Apakah Tritunggal Terpecah di Kayu Salib?
.jpg)
Pendahuluan: Misteri Salib dan Relasi Tritunggal
Salah satu pertanyaan teologis paling dalam dalam doktrin penebusan adalah: “Apakah Tritunggal terpecah di kayu salib?”. Pertanyaan ini biasanya muncul ketika seseorang membaca seruan Yesus di salib:
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”(Matius 27:46, Markus 15:34)
Apakah ini berarti ada perpecahan dalam relasi ilahi antara Allah Bapa dan Allah Anak? Apakah esensi Tritunggal retak pada momen penyaliban? Atau apakah ini bentuk ekspresi lain dari penderitaan penebusan?
Dalam artikel ini, kita akan mengupas pertanyaan tersebut secara mendalam dari sudut pandang teologi Reformed, dengan melibatkan eksposisi Alkitab, kutipan dari teolog besar seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Michael Horton, dan J.I. Packer, serta jawaban berdasarkan pengakuan iman Reformed.
I. Eksposisi Matius 27:46 dan Mazmur 22:1
Yesus mengutip Mazmur 22:1, seruan Daud di tengah penderitaan, yang kemudian dikenali sebagai mazmur Mesianik. Ini bukan sekadar ungkapan keputusasaan, melainkan kesatuan pengalaman Yesus dengan penderitaan umat manusia yang paling dalam.
John Calvin menjelaskan bahwa Yesus “mengalami rasa keterpisahan dari Allah, bukan karena adanya retakan dalam Tritunggal, tetapi karena Dia menanggung murka Allah sebagai wakil orang berdosa.”
II. Apakah Tritunggal Bisa Pecah?
1. Tritunggal Bersifat Kekal dan Tidak Terbagi
Teologi Reformed menegaskan bahwa:
-
Allah adalah satu esensi dalam tiga pribadi
-
Ketiga pribadi tidak bertentangan, tidak berubah (immutabel), dan selalu bersatu
-
Tidak ada diskontinuitas ontologis di dalam relasi Allah Tritunggal, bahkan saat penyaliban
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics:
“Tritunggal tidak berubah pada salib. Hubungan kekal antara Bapa dan Anak tetap utuh, meski relasi ekonomi dalam rencana penebusan dijalankan melalui penderitaan.”
2. Pembagian Relasi Ekonomi dan Ontologis
Dalam teologi Reformed, ada dua cara kita memahami Tritunggal:
-
Ontologis: siapa Allah dalam diri-Nya – relasi kekal antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus
-
Ekonomis: bagaimana Allah bertindak dalam sejarah keselamatan
Saat Yesus di kayu salib, relasi ekonomis mengalami penderitaan, bukan relasi ontologis. Allah Anak tidak berhenti menjadi Allah, tidak pernah “terpisah” dari Bapa dalam esensi.
R.C. Sproul:
“Yesus tidak berhenti menjadi bagian dari Tritunggal. Tapi Ia mengalami pengabaian hukum dari Bapa, bukan pengabaian ontologis.”
III. Apa yang Terjadi di Kayu Salib?
1. Yesus Menanggung Murka Allah
Dalam teologi Reformed, penebusan dilakukan melalui substitusi penal – Yesus menggantikan kita dalam menerima hukuman atas dosa.
Yesaya 53:10 – “TUHAN berkehendak meremukkan Dia dengan penderitaan…”
2. Penghukuman yang Bersifat Hukum, Bukan Relasional
Bapa “meninggalkan” Anak bukan dalam relasi kasih kekal, tetapi dalam fungsi hukum: sebagai Hakim yang menjatuhkan murka atas dosa.
Michael Horton:
“Penghukuman di kayu salib adalah pengadilan, bukan pemutusan kasih.”
Yesus mengalami abandonment (pengabaian) bukan karena Tritunggal pecah, tetapi karena Ia menjadi kutuk bagi kita (Galatia 3:13).
IV. Kesatuan Kristus dengan Bapa Tidak Pernah Terputus
1. Yohanes 10:30 – “Aku dan Bapa adalah satu”
Kebersatuan Kristus dan Bapa adalah kekal. Tidak ada satu titik pun ketika mereka tidak bersatu dalam esensi dan misi.
2. Yohanes 16:32 – “Aku tidak sendiri, sebab Bapa menyertai Aku”
Bahkan menjelang salib, Yesus mengetahui Bapa menyertai-Nya secara rohani – walau secara legal, Ia ditetapkan sebagai berdosa karena dosa kita.
J.I. Packer:
“Yesus tidak pernah terpisah dari kasih Bapa, tetapi Ia memikul rasa terpisah sebagai bagian dari penderitaan menggantikan kita.”
V. Analogi dan Pengakuan Iman
1. Analogi: Anak yang Dihukum oleh Ayahnya
Seorang anak yang dihukum oleh ayahnya bisa merasa “ditolak”, padahal sang ayah tetap mengasihinya. Di salib, Yesus merasakan keterasingan, tetapi kasih Bapa tidak pernah padam.
2. Pengakuan Iman Reformed
-
Pengakuan Westminster (11.5):
“Allah membenarkan orang berdosa bukan dengan mentransfer substansi ke dalam mereka, tetapi dengan menghitung kebenaran Kristus kepada mereka.” -
Heidelberg Catechism (tanya jawab 37):
“Ia menanggung murka Allah atas dosa umat manusia secara jasmani dan rohani.”
Kedua pengakuan ini menegaskan bahwa salib adalah tindakan penghukuman yang sah – bukan pemisahan dalam diri Allah.
VI. Apakah Bapa Membenci Anak di Kayu Salib?
Ini adalah pertanyaan yang keliru. Allah tidak pernah membenci Pribadi-Nya sendiri.
-
Yesus adalah Anak yang dikasihi (Matius 3:17)
-
Bahkan di salib, Bapa tetap mengasihi Anak
Namun, karena Yesus memikul dosa, Allah membenci dosa yang ditimpakan kepada-Nya, bukan Pribadi-Nya.
John Stott:
“Bapa membenci dosa yang ditimpakan kepada Anak-Nya, tapi Ia tetap mengasihi Pribadi-Nya.”
VII. Konsekuensi Doktrinal
1. Tritunggal adalah fondasi penebusan
Penebusan hanya mungkin karena:
-
Bapa mengutus
-
Anak menanggung
-
Roh Kudus menerapkan
Jika Tritunggal terpecah, maka penebusan batal. Tapi justru karena Tritunggal tidak pecah, penebusan itu sah dan efektif.
2. Kasih Allah Tidak Tergoyahkan
Kasih Allah dalam Tritunggal adalah kekal dan tidak berubah. Inilah dasar pengharapan kita.
Roma 8:32 – “Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri... bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu...?”
VIII. Kesimpulan: Salib Menunjukkan Persatuan Tritunggal, Bukan Perpecahan
Tritunggal tidak pernah terpecah. Yang terjadi di salib adalah:
-
Yesus mengalami pengabaian dalam dimensi hukum, bukan dalam dimensi relasional ontologis
-
Ini adalah momen teragung ketika Tritunggal bekerja serempak untuk menyelamatkan dunia
-
Allah tetap satu, tetap kudus, dan tetap mengasihi di tengah murka-Nya terhadap dosa
FAQ SEO – Pertanyaan Umum Tentang Tritunggal dan Salib
1. Apakah Tritunggal terpecah di salib?
Tidak. Dalam teologi Reformed, relasi Tritunggal tidak pernah terputus. Yang terjadi adalah penghukuman atas dosa, bukan perpecahan pribadi ilahi.
2. Mengapa Yesus berkata “Mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Yesus mengutip Mazmur 22:1, mengekspresikan penderitaan hukum dan psikologis, bukan perpecahan ilahi.
3. Apakah Bapa membenci Anak di salib?
Tidak. Allah membenci dosa yang ditimpakan kepada Anak-Nya, tapi kasih-Nya kepada Kristus tidak pernah berhenti.
4. Apakah ada perubahan dalam Tritunggal saat salib?
Tidak ada perubahan dalam esensi Tritunggal. Yang berubah adalah keadaan ekonomi Kristus sebagai manusia yang memikul dosa.