Kejadian 3:7 – Mata Mereka Terbuka: Kesadaran Dosa Pertama
.jpg)
Teks Ayat (Kejadian 3:7 AYT):
"Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka menyadari bahwa mereka telanjang. Lalu, mereka menjahit daun pohon ara dan membuat cawat."
I. Pendahuluan: Kejadian 3 sebagai Titik Balik dalam Sejarah Penebusan
Kejadian pasal 3 adalah pasal yang menjadi poros utama dalam seluruh narasi Alkitab. Di sinilah kejatuhan manusia ke dalam dosa dicatat secara historis dan teologis. Ayat 7, sebagai bagian dari narasi kejatuhan, adalah titik awal kesadaran moral manusia berdosa, bukan dalam terang kebenaran tetapi dalam terang rasa malu dan ketelanjangan spiritual.
John Calvin menyebut bagian ini sebagai “pengungkapan pertama akan hasil pahit ketidaktaatan terhadap Allah.” Ini bukan hanya soal perubahan persepsi visual, melainkan juga pergeseran spiritual yang mencerminkan rusaknya hubungan antara manusia dan Sang Pencipta.
II. Penafsiran Tekstual: Apa Arti “Mata Mereka Terbuka”?
1. Makna “Terbukalah Mata Mereka”
Dalam konteks ini, frasa "mata mereka terbuka" bukan menunjuk pada pencerahan rohani, melainkan pada peningkatan kesadaran akan kondisi moral yang jatuh. John Calvin mengomentari bahwa pembukaan mata mereka adalah ironi: “Mereka mendapatkan apa yang Iblis janjikan—pengetahuan—tetapi bukan dalam bentuk yang mereka harapkan. Mereka tidak menjadi seperti Allah, melainkan tersingkap dalam aibnya.”
Sproul menyatakan bahwa manusia mengalami apa yang ia sebut sebagai “conscience shock” — semacam trauma spiritual ketika kesucian hilang dan digantikan oleh rasa malu yang tajam.
2. “Mereka Menyadari bahwa Mereka Telanjang”
Kata “telanjang” dalam konteks ini harus dilihat bukan hanya secara fisik tetapi sebagai simbol ketelanjangan spiritual dan moral. Sebelum jatuh ke dalam dosa, ketelanjangan tidak menimbulkan rasa malu karena relasi antara manusia dan Allah berjalan dengan benar (lih. Kejadian 2:25). Namun kini, relasi itu rusak, dan ketelanjangan menjadi lambang kehinaan.
Louis Berkhof menafsirkan bahwa “kesadaran akan ketelanjangan” adalah ekspresi pertama dari rusaknya hati nurani manusia, yang sebelumnya tidak mengetahui apa itu rasa malu atau rasa bersalah.
III. Upaya Penutup Diri: “Menjahit Daun Ara”
1. Usaha Menutupi Dosa dengan Upaya Manusia
Segera setelah kesadaran dosa muncul, tindakan manusia pertama adalah berusaha menutupi diri. Ini adalah simbol dari usaha manusia yang sia-sia untuk menutupi dosanya tanpa campur tangan ilahi.
Herman Bavinck menyebut bahwa “daun ara” adalah simbol dari agama manusiawi, yaitu setiap bentuk ibadah, moralitas, atau sistem kepercayaan yang dibangun untuk menutupi ketelanjangan dosa tanpa Kristus.
John Calvin menyebutnya sebagai “usaha tragis yang menunjukkan kebodohan dosa manusia.” Ia menulis:
"Dengan mencoba menutupi dirinya, manusia berusaha menghindari rasa malu tanpa berbalik kepada Allah."
2. Cawat Daun Ara sebagai Lambang Legalisme Awal
Dalam teologi Reformed, ini dilihat sebagai akar dari legalisme — pemikiran bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya dengan perbuatan. Padahal, sebagaimana nanti Allah tunjukkan (Kej. 3:21), hanya tindakan Allah sendiri yang dapat memberikan penutup sejati.
IV. Implikasi Teologis dalam Pandangan Reformed
1. Doktrin Total Depravity
Kejadian 3:7 memperkenalkan elemen dasar dari doktrin Total Depravity (Kerusakan Total). Ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa manusia jatuh, tetapi sadar akan ketelanjangan tetapi tidak tahu bagaimana cara menanggulanginya secara benar.
Sproul menggarisbawahi bahwa sejak saat itu, setiap manusia lahir dengan kesadaran moral yang cacat—bisa mengenali kesalahan, tapi tidak bisa benar-benar menyelesaikannya tanpa anugerah Allah.
2. Ketidakmampuan Moral Manusia
Bavinck menjelaskan bahwa perbuatan menjahit daun ara adalah puncak dari ketidakberdayaan manusia dalam menyelamatkan diri. Ketika kesadaran dosa hadir, manusia lebih condong pada usaha membenarkan diri sendiri daripada mencari belas kasihan dari Allah.
Ini berkaitan erat dengan ajaran Paulus di Roma 3:10-12:
"Tidak ada seorang pun yang benar, tidak ada seorang pun yang mencari Allah."
Ayat ini adalah gema dari kondisi yang pertama kali muncul di Kejadian 3:7.
V. Penebusan Ilahi: Kontras dengan Tindakan Allah di Kejadian 3:21
Hal menarik yang harus disorot adalah bagaimana Allah akhirnya mengganti cawat buatan manusia (daun ara) dengan pakaian dari kulit binatang (Kej. 3:21). Ini adalah pengenalan pertama akan kurban darah dalam narasi Alkitab, dan menjadi bayangan awal dari karya penebusan Kristus.
John Calvin berkomentar:
"Allah tidak menerima penutup dari daun, tetapi Ia memberikan penutup yang berasal dari kematian – menggambarkan bahwa tanpa darah, tidak ada pengampunan dosa (Ibrani 9:22).”
VI. Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Kesadaran Dosa adalah Awal Pertobatan, Bukan Akhir
Kejadian 3:7 mengajarkan bahwa kesadaran dosa adalah langkah pertama menuju pertobatan, namun tidak otomatis berarti keselamatan. Banyak orang berhenti di tahap rasa malu dan usaha pribadi menutupi dosanya.
Sproul mengingatkan:
"Kita tidak hanya butuh sadar akan dosa, tapi juga butuh Juruselamat yang menanggungnya."
2. Bahaya Daun Ara Zaman Modern
Daun ara zaman modern bisa berupa aktivitas keagamaan, kerohanian palsu, atau filantropi tanpa injil. Semua usaha yang tampak baik namun dilakukan di luar Kristus tidak mampu menutupi ketelanjangan rohani manusia.
3. Perlu Kabar Baik: Kristus sebagai Penutup Sejati
Yesus Kristus adalah penutup yang dijanjikan. Dia adalah “pakaian kebenaran” (Yesaya 61:10) dan “korban pendamaian” yang sempurna. Dalam terang Injil, kita bukan lagi menjahit daun ara, tapi mengenakan Kristus (Galatia 3:27).
VII. Kesimpulan
Kejadian 3:7 adalah lebih dari sekadar catatan sejarah dosa pertama. Ini adalah cermin bagi seluruh umat manusia—mengenai siapa kita setelah kejatuhan, dan bagaimana kita merespons kesadaran akan dosa.
Dari sudut pandang teologi Reformed, ayat ini menegaskan:
-
Kesadaran moral bukanlah pencerahan, melainkan bukti kejatuhan
-
Usaha manusia untuk menyelamatkan diri selalu gagal
-
Hanya Allah yang bisa menyediakan penutup sejati melalui pengorbanan
Dengan demikian, Kejadian 3:7 tidak hanya menggambarkan tragedi, tetapi juga membuka jalan bagi pengharapan dalam penebusan, yang akan digenapi sepenuhnya di dalam Yesus Kristus.
“Maka terbukalah mata mereka ...” – Mata kita mungkin terbuka, tapi hanya Injil yang bisa membuat kita melihat dengan benar.”