Ketulusan dalam Pelayanan: 2 Korintus 12:17-18

Ketulusan dalam Pelayanan: 2 Korintus 12:17-18

Pendahuluan

Dalam dunia pelayanan modern yang semakin kompleks, tuduhan-tuduhan tentang manipulasi, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan sering menjadi batu sandungan bagi Injil. Namun tuduhan seperti ini bukanlah hal baru. Bahkan Rasul Paulus pun mengalaminya di tengah pelayanannya kepada jemaat di Korintus. Dalam 2 Korintus 12:17-18, kita menemukan pembelaan Paulus yang kuat dan jujur atas tuduhan bahwa ia telah memanfaatkan jemaat untuk keuntungan pribadi.

Artikel ini akan mengupas secara ekspositori kedua ayat tersebut dalam terang teologi Reformed, sambil menggali pemikiran dari beberapa teolog besar dan menerapkannya ke konteks gereja masa kini. Kita akan melihat bagaimana ketulusan dalam pelayanan bukan hanya bersifat etis, tetapi juga teologis.

Bagian I: Konteks Surat 2 Korintus

1. Latar Belakang

Surat 2 Korintus ditulis sebagai respons terhadap berbagai permasalahan yang muncul di jemaat Korintus, termasuk keberadaan "rasul-rasul palsu" yang menyerang otoritas dan integritas pelayanan Paulus. Sebagian dari mereka menuduh Paulus sebagai orang yang tidak konsisten dan bahkan mengambil keuntungan dari jemaat.

Dalam pasal 12, Paulus menegaskan bahwa pelayanannya dilakukan tanpa mencari keuntungan pribadi, dan bahkan ia menghindari beban finansial dari jemaat itu demi menjaga integritas Injil. Ayat 17-18 menjadi puncak argumen moral dan spiritualnya.

Bagian II: Eksposisi 2 Korintus 12:17

"Apakah aku mengambil keuntungan darimu melalui orang-orang yang kuutus kepadamu?"

Pertanyaan retoris ini menunjukkan tuduhan yang ditujukan kepada Paulus: bahwa ia memanfaatkan utusan-utusannya untuk mengeruk keuntungan dari jemaat Korintus. Tetapi gaya bahasa yang dipakai Paulus jelas mengindikasikan bahwa ia menolak keras tuduhan tersebut.

Tafsir Teologi Reformed

John Calvin dalam komentarnya menegaskan bahwa Paulus “menunjukkan bahwa pelayan Tuhan yang sejati tidak akan pernah mencari keuntungan duniawi dari pelayanan mereka.” Menurut Calvin, ini adalah ekspresi dari karakter pelayanan yang sejati—bebas dari cinta uang dan penuh dedikasi pada Kristus dan umat-Nya.

R.C. Sproul menggarisbawahi bahwa dalam pelayanan Kristiani, integritas moral bukan tambahan, tetapi dasar. Ketika Paulus membela dirinya, ia melakukannya bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi menjaga kemurnian Injil.

Bagian III: Eksposisi 2 Korintus 12:18

"Aku mendesak Titus untuk pergi dan mengutus saudara kami untuk pergi bersamanya. Apakah Titus mengambil keuntungan darimu? Apakah kami tidak berjalan dalam roh yang sama dan berjalan dalam tapak-tapak yang sama?"

Makna Relasional dan Kolaboratif

Paulus menjelaskan bahwa ia tidak bekerja sendiri. Titus dan "saudara" yang menyertainya adalah pelayan-pelayan yang bekerja dalam kesatuan roh dan prinsip. Ini penting karena Paulus menunjukkan bahwa bukan hanya dirinya yang hidup dengan integritas, tetapi juga seluruh tim pelayanannya.

Charles Hodge dalam komentarnya menulis, “Salah satu ciri pelayanan sejati adalah kesatuan dalam motivasi dan arah.” Hodge menekankan bahwa orang-orang yang hidup dalam Roh akan menghasilkan buah Roh yang sama: kasih, kesetiaan, dan ketulusan.

Etika Pelayanan dalam Perspektif Reformed

Dalam pandangan Reformed, pelayanan bukanlah profesi untuk mencari keuntungan, melainkan panggilan kudus yang bertujuan untuk memuliakan Allah dan membangun tubuh Kristus. Dengan menyebut bahwa mereka "berjalan dalam roh yang sama", Paulus menggarisbawahi bahwa integritas pelayanan bersumber dari kuasa Roh Kudus, bukan sekadar niat baik manusia.

Bagian IV: Penilaian dari Para Pakar Reformed

1. John Calvin: Pelayanan Bebas dari Kepentingan Pribadi

Calvin menekankan bahwa seorang pelayan Tuhan harus rela menanggung penderitaan dan kehilangan hak-hak duniawi demi kemuliaan Kristus. Dalam kasus Paulus, Calvin menilai bahwa penghindaran terhadap bantuan finansial dari jemaat Korintus adalah bukti pengabdian yang murni.

"Lebih baik dituduh lemah daripada menodai Injil dengan mencari keuntungan pribadi." – John Calvin

2. Charles Spurgeon: Teladan Titus

Spurgeon memuji semangat Titus yang juga tidak mengambil keuntungan. Ia menyatakan bahwa “pekerja Injil sejati akan bersikap seperti Tuhannya—yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.” Dalam pelayanan Reformed, teladan seperti Titus menjadi bukti bahwa integritas bisa dipelihara walau dalam konteks gereja yang kompleks.

3. R.C. Sproul: Roh yang Sama, Jalan yang Sama

Sproul menyoroti frasa “roh yang sama dan tapak yang sama” sebagai fondasi pelayanan yang sehat. Bukan hanya pengajaran yang harus selaras, tetapi juga semangat dan gaya hidup. Dalam eklesiologi Reformed, kesatuan roh sangat penting untuk menjaga kesaksian gereja.

Bagian V: Aplikasi dalam Konteks Gereja Masa Kini

1. Membangun Pelayanan yang Transparan

Dalam zaman modern yang penuh kecurigaan, gereja perlu menegakkan standar transparansi yang tinggi. Paulus tidak hanya mempertanggungjawabkan tindakannya, tetapi juga tindakan para pemimpin lainnya. Ini adalah prinsip akuntabilitas dalam tubuh Kristus.

2. Integritas Sebagai Kesaksian

Integritas bukan hanya soal etika, tapi juga merupakan bagian dari kesaksian Injil. Ketika gereja gagal menjaga integritas, maka nama Kristus dicemarkan. Seperti Paulus, para pemimpin gereja masa kini dipanggil untuk hidup terbuka dan jujur, bahkan saat difitnah.

3. Kesatuan Roh dan Tujuan dalam Pelayanan

Kerjasama dalam pelayanan tidak hanya tentang strategi, tapi juga tentang kesamaan visi dan spiritualitas. Gereja yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berjalan dalam kasih, bukan dalam ambisi pribadi.

Bagian VI: Penutup dan Refleksi

Dalam 2 Korintus 12:17-18 yang tampak singkat ini, kita melihat prinsip-prinsip penting dari pelayanan Kristiani:

  • Pelayanan harus bersih dari kepentingan pribadi.

  • Pelayanan dijalankan dalam kesatuan Roh dan kesamaan tujuan.

  • Pembelaan terhadap integritas bukan demi harga diri, tetapi demi kesaksian Injil.

  • Pemimpin gereja perlu menjaga moral dan etika bukan hanya secara pribadi, tetapi juga dalam tim pelayanan.

Paulus, dalam integritasnya, memberikan teladan bahwa pelayanan adalah soal ketulusan, kesatuan, dan pengorbanan. Ketika gereja meneladani prinsip ini, maka nama Tuhan akan dimuliakan dan Injil akan diberitakan tanpa cela.

Doa Penutup

Tuhan yang kudus, Engkau memanggil kami untuk melayani-Mu dalam kekudusan dan kebenaran. Tolong kami agar seperti Paulus dan Titus, kami tidak mencari keuntungan dari pelayanan, tetapi melakukannya demi kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Penuhilah kami dengan Roh-Mu agar kami berjalan dalam tapak yang sama, demi kemuliaan nama-Mu. Amin.

Next Post Previous Post