Roma 10:1-3: Kebenaran Allah dan Kebenaran Diri Sendiri
.jpg)
I. Pendahuluan: Ketegangan Antara Semangat Religius dan Kebenaran Injil
Dalam surat Roma 10:1-3 adalah bagian dari argumentasi Paulus mengenai penolakan Israel terhadap Injil. Paulus, sebagai orang Yahudi yang dipanggil menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain, merasakan kesedihan mendalam karena banyak dari bangsanya menolak Yesus sebagai Mesias. Di sini kita melihat ketegangan klasik antara semangat religius yang salah arah dan kebenaran ilahi yang diwahyukan dalam Injil.
Teologi Reformed menempatkan ayat-ayat ini sebagai inti dari perbedaan antara keselamatan berdasarkan iman versus usaha manusia melalui perbuatan hukum Taurat.
II. Eksposisi Ayat per Ayat
Roma 10:1 – Doa Paulus untuk Keselamatan Israel
“Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Allah untuk mereka adalah supaya mereka diselamatkan.”
1. Empati Seorang Penginjil
Paulus bukan seorang teolog kaku tanpa kasih. Ia adalah contoh dari integrasi antara kebenaran doktrinal dan kasih yang aktif. John Calvin menulis:
“Meskipun Paulus tahu bahwa sebagian besar Israel adalah bejana murka, ia tidak menyerah untuk berdoa bagi mereka. Ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menghakimi, tetapi dengan rendah hati berdoa bagi keselamatan sesama.”
2. Implikasi Reformed: Doa dan Pemilihan
Dalam kerangka Reformed, fakta bahwa keselamatan adalah hasil pemilihan Allah tidak berarti bahwa doa menjadi tidak berguna. Justru, doa adalah sarana yang ditetapkan Allah untuk menggenapi kehendak-Nya.
“Allah menetapkan tujuan dan sarana. Doa orang benar digunakan-Nya sebagai saluran untuk mewujudkan keselamatan.” – R.C. Sproul
Roma 10:2 – Semangat Tanpa Pengertian
“Aku dapat bersaksi untuk mereka bahwa mereka memiliki semangat untuk Allah, tetapi tidak berdasarkan pada pengertian.”
1. Semangat yang Tidak Menyelamatkan
Israel menunjukkan kesungguhan dalam beragama—mereka setia pada hukum, tradisi, dan ibadah. Namun, Paulus mengatakan bahwa semangat tanpa kebenaran adalah sia-sia. Dalam istilah Reformed, ini menyentuh pada total depravity: manusia tidak hanya tersesat secara moral, tetapi juga dalam pengertian rohani.
2. Tafsiran Matthew Henry
Henry menjelaskan bahwa “semangat” tidak sama dengan “kebenaran.”
“Kesalahan terbesar adalah ketika seseorang yakin bahwa ia benar secara rohani, padahal ia telah menolak jalan keselamatan yang Allah sediakan.”
3. Aplikasi Gereja Masa Kini
Banyak orang hari ini aktif beragama—beribadah, bersosial, bahkan berderma. Namun, pertanyaan utamanya: apakah semangat itu berakar pada pengertian yang benar akan Injil Kristus?
Roma 10:3 – Kebenaran Allah vs. Kebenaran Sendiri
“Sebab, mereka tidak peduli dengan kebenaran yang datang dari Allah dan berusaha menegakkan kebenaran mereka sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Allah.”
1. Kebenaran Allah: Diberikan, Bukan Diusahakan
Dalam teologi Reformed, “kebenaran Allah” bukanlah karakter Allah semata, tetapi kebenaran yang diberikan kepada orang berdosa melalui iman kepada Kristus (lih. Roma 1:17). Ketika Israel menolak kebenaran ini dan mencoba “menegakkan kebenaran sendiri,” mereka memilih jalur hukum dan usaha manusia.
John MacArthur menyatakan:
“Inilah kesalahan mendasar semua agama buatan manusia: menolak anugerah Allah dan mencoba membuktikan kelayakan sendiri.”
2. Tidak Tunduk kepada Kebenaran Allah
Penolakan terhadap Injil bukan karena kurang bukti, tetapi karena hati yang tidak mau tunduk. Ini mencerminkan doktrin Reformed tentang kebutaan rohani (2 Korintus 4:4) dan perlunya regenerasi oleh Roh Kudus.
R.C. Sproul menyimpulkan:
“Tidak ada satu pun manusia yang secara alamiah bersedia tunduk pada Injil. Butuh karya supranatural dari Roh Kudus untuk membuka hati dan mengarahkan kepada Kristus.”
III. Perspektif Teolog Reformed Terhadap Roma 10:1-3
1. John Calvin
Calvin melihat ayat ini sebagai teguran halus tetapi serius terhadap orang-orang Yahudi. Mereka memiliki pengabdian, tetapi gagal mengenal Kristus.
“Tanpa pengetahuan yang benar, semangat religius justru menjadi penghalang keselamatan.”
2. R.C. Sproul
Sproul menekankan pentingnya kebenaran objektif dari Allah. Ia menyebut kebenaran yang berasal dari manusia sebagai “ilusi moral.” Keselamatan adalah anugerah murni, bukan hasil usaha diri.
3. Sinclair Ferguson
Ferguson menyatakan bahwa ayat ini adalah refleksi jelas antara ordo salutis Reformed: Allah lebih dahulu bertindak melalui pewahyuan kebenaran-Nya dan bukan manusia yang mencari kebenaran.
4. John MacArthur
MacArthur menegaskan bahwa semangat religius tanpa pengertian adalah seperti lampu sorot tanpa arah. Terang itu ada, tetapi tidak mengenai sasaran. Hanya Injil yang dapat mengarahkan orang pada keselamatan sejati.
IV. Aplikasi Pastoral dan Praktis
1. Pentingnya Penginjilan dengan Hati yang Terbakar
Paulus mengasihi bangsanya. Dalam pelayanan kita, kita perlu meniru semangat ini—memberitakan Injil bukan karena kewajiban, tetapi karena hati yang dipenuhi kasih terhadap orang-orang yang tersesat.
2. Waspadai Semangat Religius Tanpa Injil
Banyak gereja atau individu bisa terlihat rohani tetapi kehilangan inti Injil. Jangan tertipu oleh aktivitas spiritual yang tidak bertumpu pada kebenaran anugerah Allah dalam Kristus.
3. Kebenaran Injil Harus Dikenal dan Dihayati
Gereja Reformed harus terus mengajarkan bahwa kebenaran dari Allah bukan sesuatu yang dibangun melalui moralitas, tetapi diterima melalui iman oleh kasih karunia.
V. Perbandingan dengan Ajaran Lain
Teologi Reformed menekankan bahwa manusia tidak memiliki kebenaran dalam dirinya yang cukup untuk mendapatkan keselamatan. Berbeda dengan ajaran yang mengatakan bahwa "semua agama sama", Paulus menegaskan bahwa hanya kebenaran yang datang dari Allah melalui Kristus yang menyelamatkan.
VII. Kesimpulan: Kristus sebagai Kebenaran Allah
Roma 10:1-3 adalah bagian penting yang membedakan Injil dari semua sistem religius. Injil tidak mengajarkan bahwa kita harus membangun kebenaran kita sendiri, tetapi menerima kebenaran yang telah Allah sediakan dalam pribadi Kristus. Teologi Reformed dengan tegas menyatakan bahwa keselamatan adalah oleh anugerah, melalui iman, bukan hasil usaha sendiri.
Sebagaimana Paulus berdoa untuk keselamatan bangsanya, kita juga dipanggil untuk:
-
Berdoa bagi orang yang belum percaya
-
Menyampaikan Injil dengan kasih
-
Menyadari bahaya dari semangat tanpa pengertian
-
Menundukkan diri pada kebenaran Allah, bukan pada rasa benar sendiri