguh, hidup kudus, dan menunjukkan kasih yang aktif.
Bagi teologi Reformed, ayat-ayat ini merangkum injil dalam bentuk padat:
-
Allah mengasihi kita,
-
memanggil kita untuk bertumbuh,
-
menjaga kita dari kejatuhan,
-
dan akan menghadirkan kita dalam kemuliaan-Nya.
Dan untuk semua itu, hanya satu respons yang layak: kemuliaan hanya bagi Allah, melalui Kristus Yesus, selama-lamanya.