Anak Itu Bangkit Lukas 7:11–17

Anak Itu Bangkit Lukas 7:11–17

I. Pendahuluan: Kuasa Yesus atas Kematian

Kisah dalam Lukas 7:11–17 merupakan satu dari sedikit catatan dalam Injil yang menunjukkan Yesus membangkitkan orang mati secara langsung. Namun, narasi ini lebih dari sekadar mukjizat: ini adalah tanda kenabian, manifestasi belas kasihan, dan pernyataan eksplisit tentang identitas Mesias.

Melalui kejadian ini, kita melihat tiga kebenaran utama yang dijunjung tinggi dalam teologi Reformed:

  1. Yesus berkuasa penuh atas hidup dan mati (sovereignty of Christ),

  2. Anugerah Allah diberikan secara cuma-cuma (sola gratia),

  3. Kebangkitan sebagai harapan umat pilihan.

II. Teks Lukas 7:11–17 (AYT)

11 Tidak lama sesudah itu, Yesus pergi ke sebuah kota yang disebut Nain. Murid-murid-Nya dan banyak orang ikut dengan-Nya.
12 Ketika Dia mendekati pintu gerbang kota itu, lihat, ada orang mati sedang diusung, anak laki-laki tunggal ibunya yang adalah seorang janda. Dan, banyak orang dari kota itu menyertainya.
13 Ketika Tuhan melihat perempuan itu, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepadanya, dan berkata, “Jangan menangis.”
14 Lalu, Dia datang mendekat dan menyentuh usungan itu, dan orang-orang yang mengusungnya berhenti. Lalu, Dia berkata, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
15 Maka, orang mati itu duduk dan mulai berbicara. Lalu, Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, serta berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah memperhatikan umat-Nya!”
17 Dan, kabar tentang Dia tersebar ke seluruh Yudea dan seluruh daerah sekitarnya.

III. Konteks Injil Lukas

Lukas menulis Injilnya dengan tujuan memperlihatkan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua bangsa dan bahwa kasih karunia Allah melampaui batas-batas agama dan etnis Yahudi. Narasi ini muncul setelah penyembuhan hamba perwira (Lukas 7:1–10), yang menekankan iman orang non-Yahudi dan diikuti oleh kisah janda yang menderita — dua kelompok yang sering dipinggirkan, namun diperhatikan oleh Tuhan.

IV. Eksposisi Ayat per Ayat

A. Lukas 7:11–12: Kesedihan di Gerbang Kota

Yesus tiba di Nain saat rombongan pengiring kematian keluar dari kota. Ini adalah pertemuan dua prosesi:

  • Rombongan hidup (Yesus dan para murid),

  • Rombongan kematian (janda dan jenazah anaknya).

John Calvin menulis:

“Gerbang kota menjadi tempat bertemunya dua kerajaan: Kerajaan Allah yang membawa hidup dan kerajaan dunia yang berada dalam bayang-bayang maut.”

Konteks ini menyoroti keterpurukan sosial dan emosional si janda — ia tidak hanya kehilangan suami, tetapi kini juga anak laki-laki satu-satunya. Dalam masyarakat Yahudi, ini berarti tidak ada lagi perlindungan atau penghidupan baginya.

B. Lukas 7:13: Belas Kasihan Kristus

“Ketika Tuhan melihat perempuan itu, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepadanya…”

Di sinilah Lukas menggunakan istilah “σπλαγχνίζομαι” (splagchnizomai) — yaitu belas kasihan terdalam dari batin, sebuah empati ilahi yang menyentuh hati Yesus. Bagi para teolog Reformed, ini adalah manifestasi dari kasih anugerah (gracious compassion), bukan karena si janda layak dikasihani, tetapi karena karakter Allah itu sendiri penuh kasih.

R.C. Sproul menjelaskan:

“Yesus tidak pernah menunjukkan belas kasihan karena terpaksa. Ia selalu bergerak oleh kehendak bebas-Nya yang penuh kasih.”

C. Lukas 7:14–15: Firman yang Membangkitkan

Yesus menyentuh usungan, suatu tindakan yang secara budaya membuat-Nya najis (Bil. 19:11). Namun, bukannya Yesus menjadi najis, orang mati itulah yang menjadi hidup. Inilah gambaran Injil: kekudusan Kristus mengalahkan kematian.

Lalu Ia berkata, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Perhatikan bahwa:

  • Tidak ada ritual.

  • Tidak ada seruan atas nama Allah.

  • Hanya perintah langsung dari Yesus.

Jonathan Edwards menyatakan:

“Hanya Allah yang dapat berbicara kepada orang mati dan membuatnya hidup. Perintah Kristus adalah perintah penciptaan kembali.”

Dalam teologi Reformed, ini adalah ilustrasi dari regenerasi — bagaimana Allah membangkitkan jiwa yang mati dalam dosa (Efesus 2:1–5).

D. Lukas 7:16: Takut dan Kemuliaan

Respons orang banyak adalah ketakutan dan penyembahan. Mereka berkata, “Seorang nabi besar telah muncul,” dan “Allah telah memperhatikan umat-Nya.” Ini menunjukkan bahwa orang banyak mengenali dimensi ilahi dari peristiwa ini, walau belum sepenuhnya memahami bahwa Yesus adalah Allah sendiri.

Louis Berkhof melihat ini sebagai “momen teofanik,” ketika kemuliaan Allah menembus realitas manusia dan menyadarkan mereka akan kehadiran yang suci.

E. Lukas 7:17: Kabar Injil Menyebar

Setelah kebangkitan anak muda itu, kabar tentang Yesus tersebar ke seluruh Yudea. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan kasih dan kuasa Allah tidak dapat disembunyikan, dan bahwa mukjizat sejati menjadi sarana pewartaan Injil, bukan tujuan utama.

V. Teologi Reformed dalam Lukas 7:11–17

1. Kristus sebagai Sumber Hidup

Yesus bukan hanya menyampaikan kehidupan, Ia adalah kehidupan itu sendiri. Ini sejalan dengan Yohanes 11:25 – “Akulah kebangkitan dan hidup.”

Dalam Reformed Theology, Kristus adalah:

  • Sumber kehidupan rohani (regenerasi)

  • Penakluk maut

  • Pemberi anugerah yang tidak layak kita terima

2. Regenerasi: Kebangkitan Jiwa Mati

Apa yang terjadi pada anak muda di Nain adalah gambaran fisik dari realitas rohani. Dalam Efesus 2:1, Paulus menyebut kita “mati karena pelanggaran.” Maka ketika Yesus memanggil, jiwa yang mati itu dibangkitkan oleh kuasa firman.

John Owen berkata:

“Pekerjaan Roh Kudus dalam menyelamatkan jiwa tidak kurang besar dari membangkitkan orang mati.”

3. Belas Kasihan Ilahi sebagai Inisiator Keselamatan

Tidak ada permohonan dari janda, tidak ada iman yang dinyatakan, tidak ada tindakan yang dilakukan. Semuanya bermula dari belas kasihan Yesus. Ini adalah penggambaran yang kuat tentang sola gratia.

VI. Aplikasi Bagi Gereja Masa Kini

1. Menjadi Saluran Belas Kasihan

Jika Yesus tergerak oleh belas kasihan, gereja pun harus hidup dalam kasih empatik terhadap yang lemah, miskin, dan berduka. Ini bukan kasih sosial kosong, tetapi kasih yang menuntun pada Kristus.

2. Injil untuk Mereka yang Mati

Gereja harus terus memberitakan Injil kepada mereka yang “mati rohani,” percaya bahwa Firman Allah tetap berkuasa membangkitkan mereka.

3. Menyerahkan Hidup kepada Tuhan yang Berkuasa atas Maut

Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada situasi terlalu rusak, terlalu hancur, atau terlalu mati bagi kuasa Kristus. Harapan kita ada pada-Nya.

VII. Kesimpulan: Yesus, Belas Kasihan yang Membangkitkan

Lukas 7:11–17 memperlihatkan bahwa:

  • Kristus melihat penderitaan dan merespons dengan belas kasihan,

  • Ia memiliki otoritas penuh atas maut,

  • Dan melalui kuasa firman-Nya, orang mati dibangkitkan untuk menyatakan kemuliaan Allah.

Bagi kita hari ini, ini adalah panggilan untuk percaya pada Kristus yang hidup, mengandalkan belas kasihan-Nya yang besar, dan menyampaikan Injil kehidupan kepada dunia yang mati.

Next Post Previous Post