Melkisedek: Gambar Kristus yang Kekal – Ibrani 7:3
.jpg)
“Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan; dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.”— Ibrani 7:3 (TB)
Pendahuluan: Melkisedek, Sosok Misterius dalam Rencana Allah
Ibrani 7:3 adalah salah satu ayat paling unik dan misterius dalam seluruh Alkitab. Ayat ini berbicara tentang Melkisedek, tokoh yang hanya disebut secara singkat dalam Kejadian 14 dan Mazmur 110, namun mendapat sorotan penuh dalam surat Ibrani sebagai gambaran dari Kristus.
Dalam tradisi teologi Reformed, Ibrani 7:3 digunakan untuk:
-
Menunjukkan keimaman kekal Kristus
-
Menjelaskan bagaimana Perjanjian Baru melampaui keimaman Lewi
-
Menyatakan supremasi Kristus sebagai Imam dan Raja
Artikel ini akan mengeksplorasi makna ayat ini secara mendalam melalui pendekatan teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
I. Teks dan Latar Belakang Ibrani 7:3
Melkisedek pertama kali muncul dalam Kejadian 14:18-20 sebagai raja Salem dan imam Allah yang Mahatinggi yang memberkati Abraham. Dalam Mazmur 110:4, dia disebut sebagai model keimaman Mesias:
“Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”
Ibrani 7 membangun argumen bahwa Yesus adalah Imam Besar bukan menurut hukum Musa, tetapi menurut peraturan Melkisedek, yang melampaui keimaman Lewi.
II. Eksposisi Frasa demi Frasa Ibrani 7:3
A. “Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah...”
Ungkapan ini tidak berarti Melkisedek secara literal tidak memiliki orang tua, melainkan penekanan pada narasi Kejadian yang tidak mencatat silsilahnya.
John Calvin:
“Penulis Ibrani tidak menyatakan bahwa Melkisedek adalah makhluk ilahi, tetapi karena tidak dicatat silsilahnya, maka secara tipologis ia digambarkan sebagai figur kekal.”
Dalam tradisi Yahudi, silsilah adalah penting — khususnya untuk jabatan imam. Fakta bahwa Melkisedek tidak memiliki silsilah menunjukkan bahwa keimamatannya bersifat unik dan tidak diwariskan.
B. “Harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan...”
Ini bukan berarti Melkisedek abadi secara esensial, melainkan secara fungsi naratif dan tipologis, ia menyerupai Kristus, Imam Kekal.
Louis Berkhof:
“Melkisedek adalah bayangan dari Kristus. Ketidakterbatasan waktu yang ditampilkan bukan kualitas dirinya sendiri, tetapi representasi dari keimaman yang kekal dalam Kristus.”
C. “...dijadikan sama dengan Anak Allah”
Perhatikan bahwa Melkisedek bukanlah Anak Allah, tetapi dijadikan sama. Artinya, ia adalah tipe (tipos) dari Kristus — gambar atau bayangan yang menunjuk pada realitas yang lebih besar, yaitu Yesus Kristus sendiri.
Herman Bavinck:
“Dalam seluruh sejarah penyelamatan, Allah menempatkan tanda dan figur yang menunjuk kepada Mesias. Melkisedek adalah tipe dari Kristus sebagai Raja dan Imam dalam satu pribadi.”
D. “Ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya”
Keimaman Lewi bersifat sementara, terikat pada umur dan keturunan. Tapi keimaman Melkisedek tidak memiliki awal dan akhir — suatu simbol yang sempurna bagi keimaman kekal Yesus Kristus.
R.C. Sproul:
“Imam-imam Lewi mati, diganti, lalu dilupakan. Tapi Kristus tetap menjadi Imam. Melkisedek adalah cerminan sementara dari permanennya peran Yesus.”
III. Teologi Reformed: Kristus sebagai Imam Kekal
A. Kristus sebagai Penggenapan Keimaman Melkisedek
Keimaman Kristus tidak datang melalui garis keturunan Lewi, tetapi dari Allah langsung. Seperti Melkisedek, Yesus adalah Imam yang juga Raja, yang tidak pernah bisa dilakukan oleh imam Lewi.
Westminster Confession of Faith (VIII.1) menyatakan:
“Kristus sebagai Pengantara, dalam natur manusia-Nya, dipanggil menjadi Imam, bukan menurut keturunan Lewi, tetapi menurut ketetapan Allah yang kekal.”
B. Superioritas Keimaman Kristus
Ibrani 7 menegaskan bahwa keimaman Yesus lebih tinggi karena:
-
Tidak bersifat sementara
-
Tidak membutuhkan persembahan harian
-
Berdasarkan sumpah Allah (Mazmur 110:4)
Louis Berkhof:
“Keimaman Kristus membawa realitas, bukan hanya bayangan. Ia mempersembahkan diri-Nya satu kali untuk selama-lamanya.”
C. Implikasi Inkarnasi dan Kekekalan Kristus
Yesus bukan sekadar manusia besar atau figur sejarah. Ibrani 7:3 menegaskan kekekalan Anak Allah, dan melalui inkarnasi, Ia menjadi Imam Besar yang sempurna.
Herman Bavinck:
“Kristus adalah Imam yang mengenal kelemahan kita karena Ia adalah manusia; namun juga sempurna karena Ia adalah Allah. Tidak ada perantara lain yang bisa menyamai-Nya.”
IV. Aplikasi Praktis dari Ibrani 7:3
A. Jaminan Kekal bagi Orang Percaya
Kristus sebagai Imam kekal berarti:
-
Kita tidak membutuhkan imam manusia sebagai perantara
-
Kita memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 4:16)
-
Kita tidak pernah kehilangan pengantara kita
B. Pengharapan di Tengah Dunia yang Berubah
Keimaman Yesus tidak terguncang oleh politik, budaya, atau zaman. Ini memberi ketenangan rohani karena Imam kita:
-
Tidak mati
-
Tidak berubah
-
Tidak mengecewakan
C. Menolak Sistem Agama yang Menggantikan Peran Kristus
Teologi Reformed menolak praktik-praktik gereja yang menempatkan manusia sebagai “perantara” seperti imam atau santo. Ibrani 7:3 menunjukkan bahwa hanya Yesus yang adalah Imam kekal dan satu-satunya perantara antara manusia dan Allah (1 Timotius 2:5).
V. Kesimpulan: Figur Misterius, Realitas Kekal
Ibrani 7:3 adalah pernyataan monumental tentang kekekalan dan keimaman Kristus. Melkisedek, meskipun hanya muncul sebentar dalam sejarah, menjadi tipologi yang mendalam tentang:
-
Keimaman yang tidak terbatas oleh waktu
-
Kesempurnaan perantara surgawi
-
Raja dan Imam dalam satu pribadi
Teologi Reformed menegaskan bahwa hanya dalam Yesus kita menemukan:
-
Pengampunan melalui korban sempurna
-
Syafaat yang kekal
-
Jalan langsung menuju hadirat Allah