Kisah Para Rasul 1:15-20: Pemilihan Pengganti Yudas dan Peneguhan Kedaulatan Allah
.jpg)
I. Pendahuluan: Krisis Kepemimpinan dan Kedaulatan Ilahi
Pasal pertama kitab Kisah Para Rasul 1:15-20 menggambarkan transisi antara pelayanan Yesus secara fisik dengan pelayanan gereja awal yang dipimpin oleh Roh Kudus. Salah satu momen penting adalah pengangkatan pengganti Yudas Iskariot. Dalam hal ini, Petrus berdiri sebagai juru bicara, menjelaskan bahwa kematian Yudas telah dinubuatkan dan bahwa tempatnya harus diisi kembali.
Menurut teologi Reformed, bagian ini menyoroti dua hal penting:
-
Kedaulatan Allah dalam pemilihan dan penolakan.
-
Otoritas Kitab Suci sebagai dasar tindakan gerejawi.
II. Eksposisi Ayat per Ayat
1. Kisah Para Rasul 1:15 – Kepemimpinan Petrus dan Komunitas Awal
“Pada hari-hari itu, Petrus berdiri di antara saudara-saudara seiman (orang banyak kira-kira seratus dua puluh jumlahnya), dan berkata...”
Tafsiran Reformed
John Calvin mencatat bahwa Petrus tidak bertindak berdasarkan ambisi pribadi, tetapi diilhami oleh pemahaman akan Kitab Suci dan kebutuhan komunitas. Fakta bahwa hanya 120 orang hadir menunjukkan bahwa gereja pada awalnya sangat kecil, tetapi kepemimpinan dan kesatuan mereka menjadi dasar ekspansi ke seluruh dunia.
2. Kisah Para Rasul 1:16 – Kitab Suci Harus Digenapi
“Kitab Suci harus digenapi, yang telah dikatakan sebelumnya oleh Roh Kudus melalui mulut Daud tentang Yudas...”
A. Inspirasi Alkitab
Pernyataan bahwa Roh Kudus berbicara “melalui mulut Daud” menjadi bukti utama dalam teologi Reformed tentang inspirasi ilahi dari Kitab Suci.
“Kitab Suci tidak berasal dari kehendak manusia, tetapi dari Roh Kudus. Petrus di sini menegaskan otoritas kitab Mazmur sebagai firman Allah.” – R.C. Sproul
B. Nubuatan dan Penggenapan
Yudas tidak mengejutkan Allah. Ia adalah alat dalam rencana Allah untuk penebusan. Namun, tanggung jawab moral tetap melekat padanya. Dalam Reformed theology, ini adalah contoh harmoni antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.
3. Kisah Para Rasul 1:17 – Yudas Terhitung di Antara Mereka
“Sebab, ia terhitung di antara kita dan memperoleh bagian dalam pelayanan ini.”
A. Iman yang Tampak vs. Iman yang Sejati
Yudas pernah dipilih, bahkan menjalankan pelayanan. Tapi ia bukan orang yang diselamatkan. Ini memperkuat doktrin Reformed tentang iman sejati dan elect vs. visible church.
“Banyak yang kelihatan bagian dari gereja, tetapi tidak memiliki bagian dalam Kristus.” – John Owen
4. Kisah Para Rasul 1:18-19 – Nasib Tragis Yudas dan Tanah Darah
“...membeli tanah... bagian tengah tubuhnya pecah... tanah itu disebut Hakal-Dama...”
A. Penghakiman atas Dosa
Teologi Reformed melihat ini sebagai contoh konsekuensi tragis dari pengkhianatan. Yudas adalah contoh penggenapan Amsal 14:12: “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya maut.”
B. Kedaulatan Allah di Balik Tragedi
Meskipun tindakan Yudas jahat, Allah memakainya untuk penggenapan rencana-Nya. Ini menggemakan prinsip providence: Allah memerintah bahkan atas dosa manusia untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
“Allah tidak menyebabkan dosa, tetapi Ia mengizinkan dan menatanya demi rencana keselamatan yang kekal.” – John Frame
5. Kisah Para Rasul 1:20 – Rujukan Mazmur sebagai Dasar Tindakan
“...tertulis dalam Mazmur... biarlah yang lainnya mengambil jabatannya.”
A. Otoritas Alkitab untuk Praktik Gereja
Petrus mengutip Mazmur 69:25 dan 109:8 sebagai dasar penggantian Yudas. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya otoritas untuk doktrin dan praktik gereja (sola Scriptura).
B. Pemulihan Struktur Pelayanan
Dua belas rasul melambangkan dua belas suku Israel. Penggantian Yudas menunjukkan pentingnya melanjutkan struktur yang ditetapkan oleh Kristus.
III. Pandangan Beberapa Teolog Reformed
1. John Calvin
Calvin menekankan kedaulatan Allah dalam pemilihan dan penolakan. Ia mengutip bahwa walau Yudas adalah bagian dari pelayanan, hatinya tidak pernah bertobat. Calvin juga menegaskan bahwa tindakan Petrus sah karena didasarkan pada Kitab Suci.
2. Matthew Henry
Henry mengomentari bahwa kisah Yudas adalah peringatan bagi semua orang yang tampak saleh di luar, tetapi kosong di dalam. Ia juga memuji teladan Petrus dalam menyelesaikan krisis berdasarkan firman Allah.
3. R.C. Sproul
Sproul menyatakan bahwa peristiwa ini menyoroti pentingnya fondasi gereja yang kudus dan tertib. Ia juga menekankan bahwa Alkitab cukup untuk mengarahkan keputusan strategis gereja.
4. John MacArthur
MacArthur melihat bahwa tindakan Petrus adalah awal dari penyusunan ulang gereja untuk menyambut karya besar Roh Kudus di Kisah 2. Kepemimpinan gereja harus dibangun bukan atas dasar pragmatisme, tapi prinsip Kitab Suci.
IV. Aplikasi Praktis dalam Gereja Masa Kini
1. Disiplin Gerejawi yang Alkitabiah
Yudas adalah peringatan bahwa tidak semua orang dalam pelayanan memiliki hati yang murni. Gereja harus menjaga integritas pelayanannya dengan menilai berdasarkan buah kehidupan dan doktrin.
2. Mengambil Keputusan Berdasarkan Firman
Petrus tidak membuat keputusan berdasarkan emosi atau tradisi, tetapi menggali prinsip dari Mazmur. Gereja masa kini pun harus terus menerapkan prinsip sola Scriptura dalam pengambilan keputusan.
3. Mengandalkan Kedaulatan Allah dalam Krisis
Kematian Yudas tidak menghentikan misi gereja. Allah memelihara pelayanan-Nya bahkan melalui kegagalan manusia. Ini memberi pengharapan bahwa Allah tetap memimpin meski manusia gagal.
V. Relevansi Teologis untuk Teologi Reformed
A. Sola Scriptura
Seluruh tindakan Petrus berdasarkan firman Tuhan, bukan impresi pribadi atau kebiasaan.
B. Providensi Allah
Tragedi Yudas digunakan Allah untuk menyusun gereja-Nya dan menyatakan rencana penebusan.
C. Total Depravity
Yudas memperlihatkan bahwa bahkan dalam pelayanan, hati yang tidak dibaharui dapat jatuh dalam dosa besar.
D. Kedaulatan dan Pemilihan
Allah memilih yang menggantikan Yudas. Tidak ada kesalahan dalam pemilihan-Nya, dan yang sejati akan bertahan.
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 1:15–20 bukan sekadar catatan historis, tetapi wahyu Allah tentang bagaimana gereja harus dibangun: di atas kebenaran firman, kedaulatan ilahi, dan pemurnian rohani. Dalam terang teologi Reformed, bagian ini menunjukkan:
-
Keseriusan dosa, bahkan di dalam pelayanan.
-
Kemurnian gereja harus dijaga.
-
Kebenaran Alkitab sebagai penuntun tertinggi dalam semua aspek kehidupan rohani.
Yudas adalah contoh tragis dari pelayanan tanpa iman, sedangkan tindakan Petrus mencerminkan pemuridan yang sejati: bertindak berdasarkan Kitab Suci, dalam ketundukan kepada kehendak Allah.